Kamis, 23 September 2010

PT Leces Rambah Industri Gula

Kamis, 23 September 2010 | 10:20 WIB

PROBOLINGGO – PT Kertas Leces (PT KL) Probolinggo yang beberapa tahun terakhir didera kerugian merambah ke industri gula. Pabrik gula –yang terintegrasi dengan pabrik kertas karena ampas tebunya dimanfaatkan untuk bahan baku kertas– itu bakal dibangun di kompleks pabrik di Desa Leces, Kec Leces.

PT KL sudah sudah mengantongi restu dari Menteri BUMN Mustafa Abubakar untuk segera membangun PG. ’’Benar, PT Kertas Leces sudah mendapat lampu hijau dari Menteri BUMN untuk membangun pabrik gula,” ujar Sekretaris Perusahaan (Sekper) PT KL Prof Dr Ir R Abdul Haris MM, Rabu (22/9) malam.

Sehari sebelumnya, Dirut PT KL Martoyo Sugandi juga menyampaikan rencana pembangunan PG di komplek pabrik di tepi jalan nasional Probolinggo-Lumajang itu kepada Bupati Probolinggo Drs H Hasan Aminuddin MSi yang mengunjungi PT KL.

Martoyo yang didampingi Direktur Produksi dan Pengembangan Syarif Hidayat dan Direktur Pemasaran Zainal Arifin mengatakan, kesulitan mendapatkan bahan baku tebu tidak ada masalah. Sebab, PT KL mendapat jaminan tersedianya lahan tebu sekitar 25.000 hektare dari bupati.

Rencana membangun PG terintegrasi dengan pabrik kertas itu awalnya diusulkan Serikat Pekerja Sejahtera (SPS) PT KL. Bahkan SPS PT KL sudah memaparkan proposal pendirian PG itu di hadapan Komisi VI DPR RI, juga Panja Gula DPR RI, akhir Juni 2010 lalu.

’’Awalnya, kami mendengar pemerintah bakal membangun tiga PG baru di Indonesia yang didanai APBN senilai total Rp 4,5 triliun. Kami kemudian menindaklanjuti dengan mengirimkan proposal,” ujar Ketua SPS PT KL Imam Suliono SSos, Rabu (22/9).

Sesuai tawaran pemerintah, ke-3 PG itu 2 bakal dibangun di Jatim dan 1 PG di luar Jawa. Jatah 2 PG di Jatim itu sempat diperebutkan Pemkab Mojokerto dan Pemkab Banyuwangi.

Ketika Pemkab Mojokerto kesulitan menyediakan lahan untuk bakal lokasi PG, PT KL muncul menawarkan diri. “Kami mempunyai lahan cukup luas untuk mendirikan PG, selain itu juga pembangkit batubara yang sedang dalam tahap penyelesaian, dan unit pengolah limbah (UPL) sendiri,” ujar Prof Haris.

Survei Lahan

Belakangan masalah tersedianya lahan tebu menjadi ganjalan rencana pembangunan PG di kompleks PT KL. Soalnya, tiga PG di Kab Probolinggo, yakni PG Wonolangan, PG Pajarakan, dan PG Gending hanya mempunyai luas areal tebu sekitar 3.000 hektare.

Guna mencukupi bahan baku pabrik, ke-3 PG di bawah PTPN XI itu terpaksa ’’mengimpor” tebu dari Lumajang yang memang surplus. Lumajang yang mempunyai satu PG, yakni PG Jatiroto, mempunyai areal tebu hingga 15.000 hektare.

’’Kami sempat melakukan survei, mengapa petani di Probolinggo enggan menanam tebu, sehingga tiga PG kesulitan bahan baku,” ujar Imam Suliono. Hasilnya, petani menganggap bertanam tebu tidak menguntungkan karena rendemen (kadar gula) tebu yang dipasok ke PG terlalu rendah.

Sehingga jika ada jaminan bahwa tebu petani diperlakukan layak oleh PG, maka antusiasme petani menanam tebu kembali bangkit. “Probolinggo ternyata mempunyai banyak lahan tidur yang bisa ditanami tebu, potensinya sekitar 25.000 hektare,” ujar Imam.

Integrasi pabrik kertas-PG, kata Syarif Hidayat, sangat menguntungkan. “Soalnya, ampas tebu (bagasse) yang merupakan limbah PG bisa menjadi bahan baku kertas,” ujarnya.

Ditanya kapan PG dibangun di kompleks PT KL, Dirut PT KL, Martoyo mengaku, belum bisa memastikan. “Kalau bisa sesegera mungkin, lahannya di sisi selatan pabrik kertas,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=d57322bb3ff456cd590697b1b2979d95&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Sekap Kasir, Perampok Bobol Uang Koperasi

Kamis, 23 September 2010 | 10:20 WIB

PROBOLINGGO - Koperasi Mitra Jaya di Jl Mastrip Gang STM Ahmad Yani, Kel/Kec Kanigaran, Kota Probolinggo dibobol komplotan perampok, Rabu (22/9). Selain menyekap dua perempuan, perampok membawa kabur uang tunai Rp 20 juta dam 2 HP.

Penanggung jawab koperasi M Khozin dalam laporannya kepada polisi menceritakan, dinihari kemarin, koperasinya disatroni tiga perampok. Ketiga perampok bercadar dan bersenjatakan celurit itu menjebol jendela belakang koperasi.

Ita, kasir koperasi dan Leni, pembantu yang tidur di koperasi, disekap komplotan tersebut. Kedua perempuan muda itu mengaku ketakutan ketika diikat dan disumpal mulutnya dengan kain korden dan handuk. Keduanya kemudian disekap di kamar.

Komplotan perampok itu lalu mengacak-acak ruang tengah. Sebuah brankas berisi uang tunai Rp 20.200.000 menjadi sasaran. Juga dua pesawat handphone (HP) dan sejumlah perhiasan. Komplotan perampok kemudian kabur melalui pintu belakang.

Menjelang subuh, Ita yang berhasil melepaskan ikatan tangannya, melompati pagar koperasi. Perempuan berjilbab itu kemudian meminta tolong sejumlah tetangga. ‘’Mudah-mudahan, komplotan perampok segera tertangkap,” ujar Ita saat mengikuti olah tempat kejadian perkara (TKP) kepada sejumlah polisi, Rabu siang. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=659b9b9403bd24699a05531cd2901d58&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Pestisida Organik Untuk Pertanian Masa Depan

Kamis, 23 September 2010 | 09:44 WIB

Tren di tengah masyarakat mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan, sayuran dan buah-buahan yang bebas dari bahan-bahan kimia memicu pesatnya pertanian organik. Kebutuhan akan pestisida nonkimiawi alias organik alias nabati, menjadi peluang tersendiri.

Surabaya Post, Rabu (22/9) melansir berita tentang petani di Probolinggo yang kewalahan memenuhi permintaan beras semiorganik. Menurut Saiful Badri, ketua Kelompok Tani Harapan Jaya, Kelurahan Jrebeng Lor, Kec Kedopok, Kota Probolinggo, permintaan produk pertanian seperti beras organik dan semiorganik luar biasa besar.

Beberapa waktu lalu, Kelompok tani yang mempunyai 60 anggota dan lahan sekitar 50 hektare itu, mencoba menjual beras semiorganik 5 ton yang dikemas dalam plastik 5 kg melalui sebuah pameran. Ternyata laku keras. “Meski saya jual selisih Rp 1.000 lebih mahal dibandingkan beras nonorganik di pasar, 5 ton beras semi organik itu terjual dalam beberapa jam,” ujar Saiful.

Berikutnya, permintaan pun mengalir deras. Saiful juga mengaku kaget karena ada pengusaha dari Malang yang memesan beras semi organik 1,5 ton per minggu. “Terus terang kami kewalahan, dapat dari mana beras semiorganik sebanyak itu,” ujarnya. Sejumlah hypermarket di Surabaya juga menanyakan produk pertanian organik. Mulai beras, sayuran, hingga buah-buahan di Probolinggo.

Soal banyaknya permintaan produk organik itu juga diakui Kabid Teknik Produksi pada Dinas Pertanian Kab Probolinggo, Handaka Murwanto. Dicontohkan sejumlah petani di Kec Krejengan, Kab Probolinggo, misalnya, sejak sekitar 10 tahun silam sudah menanam padi semiorganik. Mereka juga kewalahan melayani permintaan beras semiorganik dari sejumlah pembeli dari Surabaya.

“Tapi, kalau murni organik belum ada di Probolinggo, yang ada baru produk semiorganik,” tutur Handaka. Meski demikian, yang jelas, dua produk pertanian hortikultura (sayur dan buah) di Kab. Probolinggo sudah mengantongi sertifikat Prima 3 dari Dinas Pertanian. Yakni, alpukat produksi Kelompok Tani “Joko Tarub”, Desa Ranugedang, Kec. Tiris dan mangga arumanis produksi Kelompok Tani Sumber Bumi, Alaskandang, Kec. Besuk.

“Sertifikat Prima 3 mengharuskan produksi pertanian bebas dari pestisida (kimia),” jelas Handaka. Dikatakan, masih ada sertifikat yang lebih tinggi tarafnya yakni, Prima 2 dan Prima 1, dengan syarat yang lebih ketat terhadap produksi pertanian.

Ya, pestisida memang salah satu kebutuhan utama yang tak dapat ditinggalkan dalam suatu aktivitas pertanian. Sebab salah satu masalah besar yang dihadapi para petani adalah serangan hama yang dapat menghancurkan tanaman. Dalam pertanian tradisional, masalah hama yang dihadapi petani tersebut tidaklah terlalu dipusingkan karena petani tidak merasa dirugikan.

Seiring dengan berjalannya waktu, lambat-laun masalah hama ini menjadi perhatian utama. Munculnya masalah ini diakibatkan oleh adanya intensifikasi pertanian yang memusatkan perhatian pada satu jenis tanaman di areal yang sangat luas. Sistem pertanian seperti ini ternyata menimbulkan keadaan eksplosif dengan bertambahnya populasi jenis serangga tertentu.

Pertanian dengan satu jenis tanaman sangat tidak menguntungkan ditinjau dari prinsip keseimbangan alami. Padahal, alam memperkenalkan banyak varietas dalam bentang tanah yang ditanami. Namun, manusia mengubah tatanan tersebut hanya untuk kemudahan dan keuntungan semata. Dengan adanya perubahan tatanan ini menyebabkan keseimbangan alam yang mengendalikan spesies-spesies di dalamnya menjadi rusak.

Serangga yang hidup dari padi, misalnya, dapat membangun populasinya di lahan khusus padi saja dibanding di lahan padi yang bercampur tanaman lain yang tidak cocok baginya. Populasi serangga yang semakin meningkat tersebut menyebabkan serangannya pada tanaman meningkat pula sehingga hal tersebut menjadi hama bagi padi.

Pestisida Kimia

Untuk menghadapi masalah tersebut petani mengembangkan suatu bahan untuk mengendalikannya, yaitu pestisida. Mula-mula pestisida yang digunakan petani berasal dari bahan alami, yaitu dari daun tembakau. Daun ini direndam dalam air dan kemudian disemprotkan ke tanaman yang terserang. Saat itu tampaknya pestisida tersebut cukup efektif.

Namun, akhirnya manusia tidak puas dengan pestisida sederhana tersebut. Mereka secara terus-menerus berusaha untuk menemukan pestisida yang lebih ampuh. Usaha mereka berhasil dengan ditemukannya, pertama kali, senyawa kimia Dichloro Diphenil Trichlorothane (DDT) pada tahun 1875 di Jerman.

Tak terhitung sudah jumlah pestisida yang sudah digunakan, dari berbagai jenis dan merek, dari mula ditemukan sampai saat ini, oleh petani untuk menanggulangi serangan hama tanaman yang menjadi musuhnya. Keberadaan pestisida kimia ini dianggapnya sebagai dewa penolong disaat petani kewalahan menghadapi serangga merugikan tersebut.

Sungguh di luar dugaan bahwa manusia sudah melakukan kecerobohan luar biasa berkenaan dengan penggunaan pestisida kimia ini. Usaha membasmi spesies serangga hama tanaman yang tidak dikehendaki, akhirnya justru mengakibatkan seluruh lingkungan tercemar sehingga membawa ancaman penyakit dan kematian bagi manusia itu sendiri.

Aktivitas berjenis-jenis makhluk hidup di dalam tanah, mulai dari jasad renik sampai cacing tanah, secara alami menjadikan tanah subur sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Makhluk hidup tersebut berjasa menguraikan serasah dedaunan menjadi tanah yang kaya bahan organik dan membuat struktur tanah menjadi remah. Selain itu, mereka pun sangat berperan dalam proses nitrifikasi, yaitu membuat nitrogen di udara tersedia bagi tanaman.

Namun, setelah tanah tercemar pestisida kimia, aktivitas makhluk hidup di dalam tanah menjadi tergangu karena residu pestisida ini lama bertahan dalam tanah. Bukan hanya hitungan bulan, tetapi dalam hitungan tahun. Pestisida berbahan aktif Benzene Hexachloride (BHC), misalnya, terdeteksi selama 11 tahun menjadi penghuni tanah. Itulah yang memperparah kondisi tanah yang semula remah dan kaya unsur organik menjadi sangat keras dan miskin akan unsur hara.

Kembali ke Alam

Visi Go Organic 2010: “Indonesia negara produsen produk pertanian organik terkemuka pada tahun 2010” dicanangkan oleh Menteri Pertanian pada tahun 2001.

Dalam perjalanannya pengembangan pertanian organik di Indonesia seolah menghadapi banyak kendala sekalipun secara faktual lahan pertanian organik di Indonesia sesungguhnya sudah sangat luas.

Karena, sesungguhnya cara budidaya dengan sistem organik adalah budaya asli nenek moyang Bangsa Indonesia sebelum adanya gerakan Revolusi Hijau pada awal masa Orde baru. Dan, sistem pertanian organik sebagaimana yang dilakukan oleh nenek moyang kita itu pas sesuai dengan filosofi dan standar pertanian organik yang berlaku secara internasional.

Sejarah gerakan pertanian organik di dunia Internasional, mulanya dicetuskan oleh para pencinta lingkungan (environmentalis) dan pencinta kehidupan yang harmonis dengan alam untuk menjaga lingkungan hidup yang berkualitas secara lestari dan berlangsungnya kehidupan manusia yang harmonis dengan unsur lingkungan lainnya. Maka, prinsip utama pertanian organik ialah dengan meminimalkan pasokan faktor produksi dari luar ekosistem setempat dan menghindari penggunaan bahan-bahan kimia anorganik yang berbahaya dalam sistem pertanian.

Pupuk dan bahan-bahan penyubur tanah lainnya diupayakan diperoleh dengan melakukan pengelolaan terhadap berbagai sumber daya di lokasi setempat atau yang dikembangkan di lokasi setempat, demikian pula sistem pengendalian hama/penyakit dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang sangat memperhatikan keseimbangan ekosistem setempat dan hak hidup dari sumberdaya alam hayati dalam sistem lingkungan yang harmonis. Petani didorong untuk senantiasa akrab dengan lingkungan tetapi terus aktif berinovasi tanpa menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi lingkungan.

Warisan Nenek Moyang

Berkembangnya pertanian organik mendorong sejumlah industri pabrikan pestisida untuk memroduksi pestisida berbahan nonkimiawi atau nabati atau juga popular dengan istilah organik. Namun sejatinya, pembuatan pestisida bisa dilakukan sendiri dengan memanfaatkan ramuan warisan nenek moyang.

Saat ini, banyak pula lembaga baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah yang mengajarkan cara-cara membuat pestisida organik. Demikian pula situs-situs web tentang pertanian yang banyak betebaran di internet. Di antaranya adalah lestarimandiri.org dan isroi.wordpress.com. Pengelola situs-situs web tersebut sama-sama menampilkan bahan-bahan dan resep-resep pestisida organik.

Menurut isroi.wordpress.com, ada dua cara mudah untuk membuat pestisida nabati atau organik, yaitu:

* Perendaman untuk menghasilkan produk ekstrak

* Penumbukan, pembakaran, pengerusan, dan pengepresan untuk menghasilkan produk berupa pasta atau tepung

Bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah mimba (untuk membasmi wereng batang coklat, penggerek batang, dan nematode), daun sirsak (wereng batang coklat), sirih dan tembakau (belalang dan ulat), kemudian lengkuas dan sereh (hama/penyakit secara umum). Juga gadung dan tembakau untuk membasmi wereng hijau, wereng batang coklat.

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=2134513f7c3c74cd7f5dcd05e9cf2260&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5

Koperasi Mitra Jaya Dirampok

Kamis, 23 September 2010

PROBOLinggo - SURYA- Koperasi Mitra Jaya di Kel/Kec Kanigaran, Kota Probolinggo menjadi korban perampokan, Rabu (22/9) dini hari. Uang nasabah di brankas Rp 20 juta amblas. Tak hanya itu, kalung emas 10 gram dan ponsel milik Ita, karyawan, juga lenyap.

Ita, 20, kasir, dan Leni , 30, pembantu rumah tangga, yang sedang tidur di kantor koperasi itu diikat tangannya dan disekap di kamar yang dipakai sebagai musala. Kawanan perampok berjumlah tiga orang beraksi sekitar pukul 01.00 WIB. Menurut Khojin, pimpinan koperasi, kawanan bercelurit masuk dengan menaiki pagar tembok belakang dan mencongkel jendela.

Leni dipaksa membuka brankas, sebelum tangan diikat dan mulutnya disumpal. Leni dan Ita bersusah payah melepaskan ikat hingga akhirnya bisa minta tolong tetangga. Polisi masih menyelidiki peristiwa itu. n st35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/23/koperasi-mitra-jaya-dirampok.html

Guru Olah Raga Meninggal di Sekolah

Kamis, 23 September 2010

Probolinggo - SURYA- SDN 3 Alastengah, Kec Besuk, Kab Probolinggo berduka. Ari Sunarya, 53, guru olahraga, meninggal mendadak di ruang guru, sesaat ketika hendak mengajar, Rabu (22/9) pagi.

Kasek Samsul Hadi mengatakan, saat dijemput siswa di ruang guru, Ari yang sedang duduk masih sempat menjawab, namun lima menit kemudian sudah tak bergerak dengan posisi menunduk. Para siswa geger dan menggotongnya ke puskesmas. Namun, seorang perawat menyatakan Ari sudah meninggal.

Diberitahu suaminya meninggal, Ny Sri yang tinggal di Perumahan Randuputih, Kec Dringu, menjerit histeris. “Dia menderita penyakit komplikasi sejak 2003 lalu,” ujarnya dengan menangis sesenggukan. “Beliau keberatan jika jenazah suaminya diotopsi,” ujar Kapolsek Besuk AKP Mahmud. n tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/23/guru-olahraga-meninggal-di-sekolah.html

Kebun Binatang Mini Probolinggo Diminati

Dandy Arigafur
23/09/2010 01:03
Liputan6.com, Probolinggo: Taman Wisata dan Studi Lingkungan. Itulah nama resmi kebun binatang mini yang ada di Kota Probolinggo, Jawa Timur. Setiap masa libur, kebun binatang itu menjadi lokasi favorit liburan anak-anak, seperti yang terjadi baru-baru ini.

Kebun binatang mini memiliki luas sekitar satu hektare. Setidaknya, ada 270 ekor hewan yang terdiri dari 40 spesies, seperti primata, reptil, dan burung menjadi koleksi Taman Wisata dan Studi Lingkungan. Selain satwa, sejumlah koleksi tanaman langka juga ada di lokasi tersebut.

Kendati tak selengkap kebun binatang pada umumnya, Taman Wisata dan Studi Lingkungan Probolinggo tetap diminati. Untuk masuk ke dalam, pengelola menjual tiket seharga Rp 1.000 untuk anak-anak dan Rp 2.000 khusus dewasa.

Pengelola sengaja mendirikan kebun binatang mini untuk pengenalan terhadap lingkungan, baik satwa maupun tanaman. Sejauh ini, fungsi pendidikan sudah terlampui. Kini tinggal Pemkot Probolinggo lebih memberdayakan tempat tersebut agar lebih bermanfaat lagi.(ULF)

Sumber: http://berita.liputan6.com/daerah/201009/297684/Kebun.Binatang.Mini.Probolinggo.Diminati

Order Beras Semiorganik Melimpah

Rabu, 22 September 2010 | 11:51 WIB

PROBOLINGGO - Petani di Probolinggo tidak mampu melayani derasnya permintaan beras semiorganik. ’’Terus terang, kami baru beberapa tahun mengembangkan pertanian semiorganik. Permintaan produk pertanian seperti beras organik dan semiorganik luar biasa besar,” ujar Saiful Badri, ketua Kelompok Tani Harapan Jaya, Kelurahan Jrebeng Lor, Kec Kedopok, Kota Probolinggo, Selasa (21/9).

Kelompok tani yang mempunyai 60 anggota dan lahan sekitar 50 hektare itu mengaku kewalahan memenuhi permintaan pasar. Beberapa waktu lalu, melalui pameran, Saiful mencoba menjual beras semiorganik 5 ton yang dikemas dalam plastik 5 kg. “Meski saya jual selisih Rp 1.000 lebih mahal dibandingkan beras nonorganik di pasar, 5 ton beras semi organik itu terjual dalam beberapa jam,” ujarnya.

Saiful juga mengaku kaget karena ada pengusaha dari Malang yang memesan beras semi organik 1,5 ton per minggu. “Terus terang kami kewalahan, dapat dari mana beras semiorganik sebanyak itu,” ujarnya. Sejumlah hypermarket di Surabaya juga menanyakan produk pertanian organik. Mulai beras, sayuran, hingga buah-buahan di Probolinggo.

Soal banyaknya permintaan produk organik itu juga diakui Kabid Teknik Produksi pada Dinas Pertanian Kab Probolinggo, Handaka Murwanto. “Kalau murni organik belum ada di Probolinggo, yang ada semiorganik,” ujarnya.

Dicontohkan sejumlah petani di Kec Krejengan, Kab Probolinggo, misalnya, sejak sekitar 10 tahun silam sudah menanam padi semiorganik. Mereka juga kewalahan melayani permintaan beras semiorganik dari sejumlah pembeli dari Surabaya.

Yang jelas, dua produk pertanian hortikultura (sayur dan buah) di Kab. Probolinggo sudah mengantongi sertifikat Prima 3 dari Dinas Pertanian. Yakni, alpukat produksi Kelompok Tani “Joko Tarub”, Desa Ranugedang, Kec. Tiris dan mangga arumanis produksi Kelompok Tani Sumber Bumi, Alaskandang, Kec. Besuk.

“Sertifikat Prima 3 mengharuskan produksi pertanian bebas dari pestisida,” ujar Handaka. Dikatakan, masih ada sertifikat yang lebih tinggi tarafnya yakni, Prima 2 dan Prima 1, dengan syarat yang lebih ketat terhadap produksi pertanian.

Korotan Sapi

Saiful dan kelompoknya yang mempunyai 40 ekor sapi sengaja memanfaatkan kotoran dan kemih sapi untuk pupuk organik. ’’Tlethong (kotoran) kami jadikan pupuk organik padat, kemih sapi diolah jadi pupuk organik cair,” ujarnya.

Caranya, tlethong seberat 1 ton dicampur 200 liter air, ditambah zat pengurai. “Kalau pupuk organik zair, bahannya 40 liter kemih sapi, 40 liter air kelapa, dicampur limbah cair tahu sebanyak 160 liter,” ujarnya.

Bertani dengan sistem organik atau semi organik, kata Saiful Badri, hemat biaya. “Selain itu menyehatkan lingkungan, dan yang lebih penting menyehatkan orang yang makan produk pertanian organik,” ujarnya.

Saiful mencontohkan, pertanian semi organik yang diterapkan kelompok taninya. “Saya misalnya, menanam jagung di lahan 0,3 hektare hanya butuh biaya Rp 200 ribu. Sangat murah,” ujarnya.

Selain masih menggunakan pupuk pabrikan, lahan jagung dipupuk dengan 1 ton pupuk organik dari kotoran sapi (tlethong). “Hasilnya lumayan, 2 ton jagung gelondongan (kering sawah) atau setara 4 kuintal pipilan kering,” ujarnya.

Melalui pertanian semi organik pula, Saiful bisa menanami sawahnya 1 kali padi dan 3 kali jagung/tahun. “Saat menanam jagung, tanah tidak kami olah. Sisa batang jagung kami benamkan ke tanah untuk pupuk,” ujarnya.

Diakui, pertanian organik atau semi organik hasilnya tidak sebanyak pertanian non-organik. “Tetapi dihitung-hitung, pertanian organik biayanya sangat murah. Selain itu masalah kesehatan menjadi pertimbangan utama,” ujar Saiful.

Padi organik misalnya, paling-paling dalam 1 hektare hanya menghasilkan 6 ton. Padahal padi non-organik bisa 9-12 ton per hektare. “Tetapi beras organik di Surabaya, saya dengar harganya Rp 23 ribu per kilogram,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=d2bd7e3bd6dc601ee4d792f650ca3434&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

BK Keluar Kota Lagi

[ Kamis, 23 September 2010 ]
Bareng Banleg, Kini Bimtek ke Malang

PROBOLINGGO - Setelah lebaran, sebagian kekuatan DPRD Kabupaten Probolinggo cukup getol bepergian keluar kota. Setelah agenda kunjungan kerja (kunker) ke Lombok Barat, beberapa hari terakhir (20-22/9) ada lagi unsur di dewan yang keluar kota lagi.

Kali ini yang keluar kota adalan unsur Badan Legislasi (Banleg) dan lagi-lagi Badan Kehormatan. Mereka ke Kota Malang untuk mengikuti bimbingan teknis (Bimtek).

Para wakil rakyat yang mengikuti bimtek ini berangkat kantor DPRD pada Senin (20/9) lalu. Mereka tampaknya berangkat tidak dalam waktu yang sama. Ketua Banleg Slamet Riyadi sendiri berangkat sekitar pukul 09.30 WIB dari kantor dewan.

Selama di Kota Malang, anggota Banleg dan BK ini menginap di hotel Ollino. Dan di tempat ini pula dua alat kelengkapan dewan ini mengikuti bimtek, meski jadwal pelaksanaanya tidak sama. "Bimteknya di tempat yang sama, tapi waktunya berbeda," kata Ketua Banleg Slamet Riyadi saat dikonfirmasi melalui ponselnya kemarin.

Menurutnya, bimtek ini dilakukan karena Banleg merupakan alat kelengkapan yang baru. Karenanya banyak hal terkait dengan legislasi yang belum diketahui. Dengan bimtek diharapkan kapasitas SDM anggota Banleg bisa meningkat. Mengingat tak lama lagi bakal membahas enam raperda yang diajukan eksekutif.

Anggota dewan asal Liprak Kulon ini kemudian membeber materi yang didapat selema berada di Malang. Diantaranya yakni tentang teknis legal drafting. Pada materi ini, dijelaskan beberapa tahapan penerbitan perda di suatu daerah serta hakikat dan fungsi perda.

Dikatakan Slamet, yang mebawakan materi untuk Banleg ini yakni Eduardus sebagai Ketua Pusat Pengkajian Konstitusi Universitas Merdeka (UNMER) Malang. "Kalau Banleg selama dua hari didampingi pak Eduardus," ujar Slamet.

Bagaimana dengan BK? Ketua BK Musayyib Nahrawi mengatakan sebagai upaya meningkatkan kapasitas anggota BK. "Biar tidak tinggal namanya saja, biar tahu tupoksinya," ujarnya saat dihubungi melalui ponselnya. Karena tidak dipungkiri, terangnya, banyak anggota dewan yang masih baru.

Selain anggota Banleg dan BK, Ketua Dewan Ahmad Badawi juga berada di Malang. Saat dihubungi, pria yang biasa dipanggil Memed ini mengatakan dirinya berada di Malang. Menurutnya, keberadaannya di Malang hanya memantau Bimtek dari Banleg dan BK saja. "Untuk masalah Bimtek, tanya ketuanya saja, pak Slamet dan Musayyib kalau di BK," ujarnya.

Soal biaya pelaksanaan Bimtek selama dua hari di Malang, Sekretaris Dewan Rasyid Subagyo mengatakan hanya sedikit. Menurutnya memang ada kas untuk peningkatan kapasitas yang belum pernah diadakan. (qb/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180593

Bentuk Pansus Tukar Guling

[ Kamis, 23 September 2010 ]

PROBOLINGGO - DPRD Kota Probolinggo punya gawe pembentukan pansus (panitia khusus) tukar guling aset milik pemkot setempat. Dua pansus dibentuk untuk membahas tiga lokasi tukar guling. Tiga lokasi tukar guling ialah di Kelurahan Wiroborang, Kampung Dok Kelurahan Mayangan dan Kelurahan Jati.

"Pansus ini akan mengkaji status aset dan sejauh mana kondisi lokasi yang akan dibuat tukar guling. Kalau ada masalah prosesnya bagaimana? Bersertifikat atau tidak. Nah, pansus ini akan mengkroscek jangan sampai ada masalah di belakang hari," terang Ketua DPRD Sulaiman kemarin.

Sulaiman membeberkan tanah di Kelurahan Wiroborang adalah lokasi yang kini ditempati gedung SD Wiroborang 1, 2 dan 3. Pasalnya, tanah tersebut adalah milik warga yang digunakan oleh pemkot untuk bangunan sekolah. Secara hukum tanah itu sudah sah menjadi milik pemkot.

Tetapi, pemilik tanah yang diketahui bernama Karman belum jelas status tukar gulingnya. Karman memang sudah mendapat lokasi pengganti yang telah ditentukan oleh pemkot dan disetujui oleh Karman.

"Pelepasan tanah itu harus ada persetujuan dari dewan. Dewan tidak semudah itu menyetujui, jadi harus tahu kronologisnya seperti apa. Maka kami membentuk pansus untuk mempelajari dan menelaah tukar guling ini," kata Sulaiman kepada Radar Bromo.

Sementara itu, tukar guling kedua di Kelurahan Mayangan. Ceritanya, di tanah milik aset pemkot telah ditempati sejumlah KK (kepala keluarga). Warga yang menempati tanah itu sepakat untuk tukar guling dengan tanah mereka yang terletak di kawasan Kedopok. Alasan tukar guling itu antara lain warga sudah lama menetap di sana dan membuat bangunan permanen.

Untuk tukar guling di Kelurahan Jati sama dengan Kelurahan Mayangan. Kawasan yang sebelumnya berupa rawa dibuat oleh warga untuk bangunan rumah. Warga kemudian urunan membeli tanah untuk mengganti tanah milik pemerintah yang mereka tempati.

Menurut Sulaiman, dasar pembentukan pansus ini adanya surat dari wali kota kepada dewan. Yang menentukan tukar guling, lanjut Sulaiman bukan harga jual atau beli tanah. Lahan yang dipakai tukar guling harus sesuai. "Melihat kebutuhan juga dan harus ada alasan sangat kuar. Insyaallah pembahasan tidak lama berkisar sampai bulan Oktober," lanjut anggota dewan dari PDIP itu.

Kemarin (22/9) dewan membentuk ketua dan anggota pansus melalui paripurna internal. Hasilnya dibuat dua pansus. Pansus 1 membahas tukar guling di Kelurahan Jati yang diketuai oleh Yusuf Susanto. Sedangkan pansus 2 diketuai Asad Anshari membahas tukar guling di Kelurahan Mayangan dan Wiroborang. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180592

Ada Palm di Jembatan

[ Kamis, 23 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Ada banyak cara dilakukan warga untuk menyampaikan aspirasinya. Seperti dilakukan warga RT 1/RW I Kelurahan Sukabumi, Mayangan Kota Probolinggo. Ada yang menempatkan sebuah pohon palm di jembatan di daerahnya yang berlubang.

Tindakan itu dilakukan lantaran warga sudah bertahun-tahun mengajukan permohonan perbaikan jembatan. Tapi, belum ada realisasi. "Kami sudah pernah dimintai tanda tangan, tapi belum diperbaiki juga. Malah yang di sana (jembatan Kasbah) yang diperbaiki," ujar Suswati, salah seorang warga setempat.

Karena itulah lubang di jembatan tersebut semakin besar. Sehingga, menyebabkan mobil tidak bisa masuk. Para pemilik mobil itupun memilih menitipkan mobilnya di tempat lain. "Itu (pohon palm), supaya orang tahu kalau di sana ada lubang. Karena lubangnya sudah besar dan berbahaya," ujarnya.

Karena itulah, warga berinisiatif menancapkan pohon palm itu. Pohon palm yang ditancapkan di jembatan menuju asrama polisi itu diperoleh warga dari taman kota yang diperbaiki di sepanjang Jl Soekarno Hatta.

"Katanya, tidak cepat diperbaiki karena ini jalan pribadi. Padahal, tidak hanya warga sini yang lewat di jembatan ini. Warga sebelah (RT sebelah), juga lewat di sini," ujarnya.

Hal itu, dibenarkan oleh ketua RT setempat, Slamet. Ia mengatakan, kalau dirinya sudah sejak 2 tahun lalu mengajukan proposal ke pemkot. "Waktu itu, pengajuannya bukan untuk menambal lubang itu. Tapi, untuk meninggikan jembatannya," ujrnya.

Dari pengajuan itu, sampai setahun lalu belum juga dikabulkan. Saat itu, Slamet kembali mengajukan ulang kepada pemkot. Tapi, sampai kemarin hal itu belum dikabulkan juga. "Dua bulan lalu, sudah saya kirimi lagi. Tapi sampai sekarang belum ada kabarnya," ujarnya.

Menurutnya, jembatan itu memang sudah sangat perlu perbaikan. Pasalnya, selain ada lubang cukup besar, sungainya semakin dangkal. Sehingga, bila musim hujan bisa menyebabkan banjir. "Dulu, sungainya sangat dalam sekali. Tapi, sekarang menjadi sangat dangkal. Dulu, perahu bisa lewat di situ," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180591

Murid Keleleran, Dewan Sidak Sekolah

[ Kamis, 23 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Setelah liburan lebaran, banyak ditemukan murid yang keleleran saat jam belajar. Ini membuat komisi A DPRD Kota Probolinggo merasa prihatin. Didasari dugaan jam sekolah masih belum efektif, komisi tersebut kemarin melakukan sidak (inspeksi mendadak) ke sejumlah sekolah dari tingkat SD sampai SMK.

"Karena sampai kemarin (22/9) banyak siswa yang mangkal dimana-mana. Ada di stasiun, GM, sampai wilayah selatan. Apakah hari-hari kemarin (20-21/9) sampai sekarang (kemarin) sekolah belum efektif karena beberapa hal. Misalnya guru mudik belum masuk atau memang muridnya yang bandel. Apapun alasannya kalau murid di luar itu kan tidak baik," tegas Ketua Komisi A Asad Anshari.

Dua mobil rombongan komisi menuju ke SMPN 9 di Jl Cokroaminoto. "Ada yang belum ngajar setelah mudik lebaran?," celetuk Asad ke seorang guru.

"Tidak ada, Pak," sahut guru itu.

Anggota komisi pun melakukan pengecekan absensi tanda tangan. Hasilnya, dewan menemukan tidak tertib administrasi berupa absensi oleh tanda tangan yang dilakukan para guru dan karyawan sekolah.

Lebih dari empat guru yang tidak membubuhkan tanda tangan selama berhari-hari. Untuk membuktikan nama-nama tersebut bolos atau tidak, dewan memanggil mereka satu per satu.

"Saya langsung masuk ngajar. Nanti setelah jam pertama selesai langsung absen," ucap Sukalis, salah satu guru yang tidak tanda tangan absen. Alhasil, para guru itu pun langsung diminta membubuhkan tanda tangan sambil mendapat himbauan dari komisi yang menangani bidang pendidikan tersebut.

Dewan kemudian bergeser ke SD Kebonsari Kulon 1 dan 2 yang letaknya tidak jauh dari SMPN 9. Di SD Kebonsari Kulon 2 lebih banyak didapati yang tidak absen. Terlihat dari buku absensi guru, karyawan, GTT (guru tidak tetap) dan PTT (pegawai tidak tetap).

"Saya masuk tapi tidak tanda tangan absen," kata Yasin, satpam sekolah yang tidak pernah tanda tangan di buku absen. Hal yang sama juga dilakukan oleh GTT lainnya yang tidak pernah tanda tangan tapi hadir. Lucunya justru ada guru yang tanda tangan melebihi tanggal.

"Ini sampai tanggal 23 dan 24 September, saya khawatir kalau diterus-teruskan. Lebih baik datang hari itu ya langsung absen biar menjadi tertib," cetus wakil komisi A Bachri. Mereka tidak memperhatikan absen karena beranggapan sudah pasti datang dan mengajar.

Agung Sasongko lalu memberitahuan maksud kedatangan dewan ke sekolah mereka. "Kami lihat banyak siswa yang keleleran. Kami ingin tahu kenapa, apa gurunya belum masuk atau apa. Sekalian silaturahmi," ucap politisi PKS itu.

Hasil sidak kemarin, komisi menyatakan belajar mengajar sudah efektif dan tidak menemukan guru tidak masuk. "Tapi, ada yang perlu diperbaiki. Mungkin karena rajin sehingga tidak mempedulikan absen. Tetapi itu kurang baik apalagi absen melebihi hari ini, sampai sabtu misalnya. Tidak absen itu kurang baik, jangan ada absen tapi tidak ada orangnya," ujar dewan yang juga ketua DPC PKNU Kota Probolinggo ini. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180590

CJH Mulai Divaksin

[ Kamis, 23 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Tes kesehatan terhadap calon jamaah haji (CJH) Kota Probolinggo digelar kemarin (22/9). Dalam kesempatan itu juga dilakukan imunisasi vaksin meningitis (anti radang otak) dan influenza.

Untuk mendapatkan vaksin itu, sejulah 211 CJH itu dibagi menjadi dua sesuai asal kecamatan masing-masing. CJH asal Kecamatan Mayangan digabung dengan Kecamatan Kanigaran.

Sedangkan CJH asal Kecamatan Kedopok, digabung menjadi satu dengan Kecamatan Wonoasih dan Kecamatan Kademangan. Untuk CJH asal Kecamatan Mayangan dan Kanigaran sudah dilakukan pemeriksaan kemarin (22/9).

Hari ini akan dilakukan pemeriksaan terhadap CJH asal Kecamatan Wonoasih, Kademangan dan Kedopok. Ratusan CJH itu, menjalani pemeriksaan dan divaksin di RSUD Dr Moh Saleh Kota Probolinggo.

Lilik Ernanik, Kasi pencegahan dan penanggulangan penyakit dinas kesehatan (dinkes) Kota Probolinggo menyatakan, pemeriksaan kesehatan para CJH itu dilakukan untuk megetahui kondisi akhir kesehatan para CJH. Juga untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang diderita.

Menurutnya, apabila ada CJH yang menderita atau mengidap penyakit kronis, pihaknya akan segera merekomendasi untuk mejalani perawatan lebih lanjut. Sehingga pada masa keberangkatan nanti, tidak akan terganggu. "Kami periksa semua, dari tensi darah hingga penyakit-penyakit kronisnya," ujarnya.

Dalam pemeriksaan kesehatan itu, CJH juga mendapatkan vaksin meningitis. Menurut Lilik, dilakukannya vaksin itu karena sudah menjadi syarat bagi CJH untuk beriibadah haji.

Selan vaksin meningitis, CJH juga dianjurkan mendapat vaksin influenza. Tapi, untuk faksin flu tersebut para CJH harus membayarnya. Tidak gratis seperti vaksin miningitis. "Kalau vaksin influenza harus bayar," jelas Lilik.

Untuk mendapatkan vaksin influenza itu, CJH harus rela mengeluarkan duit sebesar Rp 150 ribu. Itu, lebih besar dibanding tahun lalu yang harganya hanya Rp 130 ribu. "Kalau vaksin meningitis gratis karena sudah disubsisidi oleh Negara. Sedangkan, untuk vaksin influenza masih harus bayar," ujarnya.

Menurutnya, ada beberapa kreteria yang bisa menggagalkan CJH berangkat haji, dari segi kesehatan. Di antaranya, wanita yang sedang hamil lebih dari 6 minggu, berpenyakit kronis seperti HIV/AIDS dan kusta basah. "Kalau Diabetes, kolesterol atau hipertensi itu masih bisa diobati," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180589

GNOTA Beri Beasiswa 330 Pelajar

[ Kamis, 23 September 2010 ]
Untuk Tingkat SD dan SMP Sederajat

KRAKSAAN - Sebanyak 330 pelajar kurang mampu di Kabupaten Probolinggo mendapatkan beasiswa dari Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) setempat. Beasiswa itu diberikan kemarin (22/9) di pendapa kabupaten oleh Asisten II (Bagian Ekonomi dan Pembangunan) Ibrahim Muhammad mewakili Bupati Hasan Aminuddin.

Bupati sendiri bersama istrinya Ny. Tantri Hasan Aminuddin berada di Surabaya mengikuti halal bihalal bersama gubernur Jatim kemarin. Total, ada Rp 116 juta beasiswa yang diberikan. Meliputi pelajar untuk tingkat SD sampai SMP sederajat.

Dari pengamatan Radar Bromo, sekitar pukul 08.00 WIB para pelajar yang mendapat beasiswa didampingi guru masing-masing mulai datang di pendapa kabupaten. Begitu datang, guru beserta pelajar langsung menyerahkan data siswa yang berhak mendapat beasiswa.

Wakil ketua GNOTA Kabupaten Probolinggo Kustatik dalam sambutannya mengatakan, 330 pelajar yang mendapat beasiswa dibagi untuk tingkat SD dan SMP sederajat. Untuk tingkat SD, masing-masing mendapat beasiswa sebesar Rp 200 ribu rupiah. Sedangkat siswa tingkat SMP mendapatkan sebesar Rp 250 ribu.

Tujuan pemberian beasiswa itu sendiri menurut Kustatik ada dua. "Tujuan pertama yaitu membantu meringankan biaya pendidikan bagi siwa kurang mampu di Kabupaten Probolinggo," ujarnya saat memberi sambutan mewakili ketua GNOTA Tantri Hasan Aminuddin. Yang kedua, yakni sebagai upaya menumbuhkembangkan keikutsertaan masyarakat dalam dunia pendidikan.

Sementara Asisten II Ibrahim mengatakan, acara semacam ini ditujukan menyukseskan program wajib belajar pendidikan dasar (Wajardikdas) sembilan tahun. Karena itu, yang mendapat beasiswa hanya pelajar SD sampai SMP sederajat. Sementara pelajar tingkat SMA sederajat belum.

Selain itu, acara ditujukan sebagai upaya mengetuk hati kalangan orang tua yang mampu agar membantu mereka yang kurang mampu. "Kalau orang tua yang mampu turut memberikan bantuan, mungkin bantuannya bisa diberikan setiap bulan. Bukan tiap tahun," ujarnya.

Pemberian beasiswa pada 330 pelajar itu sendiri dilakukan secara simbolis. Ada empat perwakilan dari mereka yang mendapatkan secara langsung dari Asisten II Ibrahim mewakili bupati. (qb/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180588

Akan Tambah Jumlah Pokmaswas

[ Kamis, 23 September 2010 ]

DRINGU - Untuk mewadahi aspirasi para nelayan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Probolinggo akan menambah Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Waspada) di wilayah Barat. Rencananya, tahun 2011 rencana itu bisa terealisasi.

Pokmaswas sendiri sebetulnya sudah dimulai pada awal tahun ini. "Itu (Pokmaswas) program DKP pusat (Jakarta)" terang Dedy Isfandi, kepala DKP Kabupaten Probolinggo kepada Radar Bromo kemarin (22/9).

Saat ini wilayah yang sudah memiliki pos Pokmaswas meliputi daerah Dringu, Pulau Gili Ketapang dan Paiton. Ke depannya jumlah Pokmaswas di Kabupaten Probolinggo akan diperbanyak.

Sebab, program untuk masyarakat nelayan tersebut bertujuan menampung aspirasi nelayan sendiri. Alasannya, selama ini nelayan kebinggungan mengadu jika ada masalah. Seperti kasus pengunaan jaring trawl serta pencurian alat tangkap ikan yang dikeluhkan nelayan asal Tongas.

Karena itu, nantinya di wilayah Tongas juga akan dibentuk Pokmaswas. Tetapi rencana itu baru diwujudkan di 2011. Sebab, saat ini DKP menilai situasi di Tongas belum kondusif. "Kami nilai belum kondusif," beber Setiyono, bagian Pengawasan, DKP Kabupaten Probolinggo..

Jadi, butuh waktu lumayan lama untuk memantau situasi masyarakat nelayan Tongas. "Harus menunggu sampai reda dulu kondisinya," imbuh Setiyono.

Setiyono menambahkan, Pokmaswas sangat berperan penting saat ada keluhan nelayan. Sebab DKP sendiri belum bisa mengoptimalkan perannya, akibat keterbatasan tenaga. Dengan Pokmaswas, DKP bisa menanggapi aspirasi masyarakat nelayan.

Di luar masalah itu, fasilitas penunjang operasional juga diberikan di pos Pokmaswas. "Kami sediakan radio komunikasi," jelas Dedy. Dengan radio komunikasi itu diharapakan, saat ada laporan dari nelayan maka DKP bisa segara menindaklanjuti.

Sementara itu, kemarin DKP juga mengirimkan kelompok Pokmaswas Dringu

untuk mengikuti pelatihan tingkat provinsi di Surabaya. "Ini angkatan ketiga," jelas Setiyono.

Pelatihan itu wajib diikuti oleh kota-kabupaten di Jatim yang memiliki wilayah laut. Total ada 17 kota-kabupaten se Jatim yang mengikuti pelatihan tersebut. (d7x/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180587

Doa Bersama, Minta Selamatkan Tembakau

[ Kamis, 23 September 2010 ]
PAJARAKAN - Keresahan yang melanda petani Tembakau rupanya mendapatkan simpati dari para santri Ponpes Zainul Hasan (Zaha) Genggong, Pajarakan, Kabupaten Probolinggo. Mereka pun menggelar doa bersama beserta sejumlah masyarakat sekitar Kemarin (22/9).

Sekitar pukul 16.30 WIB, acara dimuali di Masjid Al-Barokah, masih di lingkungan ponpes tersebut. Doa dipimpin KH Bahrul Ulum, pengasuh Ponpes Ainul Hasan, Desa Wonorejo, Kecamatan Maron. Hadir pula Gus Mohammad Haris, putra Hj Diana Susilowati, salahs atu pengasuh Ponpes Zaha Genggong.

Mengawali acara, Gus Haris memberikan sambutan. Dia mengatakan, doa itu diperuntukkan bagi petani Tembakau di kabupaten yang sedang resah karena cuaca tak menentu. "Hujan merugikan petani Tembakau," ujarnya.

Gus Haris pun mengaku khawatir dengan mental para petani. Sebabnya, petani menjadi putus asa saat mengalami kerugian. Seperti yang sering terjadi di tahun-tahun sebelumnya. "Bahkan dulu ada petani yang bunuh diri dengan minum obat hingga overdosis," katanya.

Mengacu pada kondisi itu Gus Haris menilai, petani akan semakin resah jika kondisi alam tak berubah. Tidak menutup kemungkinan, hal yang tak diinginkan akan terjadi. Karena itu Gus Haris berharap, petani Tembakau tetap sadar dengan kondisi alam itu. "Sepenuhnya adalah wewenang Allah SWT," sebutnya.

Namun, manusia menurutnya harus tetap berusaha. Salah satunya, memohon pada Allah melalui doa bersama. Tujuannya agar Tembakau di Kabupaten Probolingo bisa terselamatkan dari kerusakan. Selain itu juga agar petani bisa menikmati hasil dari tanamannya. "Agar semua pihak bisa tersenyum," katanya.

Usai sambutan, acara dilanjutkan dengan doa bersama. Hingga berita ini diturunkan, doa bersama masih berlangsung. Dikonfirmasi via telpon, Gus Haris berharap doa tersebut setidaknya bisa mengurangi beban petani Tembakau. "Kami harapkan hasil terbaik untuk petani Tembakau. Tembakau merupakan isu panas saat ini," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180586

Resahkan, 4 Penjudi Dibekuk

[ Kamis, 23 September 2010 ]
LECES - Karena sering meresahkan, warga melaporkan aktivitas perjudian di rumah Supri, warga Desa Tigasan Kulon, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. Hasilnya, empat pelaku judi disergap unit buser Polres Probolinggo pada Senin (20/9) sekitar pukul 23.00 WIB.

Mereka adalah Supri, 45; Riyanto, 60; Husen, 40. Ketiganya warga Tigasan Kulon. Yang seorang lagi, yakni Lukman alias Tori, 45, warga Desa Kedungrejo, Kecamatan Bantaran. Kini mereka mendekam di sel tahanan Mapolres Probolinggo.

Penyergapan dilakukan saat para pelaku sedang asyik bermain judi menggunakan dadu. Karena itu, mereka tidak sempat melakukan perlawanan apapun. Hal itu memudahkan buser menangkap mereka.

Begitu ditangkap, keempat penjudi itu langsung digiring ke Mapolres Probolinggo. Selanjutnya mereka ditahan dan disidik lebih lanjut.

Kasat Reskrim Polres Probolinggo AKP Heri Mulyanto mengatakan, penggerebekan dilakukan setelah pihaknya mendapat laporan dari warga. Komplotan ini kata Heri memang sering meresahkan warga. "Sebab kegiatan mereka memang melanggar norma yang berlaku di masyarakat," ujarnya.

Namun di luar itu, pihaknya menurut Heri memang sudah lama mengincar empat sekawan itu. Namun selalu menemui kesulitan. Sebab, kawanan ini sering berpindah tempat.

Karena itu, begitu ada informasi aktifitas berjudi keempat pelaku di rumah Supri, unit buser langsung bergerak. Unit buser lebih dulu mengintai untuk memastikan bahwa kawanan ini benar-benar main judi dadu di rumah Supri.

Setelah ada bukti kuat, baru dilakukan penyergapan. "Malam itu langsung rumah Supri kita kepung dan kita sergap. Tertangkap empat orang itu," jelas Kasat Reskrim Heri.

Mereka menurut Heri dikenai sanksi pasal 303 KUHP. Ancaman hukumannya 7 tahun penjara. "Itu sesuai undang-undang yang berlaku," katanya.

Selain itu kata Heri, pihaknya masih melakukan penyelidikan. Termasuk kemungkinan pengembangan kasus. Sebab yang ditangkap hanya satu kawanan saja. Sementara petugas menduga ada kawanan lain yang terlibat.

"Bisa saja masih ada kawanan lain. Kita juga berharap informasi dari masyarakat. Kalau ada mohon langsung diinformasikan. Nanti kami proses," pungkas Heri. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180585

Lagi, Perampokan di Kota

[ Kamis, 23 September 2010 ]
Bobol Koperasi, Sikat Rp 20 Juta, 2 HP dan Perhiasan

PROBOLINGGO - Aksi perampokan kembali terjadi di wilayah Kota Probolinggo. Kali ini yang jadi sasarannya adalah rumah sekaligus kantor koperasi simpan pinjam (KSP) Mitra Jaya di Jl Mastrip Kelurahan/Kecamatan Kanigaran.

Koperasi itu kemarin (22/9) dini hari dibobol perampok. Dari koperasi itu, kawanan perampok berhasil menggondol duit sebesar Rp 20,7 juta, dua buah handphone (HP), satu gelang dan satu cincin emas. Kasus itu pun dilaporkan ke Polresta Probolinggo dan kini masih dalam penyelidikan.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, bila malam koperasi itu tidak ditinggal begitu saja. Ada dua orang yang menungguinya. Mereka adalah Ita, 20, seroang karyawan koperasi tersebut dan seorang pembantu, Leny, 30.

Sebelum kejadian itu, Selasa (21/9) sekitar pukul 23.00, mereka masih makan malam. Baru sekitar pukul 24.00 mereka beranjak ke tempat tidur masing-masing. Ita berada di kamar samping dan Leny tidur di kamar depan. Tak lama kemudian, dua wanita itu sama-sama terlelap.

Sekitar satu jam kemudian, mereka dibangunkan oleh tiga orang yang tidak dikenalnya. Mereka pun kaget. Pasalnya tiga orang itu tiba-tiba saja sudah berada di dalam kantor.

Ternyata, para pelaku itu masuk ke dalam area kantor dengan cara melompat pagar tembok setinggi sekira 3 meter di bagian belakang. Begitu berhasil masuk ke area kantor, para perampok itu langsung menuju jendela di bagian belakang kantor.

Perampok berusaha masuk ke dalam kantor dengan cara mencongkel salah satu daun jendela. Congkelannya langsung mengenai kunci jendela berupa grendel. Begitu berhasil membuka jendela, dengan leluasa mereka masuk ke dalam kantor.

Dari dalam ruang belakang itu, mereka langsung menuju kamar depan tempat Leny, tidur. Lalu, pelaku membangunkan Leny dan mengalungi celurit. Para pelaku, juga mengancam Leny agar tidak berteriak atau melawan.

Oleh pelaku, Leny dibawa ke ruang belakang yang dijadikan musala. Di sana, para perampok mengikat tangan dan kaki Leny menggunakan kain gorden. Mulutnya juga disumpal dengan kain.

Berhasil melumpuhkan Leny, kawanan perampok itu menuju kamar Ita. Mereka juga melumpuhkan Ita dengan cara yang sama. Yakni mengancam dan mengalungi celurit. Tapi, Ita tidak langsung dibawa ke musala.

Para perampok itu, memaksa itu untuk membuka kunci brankas koperasi. Kebetulan, brankas itu juga berada di dalam kamar di mana Ita tidur. Karena takut dengan ancaman tiga kawanan itu, Ita pun menuruti perintah pelaku.

Brankas pun terbuka, dengan leluasa mereka dapat menggondol isinya. Dari dalam berankas itu mereka berhasil mendapatkan duit sebesar Rp 20,450 juta. Rupanya, para perampok itu benar-benar ngraggas.

Buktinya, meski sudah mendapatkan duit puluhan juta rupiah mereka juga belum juga puas. Mereka masih terus mengacak-ngacak isi kantor. Dan, akhirnya mereka menemukan duit sebesar Rp 100 ribu di dalam sebuah lemari. "Uang itu (Rp 100 ribu, Red) sisa belanja," ujar M Khozin, penanggung jawab koperasi tersebut.

Berhasil mendapatkan duit, Rp 20,550 juta, mereka belum juga puas. Mereka masih terus mengancam Ita untuk menyerahkan semua hartanya. Mereka pun berhasil mendapatkan duit Rp 150 ribu. "Itu (Rp 150 ribu, Red) uang pribadi Ita," ujarnya.

Rupanya, para perampok itu benar-benar tamak. Meski sudah mendapatkan duit puluhan juta rupiah, mereka belum juga puas.

Mereka masih memereteli perhiasan yang dipakai oleh Ita, berupa gelang dan cincin. Untung saja, dua perhiasan itu bukan terbuat dari emas tapi monel. "Cincinya, harganya Rp 50 ribu sedangkan gelangnya Rp 150 ribu," jelas Khozin.

Duit dan perhiasan belum juga memuaskan pelaku. Mereka juga membawa kabur dua buah HP milik Ita dan Leny. Usai mendapatkan harta itu, lalu mereka mengikat tangan dan kaki Ita. Mulutnya, juga disumpal dengan kain.

Para perampok itu, juga mengancam mereka untuk tidak berteriak. "Logatnya, logat Madura," jelas Khozin. Para perampok itu, juga kabur dari dalam rumah yang disulap menjadi kantor sejak 1,5 tahun lalu itu.

Begitu para pelaku kabur, Ita dan Leny berusaha melepas ikatan tangan dan kakinya. Tapi, usaha mereka tak langsung berhasil. Butuh waktu sekitar 2 jam bagi mereka untuk melepas ikatan para pelaku. Baru sekitar pukul 04.00, mereka berhasil melepas ikatannya.

Begitu berhasil melepas ikatannya, mereka langsung kabur menuju rumah tetangga. Mereka menceritakan kejadian yang telah dialaminya. Tak ayal, kejadian itu mengagetkan pra tetangga. Mereka juga langsung melaporkan kasus tersebut kepada polisi.

Khozin mengatakan pihaknya baru menerima duit sebssar Rp 15 juta dari kantor pusatnya di Malang, Senin (20/9). Dan, selebihnya itu merupakan hasil tagihan selama dua hari terakhir. "Biasnya kami tidak pernah menyimpan uang banyak. Begitu dapat uang, biasnya kami langsung transfer," jelasnya.

Kemarin Khozin, Ita dan Leny langsung menjalani pemeriksaan di mapolresta. Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto melalui Kasatreskrim AKP Agus I Supriyanto mengatakan, kalau Ita dan Leny tidak disekap. Tapi, mereka hanya diikat dan dikumpulkan berada di ruang belakang. "Dari hasil olah TPK, tersangka memang menguasai medan," ujarnya.

Kasatreskrim mengatakan, hasil dari olah TKP polisi belum menemukan barang bukti (BB) yang mengarah kepada korban. Dan, dari tiga orang pelaku hanya satu orang yang membawa celurit. "Kami masih terus melakukan penyelidikan kasus ini," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180584

Pingsan di Angkot, Tewas di RSUD

[ Kamis, 23 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Para penumpang sebuah angkot (angkutan kota) line D di Kota Probolinggo kemarin (22/9) dibikin geger oleh Rubaiyah, 80. Warga Nguling, Pasuruan itu mendadak pingsan saat masih di atas angkot.

Para penumpang dan sopir angkot tersebut terkejut. Sang sopir pun membanya wanita tua itu ke RSUD Dr Moh. Saleh. Tapi, baru lima menit dirawat, Rubaiyah sudah menghembuskan napas terakhirnya.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, Rubaiyah naik line D dari pasar Gotong Royong. Ia membawa barang-barangnya cukup banyak. Di antaranya, dua tas besar dan 4 jerigen. "Sepertinya, dia pedagang jamu," ujar Abdul Bahri salah seorang petugas di kamar mayat.

Dari pasar Gotong Royong, tidak ada gelagat mencurigakan pada Rubaiyah. Hanya, begitu memasuki Jl Panjaitan, tiba-tiba saja dia ambruk. Untung saja waktu itu, ia tidak duduk dip inggir pintu. "Kalau duduk diluar pintu, bisa nggelundung dia," ujar Bahri.

Kabar itu pun terendus oleh aparat kepolisian. Tak lama kemudian, petugas kepolisian dari Polresta Probolinggo mendatangi RSUD. Mereka langsung mengecek keberadaan korban dan melakukan pendataan.

Polisi sempat kesulitan untuk mengetahui identitas korban. Pasalnya, korban tidak membawa kartu identitas. Polisi hanya menemukan sebuah dompet berisi duit sebanyak Rp 19.750.

Begitu dinyatakan meninggal, jenazahnya langsung dipindah ke kamar mayat. Bahri pun merencanakan, jenazah itu dimasukkan ke dalam pendingin jenazah. Itu, untuk mengantisipasi kalau keluarganya tak juga datang.

Tapi, rencana itu gagal. Lantaran, kemarin (22/9) sore keluarganya dari Nguling datang dan langsung membawa jenazah Rubaiyah pulang. "Keluarganya datang dan langsung membawanya pulang. Mati biasa, tidak ada tanda-tanda adanya kekerasan," jelas Abdul Bahri. (rud/yud)

Sumber:
http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180582

Respons Keluhan Nelayan, Gelar Operasi

[ Kamis, 23 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Probolinggo merespons keluhan nelayan Tongas soal masih banyaknya penggunaan jaring trawl. Bareng petugas Polairud, TNI AL dan Bakesbangpol, kemarin (22/9) DKP menggelar operasi laut di perairan Probolinggo.

Sekitar pukul 08.00 para petugas gabungan itu sudah berkumpul di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo. Dengan menggunakan kapal patroli milik DKP, tim tersebut bergerak menyusuri perairan Gili Ketapang, lalu ke arah barat (Tongas).

Mudah saja bagi tim untuk mendeteksi keberadaan kapal-kapal nelayan yang beraktifitas pagi itu di wilayah barat. "Ini kami pakai GPS (Global Positioning System)," jelas Setiyono, bagian pengawasan dari DKP, kepada Radar Bromo.

Dengan alat itu, tim bisa langsung mendekati kapal-kapal nelayan yang sedang beroperasi. Karena petunjuk koordinat dari GPS, tim juga bisa langsung mengetahui apakah kapal tersebut melanggar ketentuan zona/jalur atau tidak.

Sasaran razia pertama adalah KM (Kapal Motor) Rahmat Jaya. KM ini melanggar jalur penangkapan ikan. Seharusnya kapal ikan itu berlayar di jalur 1B. "Kapal ini berada di jalur 1A," terang Bripka I. Wayan Mulyana, komandan kapal 017 yang turut serta dalam razia tersebut.

Jalur 1A adalah jalur di bawah jarak 3 mil dari lautan ke titik pantai. Sedangkan jalur 1B merupakan jalur di atas 3 mil hingga jarak 6 mil. "Ada aturannya untuk penangkapan ikan," jelas Setiyono.

Petugas kemudian menanyakan kelengkapan surat-surat KM Rahmat Jaya. Termasuk menanyakan alat tangkap ikan yang dipakai. Kru KM Rahmat Jaya menyatakan memakai alat tangkap jonggrang.

Jonggrang merupakan alat tangkap tradisional. Tapi, jaring tersebut sudah mengarah ke jenis trawl. Karenanya, dokumen KM Rahmat Jaya disita petugas. Nakhodanya kemudian disuruh merapatkan kapal ke dermaga Polairud Probolinggo.

Karena belum menemukan target yang sesungguhnya, kapal bergerak lagi kearah Tambakrejo, Tongas. Saat itu, petugas berhenti di salah satu kapal nelayan setempat untuk menyakan informasi keberadaan kapal dengan jaring trawl.

"Memang banyak Pak, tapi tepat di perbatasan (Probolinggo-Pasuruan)," jelas Heri, salah satu nelayan asal Tongas. Keberadaan kapal yang berada di perbatasan tersebut membuat tim tidak bisa mendekat. "Kalau masuk ke sana (Nguling) itu bukan wilayah kami," terang Bripka Wayan.

Untuk itu tim berbalik arah dan mencari informasi pada nelayan lainnya. Tidak beberapa lama, tim patroli medekati sebuah tambak yang terlihat mencurigakan. Namun, setelah didekati tambak itu adalah berisikan tanaman rumput laut.

Salah satu nelayan yang bertugas mengawasi tambak itu mendekati petugas dan memberikan beberapa informasi. Biasanya nelayan nakal yang menggunakan jaring Trawl tersebut bergantung pada musim. "Lihat-lihat musimnya pak," jelas nelayan tersebut.

Para nelayan pengguna jaring trawl merapat ke arah perairan barat Probolinggo ketika musim angin yang kencang. Sehingga, nelayan mendekat ke perairan Tongas ketika ombak besar cukup mengganggu.

Karena tidak mendapati nelayan yang diduga beroperasi dengan jaring trawl, tim operasi tersebut balik ke dermaga Pelabuhan Tanjung Tembaga. "Hasil operasi kali ini hanya menjaring satu kapal pelanggar," jelas Setiyono.

Sementara itu, Kepala DKP Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi menyatakan memang sudah mengecek informasi yang beredar dari nelayan. "Kami sudah kroscek ke nelayan. Dan memang benar tetap beroperasi (perahu dengan trawl), jelasnya.

Jika kemarin tak mendapati perahu yang menggunakan trawl, apa itu berarti operasi bocor dulan? Dedy menggeleng. "Ini operasi dadakan," terangnya. Hanya saja diduga kuat para nelayan memiliki antek di pelabuhan. Sehingga ketika kapal patroli keluar, mereka sudah mengabari rekan-rekanya. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180581

Hendak Mengajar, Guru SD Meninggal

[ Kamis, 23 September 2010 ]
BESUK - Dunia pendidikan di Kabupaten Probolinggo berduka. Ari Sunarya, seorang guru olahraga di SDN Alastengah III Kecamatan Besuk mendadak tutup usia. Lelaki 53 tahun itu tutup usia saat hendak mengajar, dalam posisi duduk.

Kejadian itu membuat SDN Alastengah III sontak dipadati warga sekitar. Sampai sekitar pukul 10.00, para guru, wali murid dan warga sekitar tumplek blek di sekolah yang berdekatan dengan kantor Desa Alastengah itu.

Ari dinyatakan meninggal sekitar pukul 07.30. Dari informasi yang dihimpun, saat itu Ari sebenarnya hendak memberi pelajaran. Tapi, ia sempat berbincang dengan tiga rekan guru, yakni Agus Suwido, Abdul Latif, dan Abu. "Kami berbincang ringan," kata Agus.

Tapi, saat itu Agus melihat ada yang tidak baik padai diri rekannya itu. "Pak Ari terlihat kurang sehat," ujar Agus.

Sekitar pukul 07.30 itu, ada seorang siswa kelas III masuk ke kantor guru. Siswa itu kemudian memberitahukan pada Ari, waktunya untuk pelajaran olahraga. Rencananya menurut Agus, Ari akan memberikan pelajaran di luar kelas. Maka Ari mengiyakan ucapan siswa itu. "Beliau (Ari) kemudian menyuruh siswa itu berangkat lebih dulu. Selanjutnya beliau akan menyusul," kisah Agus.

Ari tidak langsung beranjak keluar ruangan. Ia sempat kembali berbincang dengan Agus dan rekan-rekannya. Saat itulah Ari sedang duduk di kursi kantor tersebut. Tak lama setelah itu tiba-tiba kepala Ari jatuh tertunduk ke arah samping.

Agus Suwido, Abdul Latif dan Abu terkejut. "Sebab sebelumnya masih ngobrol enak," kata Agus.

Agus berusaha memanggil dan membangunkan Ari. Bahkan Agus mencoba menyentuh tubuh Ari yang masih dalam posisi duduk itu. Karena tak ada respon, Agus kemudian memanggil petugas pos kesehatan desa (poskesdes) yang juga bersebelahan dengan sekolah itu.

Petugas kesehatan bergegas datang dan memeriksa Agus. Hasil pemeriksaan sungguh mengejutkan. "Setelah diperiksa, saat itulah (Ari) dinyatakan meninggal," tutur Agus.

Rekan sesama guru di luar SD itu juga turut hadir. Hadir pula kepala Cabang Dinas Pendidikan (Dispendik) Kecamatan Besuk Ramli. Serta sejumlah kepala SDN se-Kecamatan. "Dari 23 kepala SDN di sini (Besuk) semuanya sudah datang. Kami turut berduka cita," sebut Ramli.

Dalam pantauan Radar Bromo, jenazah Ari masih berada di kantor SD tersebut. jenazahnya hanya ditutupi kain jarik. Di kantor tersebut, ada kepala SDN Alastengah III Agus Suwido, Kapolsek Besuk AKP Mahmud, serta sejumlah dewan guru dan anggota polisi. Di pintu masuk, sudah terpasang police line. Di dekat jenazah Ari, Sri Rahayu, 50, istri dari Ari sedang menunggui jenazah suaminya itu.

Menurut Kapolsek Besuk AKP Mahmud, sesuai musyawarah, pihaknya masih menunggu kedatangan saudara kandung Ari. Hal itu dilakukan untuk mmusyawarahkan, dimana jenazah Ari akan dimakamkan dan dimandikan. "Biar ada rembug antar keluarga. Ini prosedur standar," kata AKP Mahmud.

Dalam waktu cepat, suasana duka menyeruak di sekolah tersebut. Warga sekitar berdatangan. Pihak sekolah kemudian menghubungi Cabang Dispendik besuk. Selain itu juga menghubungi beberapa orang terkait. Termasuk Sri Rahayu, istri dari Ari Sunarya. Sri Rahayu sendiri adalah seorang guru di SDN di Kecamatan Bantaran.

Begitu tiba di SDN Alastengah III, Sri Rahayu langsung menangis histeris di depan jasad suaminya yang disemayamkan di atas meja dan ditutupi kain. Bahkan Sri tetap menangis hingga jenazah diberangkatkan ke rumah duka.

Di antara tangisnya, Sri sempat menceritakan hal yang dilakukan suaminya sejak pagi. Ari kata Sri, sempat minum obat yang merupakan resep dokter. "Minum obat, tapi dia (Ari) ndak sarapan. Cuma minum air saja," tutur Sri sambil sesenggukan.

Setelah minum obat, dengan mengendarai motor Ari mengantarkan Sri ke SD tempatnya mengajar di Bantaran. Dari Bantaran, Ari langsung melaju ke SDN Alastengah III.

Saban harinya, Ari memang harus menempuh perjalanan jauh. Dia dan istrinya tinggal di Perumahan Bentar Asri di Kecamatan Dringu. Selain mengajar di Besuk, tak jarang Ari mengantar istrinya ke Bantaran. Seperti dilakukan kemarin.

Padahal, belakangan Ari didera penyakit jantung, asam urat dan darah tinggi. "Jadi faktor jarak mungkin bisa berpengaruh. Bisa saja karena kecapekan," kata Agus Suwido mengira-ngira.

Kemarin sampai sekitar pukul 10.40, jasad Ari masih di SDN Alastengah III. Saat itu Slamet, kakak kandung Ari, datang ke sekolah tersebut. Slamet pun tak kuasa menahan air matanya. Datangnya Slamet dijadikan momen pengambilan keputusan, akan dikemanakan jasad Ari.

Kapolsek Besuk AKP Mahmud memulai pembicaraan. "Jenazah Pak Ari harus segera diurus. Baiknya bagaimana?" katanya. Lalu terjadilah pembicaraan cukup lama.

Slamet berkeras membawa jenazah adiknya itu langsung ke Kebonsari Kulon, Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Sebab, Ari memang berasal dari Kebonsari Kulon. "Saya punya hak. Saya kakak kandungnya," ujar Slamet.

Namun, sang istri, Sri rupanya kurang berkenan. Sri rela suaminya dimakamkan di Kebonsari Kulon. Tapi, ia meminta agar jenazah Ari lebih dulu mampir di Perumahan Bentar Asri. Akhirnya disepakati jenazah Ari lebih dulu mampir di Perumahan Bentar Asri untuk dimandikan. Sedangkan pemakamannya di Kebonsari Kulon.

Sekitar pukul 11.00, jenazah Ari dievakuasi dengan mobil ambulans RSUD Waluyojati Kraksaan. Di Perumahan Bentar Asri, sudah disiapkan untuk pemandian Ari. Tapi ternyata terjadi perubahan. Jasad Ari bukannya dibawa ke Perumahan Bentar Asri, melainkan dibawa ke rumah kakaknya, Robi Lahak, 62, di Gg Aruman, Kebonsari Kulon.

Di rumah keluarga asal Ari itulah akan dilakukan pemandian. "Nanti (kemarin, Red) dimakamkan di sini (Kebonsari Kulon), di pemakaman keluarga," ujar Robi Lahak kepada Radar Bromo di sela-sela kesibukannya menyiapkan pemandian sang adik bungsunya. (eem/qb)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180576

Malam Nonton Tukul, Pagi Marah

[ Kamis, 23 September 2010 ]
Tangis Sri Rahayu seperti tiada henti. Saat menemui rekan-rekannya yang datang bertakziah kemarin, gurus SDN Tempuran Kecamatan Bantaran itu terus berlinang air mata. Tapi, ia masih cukup tegar berkisah tentang saat-saat terakhir mendampingi suaminya.

Menurutnya, Ari Sunarya setahun terakhir memang sakit-sakitan. Sembuh sebentar, sakit lagi. Begitu terus. Tiga penyakit mendera suaminya itu. Yakni jantung, asam urat dan darah tinggi. "Yang paling parah ya penyakit jantungnya itu," ujar Sri. Karena penyakit itu, saat Ramadan lalu Ari sampai beberapa kali bolong puasa.

Tapi, Sri tak pernah menyangka suaminya akan menjemput ajal kemarin dengan begitu mengejutkan. Menurut Sri, Selasa (22/9) malam Sri masih menemani suaminya nonton televisi hingga larut malam. "Tadi (Selasa, Red) malam itu yang ditonton acara Tukul itu, Mbak," kisah Sri pada tamunya.

Namun, Sri tak bisa mengalahkan kantuknya. Malam itu ia pamit tidur duluan. Sedangkan Ari masih meneruskan nonton televisi.

Pagi kemarin Sri mendapati ada yang tidak biasa pada suaminya. Ari marah-marah. Menurutnya, hal itu tidak biasa dilakukan sang suami padanya. "Biasanya dia tidak pernah marah. Tapi tadi (kemarin) pagi ia marah," ujarnya Sri masih dengan mata basah oleh air mata.

Ceritanya, Ari saat itu marah karena terburu-buru hendak berangkat mengajar. Sedangkan Sri masih memasak air. "Ayo cepat! Suwe banyu iku," ujar Sri menirukan amarah suaminya pagi itu.

Setelah itu Ari dan Sri berangkat. Lebih dulu Ari mengantarkan Sri ke SDN Tempuran. Sebenarnya mereka sama-sama mengendarai sepeda motor. Tapi, Ari sengaja mengantarkan istrinya sampai ke sekolahnya. Baru kemudian Ari ke SDN Alastengah III di Besuk.

Tapi, baru beberapa puluh menit berada di sekolahnya, Sri mendapat telepon dari rekan Ari. Sri mendapat kabar bahwa penyakit suaminya kambuh. Tapi, saat datang di SDN Alastengah, Sri mendapati suaminya sudah tidak bernyawa. (qb/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180575

Berkah Apel Hari Jadi Kota Probolinggo bagi Toko-Toko di Pasar Gotong Royong

[ Kamis, 23 September 2010 ]
Dari 23 Lusin Kaos, Kini Tinggal Satu

Apel hari jadi Kota Probolinggo di alun-alun pada Senin (20/9) lalu memberi berkah bagi sejumlah pedagang di Pasar Gotong Royong. Terutama toko-toko yang menjual kostum Sakera. Dagangannya itu ludes diborong para pegawai pemkot.

FAMY DECTA MAULIDA, Probolinggo

Ribuan orang menggunakan berbagai pakaian adat dalam gelaran apel hari jadi kota, Senin lalu. Apel tersebut digelar dalam rangka peringatan hari jadi Kota Probolinggo ke-651 yang sejatinya jatuh pada 4 September.

Nah, apel itu berlangsung tak jamak. Pengantar apel menggunakan bahasa Madura. Selain itu, Wali Kota Buchori dan para para pegawai pemkot mengenakan pakaian adat. Termasuk busana khas Madura, ala Sakera. Ada juga yang mengenakan pakaian adat Jawa serta diikuti etnis Arab dan China.

Tapi, lebih dari 60 persen, termasuk Wali Kota Buchori, memakai pakaian adat Madura. Wali Kota Buchori memakai pesa'an, berkalung sarung, berkumis, pakai udeng dan membawa clurit. Bagi peserta perempuan mengenakan pakaian ala Marlena.

Bisa dibayangkan seperti apa ribetnya para peserta apel yang harus menyiapkan pakaian adat yang bakal dipakai? Berbagai alternatif pun dibuat. Mulai dari menjahit sendiri, sewa, beli di pasar lokal, melancong ke Surabaya atau nitip teman yang sedang mudik ke Madura.

Antusiasme peserta apel yang terdiri dari pegawai di kalangan pemkot, anggota DPRD dan instansi vertikal begitu luar biasa. Mereka sampai hunting ke pertokoan di daerah pasar, contohnya di pasar Gotong Royong.

Kemarin (22/9) Radar Bromo mendatangi beberapa toko busana di kawasan pasar Gotong Royong. Para pedagang membenarkan jika digelarnya hari jadi memakai pakaian adat Madura itu menjadi berkah tersendiri bagi mereka. Barang yang diburu pembeli adalah kaos Sakera, celana gombor (pesa'an) sampai udeng.

"Mulai ada patrol sampai hari jadi kemarin itu banyak yang cari. Kami sampai kewalahan melayani karena barangnya habis. Coba kalau ada yang ngomong sebelumnya bisa kulakan yang banyak," terang Andrin, penjaga toko Arafat.

Harga yang ditawarkan untuk kaos dan pesa'an cukup terjangkau. Kaos dijual seharga Rp 20 ribu dan pesa'an hanya Rp 100 ribu. Udeng dijual dalam dua jenis, model tinggal pakai atau masih dalam bentuk kain. Harganya dipatok Rp 15 ribu.

Menurut Andrin, bahan kain pesa'an yang dijual dari bahan saten. Pasalnya, ada departemen store yang menjual pesa'an dengan harga sekitar Rp 300 ribu. Kalau udeng kebanyakan pembeli ingin dari kain lalu dililitkan sendiri ke bagian kepala.

"Otomatis pendapatan kami bertambah karena lebaran kan sepi. Ada Sakera jadi pendapatan tambahan," ungkap Andrin yang kulakan pakaian Sakera itu dari Surabaya. Pembelinya berasal dari berbagai profesi seperti anggota dewan, guru sampai pegawai kelurahan dan kecamatan.

"Belinya ada yang banyak, ada yang satu-satu. Sekarang sudah habis barangnya. Kami punya 23 lusin tapi sekarang tinggal satu. Dulu jarang pembeli, sekarang banyak karnaval dan acara jadi ada saja yang cari," imbuh Andrin.

Hj Helmi, si pemilik toko, justru menyayangkan jika pihaknya tidak mendengar lebih awal bakal ada yang mencari baju Sakera dalam jumlah banyak. "Coba kalau dengar informasi pasti sudah kulakan banyak di Surabaya. Barang ini kan biasanya laku kalau setahun sekali," tuturnya.

Bahkan ada seorang pedagang yang sudah mendengar informasi hari jadi memakai pakaian Sakera langsung kulakan berkodi-kodi. "Ada yang sudah siap-siap belanja kodian. Tahu begitu saya ikut jadi orang yang cari tidak kebingungan," sambungnya.

Andrin menambahkan sampai hari Minggu (19/9) masih ada saja pembeli yang mencari baju Sakera. "Minggu sore masih ada yang mencari karena mau nyewa sudah tidak kumanan," kata Andrin yang juga menantu dari Hj Helmi itu. Untuk mengantisipasi tahun depan, toko yang berdekatan dengan pedagang buah ini berencana untuk menyiapkan stok baju Sakera.

Tidak hanya Toko Arafat yang ketiban rezeki. Tapi juga deretan toko di bagian dalam pasar Gotong Royong. Hanya saja, tak semua toko bisa meladeni pembelian busana Sakera.

Banyak pedagang di deretan dalam Pasar Gotong Royong yang mengamini banyak pembeli menanyakan pakaian Sakera. "Saya cuma jual kaosnya, itu pun ukuran kecil. Mereka cari yang ukuran besar-besar. Mereka itu belinya satu atau tiga, tidak banyak," tutur seorang wanita di toko yang terletak di sisi timur tersebut.

Pemilik toko lainnya bernama Iqbal menyatakan banyak pembeli yang datang, tapi dia tidak bisa melayani. "Banyak yang datang tapi barang kosong. Tidak terhitung berapa pembeli yang sudah mencari ke sini," terangnya.

Iqbal tidak bisa melayani lantaran momennya masih liburan lebaran. Sehingga banyak toko langganannya kulakan masih tutup. "Acaranya kan habis lebaran, cari barangnya ya repot mau kulakan. Udeng saya tinggal satu itu pun langsung dibeli sama orang," ucap dia. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180574

Berkah Apel Hari Jadi Kota Probolinggo bagi Toko-Toko di Pasar Gotong Royong

[ Kamis, 23 September 2010 ]
Dari 23 Lusin Kaos, Kini Tinggal Satu

Apel hari jadi Kota Probolinggo di alun-alun pada Senin (20/9) lalu memberi berkah bagi sejumlah pedagang di Pasar Gotong Royong. Terutama toko-toko yang menjual kostum Sakera. Dagangannya itu ludes diborong para pegawai pemkot.

FAMY DECTA MAULIDA, Probolinggo

Ribuan orang menggunakan berbagai pakaian adat dalam gelaran apel hari jadi kota, Senin lalu. Apel tersebut digelar dalam rangka peringatan hari jadi Kota Probolinggo ke-651 yang sejatinya jatuh pada 4 September.

Nah, apel itu berlangsung tak jamak. Pengantar apel menggunakan bahasa Madura. Selain itu, Wali Kota Buchori dan para para pegawai pemkot mengenakan pakaian adat. Termasuk busana khas Madura, ala Sakera. Ada juga yang mengenakan pakaian adat Jawa serta diikuti etnis Arab dan China.

Tapi, lebih dari 60 persen, termasuk Wali Kota Buchori, memakai pakaian adat Madura. Wali Kota Buchori memakai pesa'an, berkalung sarung, berkumis, pakai udeng dan membawa clurit. Bagi peserta perempuan mengenakan pakaian ala Marlena.

Bisa dibayangkan seperti apa ribetnya para peserta apel yang harus menyiapkan pakaian adat yang bakal dipakai? Berbagai alternatif pun dibuat. Mulai dari menjahit sendiri, sewa, beli di pasar lokal, melancong ke Surabaya atau nitip teman yang sedang mudik ke Madura.

Antusiasme peserta apel yang terdiri dari pegawai di kalangan pemkot, anggota DPRD dan instansi vertikal begitu luar biasa. Mereka sampai hunting ke pertokoan di daerah pasar, contohnya di pasar Gotong Royong.

Kemarin (22/9) Radar Bromo mendatangi beberapa toko busana di kawasan pasar Gotong Royong. Para pedagang membenarkan jika digelarnya hari jadi memakai pakaian adat Madura itu menjadi berkah tersendiri bagi mereka. Barang yang diburu pembeli adalah kaos Sakera, celana gombor (pesa'an) sampai udeng.

"Mulai ada patrol sampai hari jadi kemarin itu banyak yang cari. Kami sampai kewalahan melayani karena barangnya habis. Coba kalau ada yang ngomong sebelumnya bisa kulakan yang banyak," terang Andrin, penjaga toko Arafat.

Harga yang ditawarkan untuk kaos dan pesa'an cukup terjangkau. Kaos dijual seharga Rp 20 ribu dan pesa'an hanya Rp 100 ribu. Udeng dijual dalam dua jenis, model tinggal pakai atau masih dalam bentuk kain. Harganya dipatok Rp 15 ribu.

Menurut Andrin, bahan kain pesa'an yang dijual dari bahan saten. Pasalnya, ada departemen store yang menjual pesa'an dengan harga sekitar Rp 300 ribu. Kalau udeng kebanyakan pembeli ingin dari kain lalu dililitkan sendiri ke bagian kepala.

"Otomatis pendapatan kami bertambah karena lebaran kan sepi. Ada Sakera jadi pendapatan tambahan," ungkap Andrin yang kulakan pakaian Sakera itu dari Surabaya. Pembelinya berasal dari berbagai profesi seperti anggota dewan, guru sampai pegawai kelurahan dan kecamatan.

"Belinya ada yang banyak, ada yang satu-satu. Sekarang sudah habis barangnya. Kami punya 23 lusin tapi sekarang tinggal satu. Dulu jarang pembeli, sekarang banyak karnaval dan acara jadi ada saja yang cari," imbuh Andrin.

Hj Helmi, si pemilik toko, justru menyayangkan jika pihaknya tidak mendengar lebih awal bakal ada yang mencari baju Sakera dalam jumlah banyak. "Coba kalau dengar informasi pasti sudah kulakan banyak di Surabaya. Barang ini kan biasanya laku kalau setahun sekali," tuturnya.

Bahkan ada seorang pedagang yang sudah mendengar informasi hari jadi memakai pakaian Sakera langsung kulakan berkodi-kodi. "Ada yang sudah siap-siap belanja kodian. Tahu begitu saya ikut jadi orang yang cari tidak kebingungan," sambungnya.

Andrin menambahkan sampai hari Minggu (19/9) masih ada saja pembeli yang mencari baju Sakera. "Minggu sore masih ada yang mencari karena mau nyewa sudah tidak kumanan," kata Andrin yang juga menantu dari Hj Helmi itu. Untuk mengantisipasi tahun depan, toko yang berdekatan dengan pedagang buah ini berencana untuk menyiapkan stok baju Sakera.

Tidak hanya Toko Arafat yang ketiban rezeki. Tapi juga deretan toko di bagian dalam pasar Gotong Royong. Hanya saja, tak semua toko bisa meladeni pembelian busana Sakera.

Banyak pedagang di deretan dalam Pasar Gotong Royong yang mengamini banyak pembeli menanyakan pakaian Sakera. "Saya cuma jual kaosnya, itu pun ukuran kecil. Mereka cari yang ukuran besar-besar. Mereka itu belinya satu atau tiga, tidak banyak," tutur seorang wanita di toko yang terletak di sisi timur tersebut.

Pemilik toko lainnya bernama Iqbal menyatakan banyak pembeli yang datang, tapi dia tidak bisa melayani. "Banyak yang datang tapi barang kosong. Tidak terhitung berapa pembeli yang sudah mencari ke sini," terangnya.

Iqbal tidak bisa melayani lantaran momennya masih liburan lebaran. Sehingga banyak toko langganannya kulakan masih tutup. "Acaranya kan habis lebaran, cari barangnya ya repot mau kulakan. Udeng saya tinggal satu itu pun langsung dibeli sama orang," ucap dia. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180574