Jumat, 09 Juli 2010

Hakim Cuti, Sidang Sawie Ditunda

[ Jum'at, 09 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Sidang putusan untuk Abdul Hadi Sawie, sekretaris DPRD Kota Probolinggo yang jadi terdakwa kasus dugaan korupsi dana perdin, kemarin (8/7) tertunda. Ini karena salah satu hakim anggota masih cuti. Sidang ditunda minggu depan (15/7) dengan agenda yang sama.

Sampai pukul 12.00 di pengadilan negeri (PN) Kota Probolinggo tidak nampak kehadiran penasihat hukum terdakwa Sawie, Eries Jonivianto atau pihak Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Humas PN Heri Kristijanto menyebutkan sidang itu ditunda. "Saya sudah konfirmasi ke Bu Sih, ketua majelis (kasus terdakwa Sawie), sidang ditunda karena sampai sampai hari ini (kemarin) hakim anggota II Bu Diah Purnomojekti masih cuti dalam rangka kepentingan keluarga," kata Heri siang kemarin.

Menurut Heri, putusan untuk perkara tersebut sudah dibuat. Majelis hakim tinggal membacakan di persidangan. "Putusan sudah selesai dibuat, tapi masih menunggu hakim anggota lainnya. Sebenarnya bisa saja menggunakan hakim pengganti. Tapi, masalahnya harus menggunakan penetapan ketua PN lagi," imbuh Heri. Sidang putusan untuk Sawie diagendakan digelar pada Kamis (15/7).

Sementara itu, penasihat hukum terdakwa mengaku mendengar jika sidang akan ditunda. "Saya mendengarnya dari kejaksaan. Untuk mengirit ongkos transportasi maka kami tidak datang ke Probolinggo," jawab Eries singkat.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, terdakwa Sawie didakwa melakukan tindak pidana korupsi terkait dana perjalanan dinas (perdin) DPRD Kota Probolinggo pada 2007 silam. Ia dituntut pidana penjara selama satu tahun dan enam bulan dan denda sebesar Rp 75 juta subsidair empat bulan kurungan. Lalu, tuntutan membayar uang pengganti sebesar Rp 12 juta.

Bila vonis untuk Sawie tertunda, bagaimana dengan kelanjutan proses hukum atas terdakwa Miendwiati? Diketahui, direktur PT Gilang itu lebih dulu diseret ke pengadilan dalam kasus yang sama dengan Sawie. Bedanya, Miendwiati merupakan rekanan dewan dalam perdin tersebut.

Sebelumnya, majelis hakim PN Probolinggo menjatuhkan vonis satu tahun penjara dan membayar denda Rp 50 juta untuk Mien. Apabila dalam batas waktu satu bulan tidak dibayar maka dikenai subsider kurungan empat bulan. Ditambah membayar uang pengganti Rp 101 juta. Dalam satu bulan tidak mengganti maka harta benda akan disita untuk dilelang atau mengganti pidana penjara selama empat bulan.

Namun Mien melakukan upaya banding ke pengadilan tinggi (PT) di Surabaya. Keputusan PT justru menguatkan putusan majelis hakim di PN Kota Probolinggo. Tak puas dengan putusan banding, Mien mengambil upaya kasasi. Ia menyerahkan memori kasasi ke PN pada 28 Desember 2009 lalu. Disusul kontra memori oleh JPU ke PN pada 5 Januari 2010.

Data register di PN menyebutkan, tanggal 6 Januari 2010 PN menyerahkan berkas kasasi itu ke MA. Baru pada tanggal 9 Februari 2010 mendapatkan balasan surat dari MA disertai nomor perkara kasasi 340K/PID.SUS/2010. Sampai saat ini putusan MA belum diterima oleh PN.

"Sampai sekarang belum ada. Apabila putusan kasasi dari MA sudah turun pasti melalui kami. Kami tidak tahu mengapa lama sekali turunnya. MA kan menangani perkara kassi di seluruh Indonesia," pungkas Heri. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Banyak yang Masih Takut

[ Jum'at, 09 Juli 2010 ]
Wabup Sidak Konversi Mitan-Elpiji

MARON - Banyaknya tabung gas elpiji yang meledak dalam program konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji membuat Pemkab Probolinggo waspada. Inspeksi mendadak (sidak) untuk mengetahui kelayakan kualitas tabung elpiji semakin diintenskan.

Seperti yang dilakukan Wabup Probolinggo Salim Qurays, siang kemarin (8/7). Wabup sidak ke beberapa rumah warga di Desa Brani Kulon, Maron yang telah mendapat program konversi.

Dalam inspeksinya Salim didampingi Kades Brani Kulon Muhyidi. "Kebetulan di desa kami sudah seminggu ini berjalan proses konversi. Sebagian besar masyarakat sudah menerima kompor gas," kata Muhyidi.

Muhyidi menjelaskan, rata-rata warga Brani Kulon dapat program konversi minyak tanah ke elpiji. Dari 984 kepala keluarga (KK) yang ada di Brani Kulon, 951 di antaranya menerima program tersebut.

Namun menurutnya, masih ada warga yang takut menggunakan elpiji. Mereka yang takut biasanya memilih tidak menggunakan kompor gas atau menyimpan tabung elpiji yang diterima. Tidak sampai menjual kompor gas seperti yang disinyalir terjadi di Kecamatan Krejengan.

"Alhamdulillah di desa kami sampai sejauh ini tidak ditemukan warga yang menjual kompornya pak Wabup. Kalau yang masih takut ada. Cuma tidak sampai menjual kompor. Hanya masih menyimpan kompornya saja," terang Muhyidi.

Salim sendiri mendatangi beberapa rumah warga, kemarin. Selama sidak itu, dia mendapati sejumlah warga sudah memakai kompor gas. Bahkan saat meninjau rumah Salam di Dusun Krajan, Salim mendapati kompor gas Salam sedang digunakan untuk memasak daun suruh.

"Sebenarnya rasa takut ada Pak. Tetapi karena sudah diberikan sosialisasi, jadi mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa," kata Salam yang mengaku baru pertama kali memakai kompor gas. Sebelumnya ia selalu menggunakan tungku.

Meski sudah berani menggunakan kompor gas, namun Salam mengaku sedikit cemas dengan kualitas perangkat kompor gas yang ada. "Kalau tabungnya tidak begitu masalah. Yang kami takutkan itu regulator dan pipanya itu. Kebanyakan yang bermasalah itu kan regulator dan selangnya," ungkapnya.

Mendengar pernyataan tersebut, Wabup Salim mengimbau agar warga menaati semua anjuran dalam sosialisasi. Khususnya anjuran penggunaan kompor gas dan perlakuan terhadap tabung elpiji.

Sementara Salim ditemui usai sidak menjelaskan, program konversi dari mitan ke elpiji perlu terus diperhatikan. "Kualitas perangkat kompor gas itu harus terjaga. Itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," jelasnya.

Menurut Salim, bila perangkat kompor gas cukup baik dan digunakan sesuai petunjuk, maka penggunaan kompor gas cukup aman. "Yang terpenting sosialisasi ke masyarakat harus baik," terangnya. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168897

DPO Perampokan Didor

[ Jum'at, 09 Juli 2010 ]

PROBOLINGGO - Aksi perampokan di toko milik Edi Saiful, 23 warga desa Tigasan, Leces Kabupaten Probolinggo 24 Januari 2010 lalu terungkap. Setelah menangkap salah satu tersangka Suharno beberapa bulan sebelumnya, Rabu (7/7) malam lalu giliran Tosan, 25 warga Malasan yang berhasil dibekuk polisi.

Tosan juga mendapatkan bonus timah panas di tumit kanannya karena berusaha kabur. Menurut Kasatreskrim AKP Heri Mulyanto, Tosan sudah masuk daftar pencarian orang (DPO). "Tersangka ini sudah lama masuk DPO. Baru Rabu sore anggota mengendus keberadaannya dan langsung digerebek," kata Kasatreskrim.

Sepekan terakhir polisi baru mengendus keberadaan Tosan di rumahnya. Diapun digerebek. Tapi, saat tahu digerebek, Tosan berusaha kabur. "Begitu mengetahui tangkapan mau kabur, salah satu petugas yang ada di luar rumah tersangka langsung berteriak dan meminta tersangka menyerah. Tetapi tidak digubris, terpaksa kami tembak setelah diberi beberapa kali tembakan peringatan," jelas Kasatreskrim.

Tosan mengaku melakukan aksi pencurian 24 Januari lalu dengan beberapa temannya. Dalam aksi itu mereka menyikat uang Rp 3 juta dari toko milik Edi Saiful. "Dari ketarangan tersangka, uang hasil merampok itu katanya sudah dibagi-bagi dan habis buat judi juga," terang Kasatreskrim. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168896
[ Jum'at, 09 Juli 2010 ]
Komisi D Bakal Sidak
Keluhan atas masalah biaya daftar ulang itu juga jadi sorotan Komisi D DPRD setempat. Ribut Fadhilah dari komisi D mengatakan, beberapa hari terakhir komisinya belakangan ini banyak mendapatkan laporan dan keluhan sejumlah wali murid tentang mahalnya biaya daftar ulang.

"Banyak wali murid yang lapor dan mengeluh kalau daftar ulangnya saat ini cukup banyak. Di antaranya dari beberapa keluarga yang tidak mampu. Kami ingin mengetahui kondisi di lapangan dengan menggelar sidak Senin (12/7) depan," kata Ribut kemarin.

Ribut sendiri enggan menjelaskan lebih detail sekolah mana saja yang banyak dilaporkan oleh wali murid tersebut. "Tidak usah disebut sekolahnya. Laporan beberapa wali murid itu ada sekolah SMP dan SMA, yang pendaftarannya cukup mahal," jelasnya.

Sebelum menggelar sidak dijelaskan Ribut, komisi D bakal berkoordinasi terlebih dahulu dengan Dinas Pendidikan (Dispendik). "Kami akan cari informasi terlebih dahulu. Dalam pendaftaran murid baru atau daftar ulang tahun ini, tarikan apa saja yang diperbolehkan oleh sekolah dan mana yang dilarang," jelasnya.

Di tempat terpisah, Kabid Pendidikan Menengah Dispendik Suwari menjelaskan pihaknya telah memberikan edaran. "Tanggal 10 Juni lalu kami sudah buat edaran. Segala sumbangan itu harus ada musyawarah dulu dengan wali murid. Harus ada mufakat dahulu," jelasnya.

Kalaupun ada sumbangan, menurutnya, sebaiknya dilakukan setelah kegiatan proses belajar mengajar berlangsung. "Soal adanya keluhan wali murid yang mengaku ditarik terlalu besar itu, nanti akan kami koordinasikan dulu dengan pihak sekolah," jelasnya. (mie/yud)

--------------------------------------------------------

Nekat Colong Helm Polisi

PROBOLINGGO - Usman, 22, dan Haribowo, 22, warga Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo ini sungguh nekat. Mereka nekat nyolong helm milik Briptu Erik Pratama, anggota Polsek Wonoasih, Rabu (7/7) petang lalu. Akibatnya, selain nyaris dimassa, keduanya harus berurusan dengan polisi.

Aksi pencurian itu terjadi sekitar pukul 18.30. Saat itu Usman dan Haribowo mengendarai sepeda motor melintasi Jl Prof Hamka Kota Probolinggo. "Mereka masih sempat beli bensin sebelum melakukan aksinya," jelas Kapolsek Wonoasih AKP Ohim kemarin.

Dari Jl Prof Hamka, mereka menyusur Jl Mastrip. Sampai di perempatan Jl Bengawan Solo, mereka mendapati ada polisi di pingir jalan. Karena tidak memakai helm, dua pemuda itu menghindari polisi, balik kanan dan memasuki Gg Srikaya.

Nah, di gang itulah mereka menyabet helm yang saat itu berada di atas sebuah motor. Begitu helm berada di tangan mereka, Usman dan Haribowo langsung tancap gas. Mereka melarikan diri dan melewati Jl Bengawan Solo.

Tapi, si pemilik helm tahu aksi itu. Briptu Erik Pratama langsung mengejar pelaku. Aksi kejar-kejaran berakhir di Jl Barito. Briptu Erik berhasil menendang jatuh Usman dan Haribowo. Warga sekitar pun cepat berdatangan membantu Erik. "Untung waktu itu ada polisi. Kalau tertangkap massa mungkin sudah babak belur," ujar Kapolsek. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168895

Keluhkan Sumbangan Daftar Ulang

[ Jum'at, 09 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Para orang tua kini disibukkan urusan daftar ulang sekolah putra-putrinya. Di SMAN 1 Tongas Kabupaten Probolinggo, sejumlah wali murid mengeluhkan sumbangan dalam biaya daftar ulang.

Menurut keterangan beberapa wali murid, selain dikenai tarikan untuk kebutuhan dana pendamping dan peningkatan mutu siswa, wali murid juga dibebani sumbangan. Tapi, sumbangan itu bersifat wajib.

Seorang wali murid menuturkan, usai mengumumkan nama-nama siswa yang diterima di sekolah tersebut, lantas pihak sekolah meminta wali murid untuk daftar ulang. "Persisnya pada tanggal 6 Juli lalu, kami diberi sebendel formulir untuk diisi," katanya sambil minta namanya tak dikorankan.

Menurutnya, dalam bendel formulir tersebut, juga ada sejumlah tarikan untuk kebutuhan sekolah yang jumlahnya mencapai Rp 460 ribu. Tarikan itu diantaranya untuk OSIS selama setahun, komputer, perpustakaan, remidi, kopsis dan lain-lain.

Draft tersebut ditandatangani oleh kepala sekolah Mustari dan ketua komite sekolah Subantar R. "Sebenarnya yang tarikan ini tidak begitu kami permasalahkan. Cuma surat pernyataan ini yang rada aneh," imbuh wali murid lainnya.

Surat pernyataan untuk wali murid tersebut isinya berupa tarikan sumbangan untuk pengembangan sekolah. Tapi kesannya bukan sumbangan. Isinya: Dengan ini menyatakan bahwa untuk kepentingan pengembangan sekolah kami sanggup dan bersedia menyumbang (pilih salah satu dengan melingkari),

Ada tiga opsi sumbangan yang tertulis dalam surat pernyataan tersebut. Yakni Rp 500 ribu, Rp 600 ribu dan Rp 700 ribu. Pada bagian selanjutnya ada juga opsi pilihan pembayaran sumbangan tersebut. Mulai dari opsi pembayaran tunai, pembayaran 3 kali angsuran, 4 kali angsuran dan 5 kali angsuran. Semuanya terhitung mulai Agustus 2010.

Di akhir surat pernyataan itu, ada tanda tempat untuk tangan wali murid dan tempat untuk materai Rp 6 ribu. "Kalau ada materai itu kan berketetapan hukum tetap. Jadi wali murid harus membayar," keluh wali murid tersebut.

Disebutkan, ketika pemberian formulir tersebut, pihak sekolah tidak menjabarkan soal pembayaran sumbangan itu. "Waktu itu Cuma dibagi formulir dan suruh mengisi saja," bebernya.

Karena itu wali murid pun takut untuk tidak mengisi surat pernyataan tersebut. "Rata-rata wali murid takut kalau tidak mengisi sumbangan itu, nanti anaknya malah tidak jadi diterima," katanya.

Padahal kebanyakan wali murid di SMAN 1 Tongas berasal dari keluarga menengah ke bawah. Rata-rata wali murid bekerja sebagai petani dan nelayan. "Jadi rata-rata wali muridnya hanya memilih opsi yang paling kecil (Rp 500 ribu) dengan pembayaran paling lama (opsi 5 kali angsuran)," jelasnya.
:
Sholeh Waqif, ketua panitia pendaftaran di SMAN Tongas saat dikonfirmasi Radar Bromo kemarin mengaku tidak bisa menjelaskan soal tarikan sumbangan itu. "Mohon maaf mas, yang berkenan menjawab itu kepala sekolah," katanya.

Sedangkan Kepala Sekolah SMAN 1 Tongas Mustari sendiri kemarin tidak hadir di sekolah. Saat dihubungi via ponselnya juga tidak berhasil. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168894

Minta Kaji Ulang Len Jelenan

[ Jum'at, 09 Juli 2010 ]
Hearing Komisi B dengan Pemkot

PROBOLINGGO - Pemkot Probolinggo berencana menghidupkan lagi kawasan kuliner khas Len Jelenan di Jl Niaga. Rencana tersebut kini sedang digodok. Komisi B DPRD pun memberi perhatian pada rencana tersebut dengan menggelar hearing kemarin (8/7). Hasilnya, dewan minta pemkot mengkaji ulang rencana itu.

"Kondisi Len Jelenan sekarang cukup memperihatinkan. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama, eksekutif dan legislatif. Kami ingin tahu bagaimana rencana ke depannya, sanggup menghidupkan Len Jelenan kembali atau tidak? Kalau masih ada harapan kedepannya seperti apa?" tanya Ketua Komisi B Sri Wahyuningsih membuka hearing pagi itu (8/7).

Dalam forum itu dari jajaran pemkot hadir Kabid Ekonomi Bappeda Retno Feby, Kepala Dinas Koperindag Widiharto, Kabid Aset di DPPKA Rachmadeta dan Kepala Satpol PP Sukam. Retno menjelaskan Bappeda bersama instansi terkait sudah membahas bagaimana menghidupkan kembali Len Jelenan.

"Len Jelenan akan dibuka seminggu sekali, setiap malam minggu. Nanti akan diisi oleh rumah makan, usaha kecil menengah (UKM) dan pedagang kaki lima (PKL). Hiburannya secara bergantian ada ludruk, fashion show atau band. Di sana juga disediakan pramusaji, jadi pengunjung bisa menikmati hiburan dan berbagai menu makanan," ujar Retno.

Rencananya Len Jelenan bakal dibuka pada 17 Juli nanti. Tapi, karena waktunya sangat mendesak maka diundur karena satker diharapkan bisa mengajukan anggaran pada saat perubahan anggaran keuangan (PAK).

Kepala Dinas Koperindag menambahkan adanya Len Jelenan untuk memberdayakan ekonomi lokal dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Diakui oleh Widiharto, sekarang hanya tersisa empat pedagang di Len Jelenan. Dulu pernah diupayakan menambah pedagang sempat terkumpul 13 pedagang tapi jumlah itu terus menyusut. Dan sekarang yang masih bertahan hanya empat pedagang tersebut.

"Ke depan pemkot tetap ingin menghidupkan Len Jelenan. Koperindag sudah menindaklanjuti mengundang 24 rumah makan, sampai sekarang baru 8 yang menyerahkan surat kesanggupannya," jelas Widiharto.

Pendapat Kabid Aset Rachmadeta yang mewakili DPPKA malah lebih ekstrim. Selama Len Jelenan belum bisa mampu bertahan dan ramai, maka pihaknya tidak akan menarik retribusi. Jika sebaliknya, DPPKA baru bakal menarik retribusi sesuai dengan perda.

"UKM itu terlalu dimanja. Yang terlupakan ada PKL. Taruhlah pedagang yang murni dia berdagang, dengan rasa yang enak dan harga kompetitif orang pasti akan kembali," tegas dia.

Terungkap banyak faktor yang bikin Len Jelenan gagal. Antara lain harga makanan yang mahal, lahan parkir sulit, pengawasan petugas yang terlalu ekstra, hanya makanan tidak ada pedagang lain atau mainan anak-anak, serta ada yang beranggapan menunya tidak enak.

Menangapi hal itu, anggota komisi B Yusuf Susanto punya keterangan berbeda. Menurutnya, mestinya pemkot melakukan investigasi berapa orang yang lalu lalang di sekitar Jalan Niaga. Termasuk menghitung pula sepeda motor dan mobil yang melintas.

"Jangan dipaksakan. Masih ada lokasi yang lebih bagus selain di sana. Bisa disentralisasi di Jl Dr Soetomo, karena di sana adalah pusat pertokoan," ungkap Yusuf dengan nada pesimis terhadap rencana pemkot tersebut.

Tidak hanya Yusuf Susanto, anggota komisi B lainnya seperti Umil Sulistyoningsih, Syaifudin, Agus Riyanto, Farina Churun Inin dan Moeasim punya pendapat yang sama.

"Kalau dipaksakan, berat. Tapi, mungkin bisa dicoba. Dulu waktu pembukaan sebegitu ramainya tapi hanya beberapa bulan saja. Saya setuju kalau ada kemanjaan yang membuat mereka tidak bertahan lama. Kalau mereka bondo dewe, pasti semangat," tegas Umil yang juga sekretaris komisi B.

Syaifudin mencontohkan bila sentra seperti Len Jelenan bisa saja dibuat di Jl Panglima Sudirman. Karena mengingat banyak kendaraan yang menuju Bali melintas di daerah tersebut. "Jangan sampai terjerembab di tempat yang sama untuk kedua kalinya," sahut Agus dari PDIP itu.

"Jika hanya untuk program pencitraan yang bersifat kontemporer, saya rasa bisa muspro. Saya menyarankan agar perlu dikaji ulang untuk Len Jelenan," imbuh dari FKAK Moeasim.

Sementara Sri Wahyuningsih menambahkan, adanya kabar pemkot akan menghidupkan Len Jelenan lagi, itu merupakan berita yang menggembirakan. Namun, menurutnya itu perlu dikaji ulang. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168893

Persikapro Belum Greng

[ Jum'at, 09 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Persikapro Kabupaten Probolinggo belum menunjukkan performa yang menjanjikan jelang perguliran kompetisi Divisi II Nasional mulai 17 Juli mendatang. Dalam friendship match kontra Persekap Kota Pasuruan di Stadion Merdeka Kraksaan Selasa (6/7) lalu misalnya, Persikapro malah ditahan imbang tanpa gol.

Meski tampil cukup dominan selama 90 menit, namun para punggawa tim berjuluk Laskar Panji Laras itu masih mandul. Mereka tak berhasil menyarangkan sebiji gol pun ke gawang Persekap yang notabene adalah sesama kontestan Divisi II Nasional, tapi berada di grup X.

Namun, hasil imbang tanpa gol itu dinilai tak mengecewakan oleh Manajer Persikapro Bambang Robianto. Pasalnya dalam uji coba tersebut jajaran manajemen memang tidak mencari hasil akhir.

Sedangkan sekretaris tim Persikapro Didik Edi Nuraji mengatakan, secara keseluruhan tim memang masih mempunyai banyak kekurangan. "Karena itu di sisa waktu yang ada ini kami akan terus mengevaluasi dan memperbaikinya, terutama mengasah ketajaman lini depan," ujar Didik.

Persikapro sendiri dalam Divisi II Nasional mendatang bakal bergabung di grup XII bersama Persikoba Kota Batu, Persebo Bondowoso dan Persika Karanganyar. Dari empat tim yang berlaga di satu grup, nantinya hanya akan diambil dua tim terbaik dari masing-masing group. Hanya juara grup dan runner up saja yang berhak lolos ke babak selanjutnya pada kompetisi divisi II tahun ini.

Menurut Didik, kekuatan yang ada di grup XII itu cukup berimbang. "Masing-masing tim mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekuatan di grup ini cukup merata," katanya.

Karena itu jajaran manajemen pun cukup optimis tim yang dibesut pelatih Ambayong Sarjono bersama asisten pelatih Cinca Ali itu mampu berbuat banyak. "Kami telah menyiapkan diri cukup baik selama ini," katanya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168882