Sabtu, 03 Juli 2010

Polres Kantongi Temuan Penting

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
Korban Lebih Dulu Dianiaya, Ada TKP Lain

KRAKSAAN - Kasus pembunuhan Sekretaris MUI Kraksaan M. Syaiful Bahri pada pertengahan Juni lalu belum juga terungkap pelaku maupun motifnya. Tapi, bukan berarti penyelidikan yang dilakukan Polres Probolinggo mandek. Kini polres mengaku telah mengantongi beberapa temuan penting.

Kapolres AKBP Rastra Gunawan melalui Kasatreskrim AKP Heri Mulyanto menyatakan sudah ada beberapa temuan penting. Sayang, Kasatreskrim enggan membeber temuan penting yang dimaksud. "Kalau saya sampaikan, malah akan mengganggu penyidikan," ujarnya kepada Radar Bromo, Kamis (1/7).

AKP Heri Mulyanto kemudian menyampaikan perkembangan penyidikan. Menurutnya, sejauh ini polres sudah memeriksa lebih dari 15 orang saksi. Terutama saksi yang memiliki kaitan erat dengan motif pembunuhan. "Dari situ kami berhasil mengorek banyak keterangan," sebutnya.

Selain itu, berdasar hasil olah TKP (tempat kejadian perkara), Kasatreskrim menyebut sudah menemukan beberapa alat bukti. Bahkan menurutnya, dimungkinkan ada TKP lain. Yakni TKP pembunuhan sebelum korban ditemukan tak bernyawa di bawah jembatan. Artinya, ada dugaan korban lebih dahulu dihabisi di tempat lain. Baru kemudian dibuang di sungai Rondoningo.

Seperti diberitakan sebelumnya, M. Saiful Bahri, 45, warga Perumahan Semampir Indah, Kraksaan Kabupaten Probolinggo menghilang pada Selasa (15/6) lalu. Berikutnya, pada Rabu (16/6) pagi, tubuhnya ditemukan tak bernyawa di sungai Rondoningo, tepatnya bawah jembatan Desa Sentong, Krejengan. Di tubuhnya ditemukan sejumlah luka tusuk dan bacok. Polisi menduga Saiful Bahri adalah korban pembunuhan berencana.

Nama Saiful Bahri dikenal tidak hanya sebagai guru MAN Pajarakan. Ia juga adalah sekretaris MUI Kraksaan. Selain itu dia merupakan sekretaris umum Lembaga Dakwah PCNU Kraksaan dan ketua Yayasan Pemberdayaan Bangsa Kabupaten Probolinggo.

Penyelidikan masih dilakukan polres Probolinggo dalam mengusut kasus ini. Walau belum sampai menemukan tersangka pelaku, polisi sudah mulai menemukan dugaan motifnya. Ada duga dugaan motif yang saat ini didalami polisi. Yakni motif masalah pekerjaan dan motif masalah keluarga. Bahkan untuk ini polres telah membentuk tim investigasi.

Kasatreskrim menyatakan, tim tersebut telah bekerja maksimal. Karena itu ia menepis anggapan minor masyarakat tentang kinerja polres dalam mengungkap kasus ini. "Bahkan kami sudah mendapat banyak temuan. Justru kami mengharap bantuan masyarakat dalam mengungkap kasus ini. Jadi masyarakat jangan berpikir pesimis dulu," ujarnya.

Ketika ditanya soal hasil otopsi, Kasatreskrim mengarahkan Radar Bromo agar meminta penjelasan langsung dari KBO Reskrim Iptu Muhammad Dugel. Selanjutnya, KBO Reskrim menjelaskan, ada dua hal yang bisa disimpulkan dari hasil otopsi.

Pertama, kata Dugel, korban dipukul dengan menggunakan dua alat. Yakni benda tumpul dan senjata tajam. Menurutnya, hal itu bisa dilihat dari bagian tubuh korban yang dianiaya. Yakni sekitar kepala dan perut.

Khusus di kepala, korban dihajar dengan benda tumpul dan sajam. Kepala korban mendapat setidaknya 3 bacokan di kepala. Yakni di dahi sebelah kiri hingga pelipis mata kiri. "Ini (kepala) dianiaya lebih dulu," ujar Dugel.

Menurut Dugel, tak hanya bagian kepala yang dianiaya. Namun, juga bagian perut dan dada. Yakni dua tusukan di sekitar dada, dan 1 tusukan di bagian perut. "Kalau yang ini (perut dan dada) karena tusukan," ujar Dugel.

Ditanya apakah menggunakan pisau atau celurit, Dugel tak merinci. Hanya menurutnya, penusukan tidak dilakukan dengan celurit. Yang paling mungkin adalah dengan pisau. "Tanda-tandanya menunjukkan (pembunuhan dilakukan) dengan pisau," tutur Dugel.

Selain itu, kata Dugel, yakni adanya pendarahan pada rongga perut dan pankreas di tubuh korban. Hal itu disebut Dugel dengan faktor penyebab turunan. "Yang utama ya karena dianiaya itu," tutur Dugel.

Diketahui, sekretaris MUI Kraksaan ini menghilang sejak Selasa, 15 Juni pagi. Lalu keesokan harinya ditemukan sudah tidak bernyawa. Dari hasil otopsi, diperkirakan kapan korban dibunuh? "Itu masih belum bisa dijelaskan," pungkas Iptu Dugel. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Birokrasi Ideal, 10 Tahun Tak Cukup

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
Wagub Jatim Buka Rakor Komwil IV Apeksi 7

PROBOLINGGO - Rakor Komwil IV Apeksi ke-7 kemarin (2/7) dibuka di Hotel Bromo View Kota Probolinggo. Saat membuka acara itu, Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Saifullah Yusuf juga menyinggung soal reformasi birokrasi yang jadi salah satu isu di rakor tersebut.

Wagub yang karib disapa Gus Ipul itu mengaku sempat berpikir apakah pentingnya asosiasi semacam ini (Apeksi). Namun ia kemudian menegaskan ternyata hal itu sangat penting karena pembangunan cluster tidak bisa dihindari. "Di saat penyeragaman tidak berhasil, maka yang ada justru disparitas (kesenjangan). Pembangunan terus dilaksanakan tapi kesenjangan tetap ada," ujarnya.

Menurutnya, melalui asosiasi ini wali kota-wali kota punya networking. Bisa saling mengisi dengan terobosan yang dimiliki satu sama lain. "Bisa dipastikan pembangunan kota akan lebih cepat dari pada sendiri-sendiri," tegas mantan menteri percepatan pembangunan daerah tertinggal itu.

Isu yang diangkat dalam rakor Apeksi ini reformasi birokrasi dan lingkungan hidup perkotaan. Bagi Gus Ipul, isu itu sangat relevan dalam pembangunan. Utamanya adalah birokrasi dengan adanya penguatan birokrasi.

"Saya tahu sudah ada reformasi yang luar biasa, perencanaan yang baik dengan reformasi. Waktu 10 tahun tidak akan cukup menjadikan birokrasi yang ideal. Sekarang ini sedang berproses. Kalau tidak hati-hati, saat jabatan selesai, urusannya belum selesai. Teman-teman sudah bekerja keras untuk menyesuaikan tetapi pasti ada konsekuensinya," tuturnya.

Gus Ipul pun menyadari, birokrasi itu ibaratnya disuruh lari sekencang-kencangnya tapi banyak rambu-rambu. Dituntut memiliki inovasi, kreatif tetapi ada aturannya. Itulah yang tidak mudah bagi birokrasi. Untuk itu, menjadi seorang birokrat tidak mudah, mau ke eselon II harus ada standa tertentu.

Menurut pria asal Pasuruan ini, standar saja tidak cukup. Harus disertai dengan kompetensi, kemudian inovatif dan kreatif. Itulah yang menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi wali kota. Harus memiliki mekanisme reward and punishment.

Untuk menentukan kepemimpinan sebuah pemerintahan, 50 persen ditentukan oleh wali kota, 25-35 persen didukung oleh staf, sedangkan 25-15 persen dari network (jaringan). "Kalau stafnya memble, wali kotanya masih bisa. Dua puluh lima persen ini sah untuk menentukan pembangunan kota. Ini dari informasi yang saya baca," tegas Gus Ipul.

Ia mencontohkan bagaimana presiden mengangkat seorang menteri. Gus Ipul mengetahuinya setelah ia pernah menjadi menteri atau pembantu presiden waktu itu. Ada tiga pertimbangan untuk menentukan staf bagi seorang wali kota yaitu kompetensi, kepemimpinan dan loyalitas. "Penguatan birokrasi memang harus diwujudkan demi masa yang akan datang," tuturnya.

Wagub menyambut baik Apeksi ini, tetapi ia juga berharap Apeksi juga bisa disertai dengan kerja sama antarprovinsi. Asosiasi dimanfaatkan dengan transaksi perdagangan tentunya bakal menjadi hal yang bagus. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167862

Peserta Berbatik Probolinggo

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
Wagub Jatim Saifullah Yusuf penyelenggaraan rakor Apeksi di Kota Probolinggo yang dibuka kemarin berdampak positif bagi masyarakat. Perhelatan ini memberdayakan UKM (usaha kecil menengah) yang ada. Yakni dengan pemesanan batik khas Kota Probolinggo sebagai uniform peserta dan panitia Apeksi.

"Semipro dan Apeksi ini benar-benar melibatkan masyarakat. Tukang batiknya itu sampai tidak tidur gara-gara membuat batik untuk anda semua disini. Itu batik tulis lho, jadi wajar kali ada kelirunya. Coba dipendelik'i pasti kelihatan. Nah, ya dari itu bagusnya. Keliru tapi bagus ya batik ini," kata Gus Ipul disambut tepuk tangan peserta kemarin di hall Bayuangga hotel Bromo View saat pembukaan rakor Apeksi.

Panitia Apeksi memang berupaya untuk memberdayakan usaha yang ada di Kota Probolinggo. Pembatik lokal diberi order membuat ribuan batik dengan jenis kain yang berbeda tetapi desain tetap sama. Desain yang digunakan adalah pemenang lomba motif desain batik gelaran tahun lalu.

Khusus untuk para wali kota, pengurus Apeksi pusat dan gubernur, dibikin kain batik berbahan sutra warna ungu. Sedangkan delegasi dan pemprov juga warna ungu hanya bahan kainnya katun. Sementara untuk panitia jenis kain katun warna hijau.

"Salut saya. Pak Wali Kota Buchori ini sudah menjadi tuan rumah yang sangat baik," imbuh Gus Ipul.

Sementara menurut panitia Semipro, Sariadi, pemesanan batik sudah dilaksanakan beberapa bulan sebelumnya. Karena batik yang dipesan adalah batik tulis tentunya membutuhkan waktu lama.

"Kami memesan banyak. Ini saja masih ada yang kurang. Untuk warna dan jenis kainnya memang kami bedakan," ujar dia. Mereka hanya diberi berupa kain, penjahitan diserahkan masing-masing. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167861

PDM Kota Berangkatkan 14 Bus

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
Ke Muktamar Muhammadiyah

PROBOLINGGO-Muktamar seabad Muhammadiyah di Yogyakarta (3-8 Juli) menyedot perhatian warga dari berbagai daerah. Kemarin (2/7), Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Probolinggo memberangkatkan 580 kadernya ke lokasi muktamar dengan 14 bus dan 5 minibus.

Rombongan dari PDM Kota Probolinggo itu berangkat bersama dari yayasan panti Muhammadiyah sekira pukul 14.30. "Rombongan dari Kota Probolinggo ini berangkat bergelombang. Kemarin (Kamis) juga sudah ada sebagian yang berangkat," kata Moeasyim, ketua panitia peringatan seabad Muhammadiyah Kota Probolinggo.

Meski cukup banyak yang berangkat, namun PDM Kota Probolinggo sendiri hanya dijatah tujuh orang saja dalam ajang lima tahunan tersebut. "Yang lainnya ini hanya penggembira. Mereka ingin merasakan atmosfer muktamar," beber Moeasyim.

Ketika ditanya arah dukungan PDM Kota Probolinggo pada muktamar nanti, Moeasyim menjelaskan, Muhammadiyah sedikit berbeda denagn ormas lainnya. Menurut Moeasyim, di muktamar Muhammadiyah memilih 13 formatur. "Lalu formatur itulah yang memilih ketua umumnya," jelasnya.

Untuk kandidat ketua umum, PDM Kota Probolinggo mengaku sudah punya calon. Yakni, Din Syamsudin. Menurut ketua PDM Nur Hasan, sosok Din masih layak memimpin ormas berlambang matahari tersebut.

"Pak Din itu adalah orang yang istikomah dalam berorganisasi. Beliau juga bisa diterima semua golongan. Saat diundang di tingkatan ranting pun beliau bersedia untuk datang," jelas Nur Hasan. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167853

Lomba Teater di TRA

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]

PROBOLINGGO-Event Semipro juga diramaikan oleh lomba teater sekolah. Acara yang diselenggarakan sanggar Pura Persada itu diikuti oleh 5 kelompok teater di Kota Probolinggo. Tempatnya di Taman Rekreasi Anak (TRA) di Jl Hayam Wuruk Kota Probolinggo.

Pada Rabu malam (30/7) lalu ada dua kelompok teater yang tampil. Yakni peserta asal SMAN 1 dan SMAN 2. "Mestinya, yang tampil malam ini ada tiga peserta. Tapi, yang satu tidak datang," ujar Probo Wiranto, Pembina sanggar Pura Persada.

Dua kelompok teater itu sama-sama membawakan lakon bertema Malam jahanam. Sebetulnya, panitia menyediakan tiga tema, yakni Malam Jahanam, Pintu Tertutup, dan Malam Bertambah Malam. Inti ceritanya, tentang perselingkuhan zaman dulu.

Seperti yang dibawakan oleh kelompok teater dari SMAN 1. Diceritakan, ada dua lelaki yakni Leman dan Mat Kontan yang hidup berteman dan bertetangga. Tapi, mereka mempunyai perbedaan yang sangat mencolok.

Sepintas, perilaku Leman jauh lebih baik dari pada Mat Kontan. Mat Kontan punya segalanya. Harta, istri, dan anak. Sedangkan Leman masih menjomblo dan tidak punya cukup harta. Mat Kontan juga senang memelihara burung beo dan berjudi, sehingga Paijah, istrinya, sering ditinggal sendirian di rumahnya.

Bahkan, hanya demi burungnya Mat Kontan sampai tidak memerhatikan anaknya yang masih balita. Mat Kontan lebih menyayangi burungnya disbanding bayinya, meski jelas-jelas bayinya sedang sakit. Sedangkan Leman, sangat perhatian dengan Paijah, istri Mat Kontan dan bayinya.

Di depan Paijah, Mat Kontan tidak mau mengakui bayinya sebagai anaknya. Tapi, di depan warga Mat Kontan selalu membanggakan bayinya. Termasuk di hadapan Leman. Mendapati itu, Leman selalu marah terhadap Mat Kontan. Lantaran, perilaku Mat Kontan tidak sesuai dengan kenyataan.

Suatu hari, burung beo kesayangan Mat Kontan mati. Dengan kondisi lehernya berdarah-darah, seperti ada yang menyembelah. Mendapati itu, Mat Kontan marah dan mencari tau siapa yang telah membunuh burungnya. Bahkan, Mat Kontan sampai mendatangi tukang nujum untuk mengetahui siapa pembunuhnya.

Tapi, sayang tukang nujum yang didatanginya sudah mati. Tapi, usaha Mat Kontan untuk mencari tahu siapa yang membunuh burngnya tidak pupus sampai di situ. Dia terus mendesak istrinya, Paijah. Awalnya, Paijah tidak mau buka mulut.

Tak lama kemudian, di hadapan Leman dan Mat Kontan, Paijah mengaku kalau dirinya yang telah membunuh beo itu. Mat Kontan pun geram dan hendak membunuh Paijah. Tapi, akhirnya pengakuan itu ditepis oleh Leman. Dan, Leman mengakui kalau dirinyalah yang membunuh beo Mat Kontan. Tak hanya itu, Leman juga mengakui kalau anak yang dibanggakan Mat Kontan selama ini adalah anaknya.

Mendengar itu, Mat Kontan langsung memburu Leman untuk dibunuh. Tapi, Leman berhasil melarikan diri dengan naik kereta api. Mat Kontan, pulang dengan tangan hampa. Tapi, tiba-tiba dia berubah menjadi orang baik. Dan, meminta kepada Paijah untuk tidak menceritakan aib tersebut kepada warga.

Tapi, tak lama kemudian bayi Paijah mati. Mat Kontan juga tak jelas juntrungnya. Dan, cerita pun tamat.

"Sebenarnya, meski tidak ada acara Semipro kami rajin latihan setiap empat bulan sekali. Dan, sekarang kebetulan sekali berbarengan dengan acara Semipro," jelas Probo. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167852

Apeksi Bahas Reformasi Birokrasi

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
Dan Lingkungan Hidup Perkotaan

PROBOLINGGO - Rapat Koordinasi (rakor) Komisariat Wilayah (komwil) IV Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) sudah dibuka, kemarin (2/7). Ada dua isu yang dibahas dalam rakor ke 7 kali ini, yakni reformasi birokrasi dan lingkungan hidup perkotaan.

Pembukaan rakor dihadiri oleh Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, Wali Kota Probolinggo Buchori, Direktur Apeksi dan Ketua Komwil IV Daniel Adoe. Mewakili panitia, Sekda Kota Probolinggo Johny Haryanto menyampaikan laporan dalam rakor yang digelar di hotel Bromo View itu. Johny mengatakan rakor ini akan membahas permasalahan dan memberikan solusi kaitannya dengan reformasi birokrasi dan lingkungan hidup perkotaan.

"Serta menyusun program kerja dan persiapan rakernas Apeksi yang akan diselenggarakan di Bandung. Termasuk menentukan pelaksanaan rakor Apeksi pada tahun 2011 mendatang," jelas Sekda.

Sekitar 127 orang yang mengikuti rakor antara lain dari Apeksi pusat, pengurus komwil IV, 13 wali kota serta delegasi dan satuan kerja (satker) di lingkungan pemkot Probolinggo. Nantinya setelah melaksanakan kegiatan pokok semacam diskusi dan sidang, peserta rakor akan mengikuti kegiatan tambahan.

Hari ini bakal digelar penanaman pohon persahabatan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), serta kunjungan lapangan ke particle board PT KTI, TWSL (Taman Wisata Studi Lingkungan) dan TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Malam harinya ada pembacaan hasil rakor dan menyaksikan malam kesenian puncak Semipro (Seminggu di Kota Probolinggo).

Ketua Komwil IV Daniel Adoe, dalam sambutannya mengatakan pemberdayaan birokrasi dan reformasi birokrasi menuju ke good governance. "Upaya pembentukan struktur birokrasi yang lebih baik melalui rakor ini. Harus dilakukan perubahan mainstreem untuk mindset birokrat yang profesional. Isu yang tidak kalah penting yaitu tentang lingkungan hidup perkotaan. Semoga acara ini bukan seremonial semata, tapi bisa memberi nilai lebih untuk pemerintah," katanya.

Pembukaan rakor Apeksi ini ditandai pengetukan palu oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf. Selanjutnya peserta rakor mengikuti diskusi panel tentang "Pemberdayaan birokrasi dan reformasi birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerahmenuju good gorvernance" dengan narasumber Deputi Bidang Program dan Reformasi Birokrasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Ismail Muhammad.

Juga ada diskusi tentang "Inovasi pemerintah kota dalam pengelolaan linhkungan berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat", dibawakan oleh Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan Perkotaan Kementerian Lingkungan Hidup Bambang Widyantoro. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167851

Malam Ini Penutupan Semipro

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Event Seminggu di Kota Probolinggo (Semipro) memasuki hari terakhir. Malam ini (3/7) digelar grand closing Semipro di alun-alun yang bakal dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo.

"Acara akan dimulai pukul 19.00 dan berakhir pukul 22.00. Semua sudah siap, tinggal pelaksanaannya saja. Gubernur dipastikan akan hadir, karena hari ini (kemarin) masih perjalanan dari Belgia," ujar Ketua Panitia Semipro Heru Jhudiarto.

Dalam penutupan bakal ditampilkan kesenian tradisional tari remo, kiprah lengger dan tari glipang. Sajian lainnya ada karawitan, campur sari, dan paduan suara sebagai acara pembuka.

Sementara acara inti meliputi pengumuman pemenang lomba cerdik cermat komunikatif, penilaian stan pameran dan pertunjukan rakyat (pertura). Gubernur Soekarwo juga akan berdialog solutif dengan masyarakat. "Gubernur sekaligus menutup secara resmi Semipro, KIM, dan Apeksi," imbuh Heru.

Di akhir penutupan juga bakal ada pagelaran khusus pementasan bareng Reog Ponorogo dan Barongsai. Puncak acara Semipro ini sengaja difokuskan untuk penutupan KIM dan disaksikan oleh anggota Rakor Apeksi. Minggu (4/7) juga digelar fun bike masih dalam memeriahkan Semipro.

Dengan berakhirnya agenda Semipro, Heru menyatakan terima kasihnya kepada berbagai elemen masyarakat yang sudah mendukung terlaksananya Semipro 2010. "Mohon maaf kalau masyarakat terganggung dengan jalannya Semipro ini. Kalau ke depannya masih ada, diharapkan Semipro bisa lebih maju meskipun yang meneruskan orang lain," pungkasnya. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167850

Hibah Buku, hingga Undian Pustakawan

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
Olimpiade Kepustakaan Perpusda Dimulai

KRAKSAAN - Minat baca masyarakat, khususnya di Kabupaten Probolinggo cukup memprihatinkan. Bahkan yang lebih suka tayangan elektronik dibanding membaca buku. Terutama tayangan hiburan yang tak nyata manfaatnya.

Demikian diungkap Ny Tantri Hasan Aminuddin saat membuka olimpiade kepustakaan 2010, Kamis (1/7) di aula Perpustakaan Umum Daerah (Perpusda) Kabupaten Probolinggo. Dikatakan Tantri, masih banyak masyarakat yang suka nonton tayangan gosip. Intensitasnya bahkan cukup memprihatinkan. Yakni lebih banyak jam yang terbuang. "Sukanya nonton sinetron. Sampai lupa baca. Bahkan lupa pada kegiatan lain," ujar Tantri disambut tawa hadirin.

Dalam pantauan Radar Bromo, tak hanya Tantri yang hadir. Juga ada Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin, seluruh kepala cabang Dinas Pendidikan se Kabupaten Probolinggo dan sejumlah pustakawan.

"Nunggu hasil undian, Mas," sebut Amin, seorang peserta. Undian yang dimaksud adalah bagi pustakawan. Pustakawan mendapat kupon yang diakumulasi dalam jumlah tertentu. Jumlah kupon tergantung pada intensitas kehadiran di perpusda. "Ini untuk menarik minat masyarakat," ujar Bambang Soemanto, kepala Perpusda.

Tak hanya undian yang dilakukan. Menurut Bambang, pihaknya juga membuat pin pelopor. Pin tersebut diberikan kepada pustakawan dan tokoh masyarakat. Terutama untuk mempengaruhi minat baca masyarakat. "Jumlah (yang kami buat) cukup banyak," sebut Bambang.

Pada kegiatan itu juga dilakukan penyerahan buku hibah dari Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur. Hibah diberikan kepada 3 desa/kelurahan. Yakni Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas; Desa Pendil, Kecamatan Banyuanyar dan Kelurahan Kandangjati Kulon, Kecamatan Kraksaan. Penyerahan dilakukan secara simbolis oleh perwakilan dari badan propinsi tersebut.

Jumlah buku yang dihibahkan ada 500 judul. Setiap judul diberikan dua eksemplar buku. Jadi jumlahnya 100 eksemplar. Pada hadirin, panitia juga menyampaikan laporan perkembangan jumlah buku hibah.

Hingga kemarin, buku hibah yang terkumpul ada 650 judul. Jumlah tersebut didapat dari pustakawan. Kemungkinan bertambah cukup besar. Sebab, kegiatan tersebut masih berlangsung hingga akhir bulan.

Sementara kepada Radar Bromo Bambang mengatakan, ada banyak kegiatan yang akan dilaksanakan pada olimpiade itu. Pada 10 Juli misalnya, ada jalan sehat. Even itu merupakan bekerja sama dengan BLH Kabupaten Probolinggo. "Untuk merayakan keberhasilan mempertahankan Adipura," tutur Bambang.

Selanjutnya, yakni seminar terbuka. Seminar ini kata Bambang, akan mendatangkan beberapa narasumber. Di antaranya, Wagub Jawa Timur Saifullah Yusuf dan anggota DPR RI Komisi IX Harbiah Sholehuddin. "Nanti akan kami beritahukan lagi," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167845

Canangkan Satu Orang Seribu Benih Ikan

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Populasi ikan yang terus menurun mendapatkan perhatian serius dari pemkab dan Polres Probolinggo. Karena itu tahun ini pemkab mengagendakan program satu orang untuk seribu benih bibit ikan.

Program tersebut dilaunching pagi kemarin (2/7) di tempat wisata pantai Bentar. Momen launching program tersebut bertepatan dengan HUT Bhayangkara yang ke-64. Turut hadir dalam acara tersebut Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin, Ketua DPRD Ahmad Badawi yang didampingi wakilnya Wahid Nurahman, Wakapolres Kompol Sucahyo Hadi serta beberapa pejabat eksekutif lainnya dan kapolsek-kapolsek.

Ketua panitia Dedy Isfandi yang juga kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) mengatakan, selama ini manusia hanya memikirkan soal menangkap ikan saja, tanpa pernah mempedulikan populasi ikan yang setiap tahun semakin berkurang.

"Menjaga populasi ikan itu juga menjadi tugas kita bersama. Karena itu manusia tidak boleh hanya menangkapi ikan saja. Tetapi juga harus memikirkan soal populasinya," kata Dedy Isfandi.

Nah, karena itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tahun ini getol mengampanyekan gerakan menebar bibit ikan satu orang untuk seribu bibit ikan. Dari APBD sendiri untuk menjaga populasi ikan ini dianggarkan Rp 10 juta.

"Rinciannya dari APBN dan APBD itu bakal meneabr 100 ribu ekor udang, 18.500 ekor ikan nila dan 18.500 ekor lele. Rencananya bakal ditebar di sungai, ranu dan laut," jelas Dedy.

Sementara itu Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin mengingatkan, agenda satu orang untuk seribu bibit ini harus dimulai dengan memberikan contoh dari para tokoh masyarakat setempat. "Sekarang bukan jamannya pidato. Tetapi saatnya beri contoh. Kalau bisa kita mulai dari diri kita sendiri untuk menggagas satu orang untuk seribu bibit," pesannya.

Selanjutnya Hasan juga mengatakan kalau ikan merupakan salah satu makhluk Allah yang cukup unik. "Dari banyaknya makhluk ciptaan tuhan ini, hanya ikan yang tidak pernah tidur," katanya.
Rata Penuh
Karena tak kunjung tidur itulah, ada mitos kalau beberapa orang yang sengaja memelihara ikan di rumahnya melalui akuarium. Sehingga makhluk halus pun juga sulit masuk kerumah tersebut. "Itu filosofinya saja. Yang jelas ikan juga cukup penting untuk manusia," jelasnya.

Usai menggelar acara seremony, undangan yang hadir saat itu langsung melakukan aksi tebar benih ikan nila di areal danau buatan bentar dan sebagian lagi di tepi pantai bentar. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167841

Tentang Bunga Amelia, Bocah asal Probolinggo yang Tewas Kesetrum

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
Sempat Bertanya soal Dosa dan Kematian

Pasangan suami istri (pasutri) Salim Iklim dan Uut Rusmiati dirundung kesedihan. Putri semata wayangnya, Bunga Amelia, 6, tewas dengan cara tragis: tersengat listrik Kamis (1/7) kemarin. Segala tingkah lakunya kini hanya jadi kenangan.

MUHAMMAD FAHMI, Probolinggo

Para pentakziah kemarin berdatangan di kediaman Untung, di Kanigaran Gg Anggrek Kota Probolinggo. Untung adalah kakek Bunga Amelia. Rumah Untung sengaja dijadikan tempat menerima para pentakziah. Sebab, rumah itu sedikit lebih luas dibanding rumah pasutri Salim-Uut yang letaknya berdampingan.

Sekitar pukul 13.00 dua mantan guru Amel (sapaan Bunga Amelia) di PAUD, datang. Mereka disambut keluarga Untung, termasuk Uut. Saat itu mata Uut tampak masih sembab. Walau berduka, wanita itu masih bisa menceritakan kronologis kejadian maut yang merenggut nyawa putrinya pada Kamis lalu.

Menurut Uut, kejadian nahas tersebut berlangsung cukup cepat. "Saat itu sekitar pukul 11.30, Amel baru pulang dari bermain. Tubuhnya saat itu sedang berkeringat. Tangannya juga masih basah karena keringatnya," cerita Uut.

Karena merasa kepanasan, Amel yang semula leyeh-leyeh di ruang televisi bersama sang ibu, Sami (nenek) dan Siti Asiyah (buyut) masuk ke dalam kamar untuk mengambil kipas angin di kamar. Kamar itu letaknya bersebelahan dengan ruangan televisi.

Kebetulan saat itu kabel kipas angin di dalam kamar tersebut masih dalam keadaan mancep di stop kontak atau steker. Lalu Amel pun mencabut stop kontak tersebut. "Mungkin karena tangannya masih basah, ia kesetrum. Saat itu tangan kirinya menyentuh lubang stop kontak saat ia mencabut kabel kipas angin," terang Uut.

Amel pun saat itu langsung teriak. "Amel sempat teriak aduh dua kali. Tapi saat itu awalnya saya mengira ia bercanda. Karena ia memang suka bercanda, ia sering begitu pura-pura sakit," kenang Uut.

Tapi saat itu Sami sang nenek yang curiga langsung masuk ke kamar. Begitu mendapati Amel kesetrum, Sami pun langsung menolong. "Saya mau menyelamatkan saat itu. Tetapi saya juga kesetrum. Ini dua tangan saya juga biru-biru karena ikut kesetrum," sahut Sami sambil memperlihatkan luka lebam di dua tanganya.

Mendapati Sami dan Amel kesetrum, Uut pun langsung mematikan aliran listrik rumahnya yang berkekuatan 900 volt itu dari luar kamar. "Sambungan listrik yang ke kamar langsung saya matikan dari laur," kata Uut.

Namun saat itu kondisi Amel sudah terlihat biru-biru. Keluarga pun langsung membawa Amel ke rumah sakit. Sayang nyawa Amel tak bisa terselamatkan. Amel akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.

Ayah Amel, Salim Iklim, langsung dijemput ketika masih bekerja di salah satu perusahaan garmen Kota Probolinggo. "Tetapi saat itu saudara yang njemput tidak berani ngomong kalau Amel meninggal. Saya cuma disuruh cepat pulang. Katanya ada urusan penting," kata Salim.

Karena itu pria kelahiran Sumurmati, Sumberasih itu pun langsung kaget begitu pulang mendapati rumahnya dipenuhi oleh warga yang melihat mayat Amel. "Saya langsung syok saat itu," kenang Salim. Sore hari itu juga Amel langsung dikebumikan.

Di mata keluarga Amel dikenal sebagai bocah hyperaktif yang tak kenal takut. "Amel itu seperti anak laki-laki. Bahkan ia pun lebih senang bermain dengan anak laki-laki dibanding dengan anak perempuan. Biasanya ia main neker (kelereng)," kata Untung, sang kakek.

Seingat Untung, sebelumnya Amel juga pernah tersengat listrik. "Tetapi saat itu ada orang di sekitarnya yang langsung menyelamatkan. Jadi ia tidak apa-apa. Meski pernah kesetrum, ia tetap tidak takut memegang kabel. Karena Amel itu anak pemberani," cerita Untung.

Cuma selama seminggu terakhir ini perilaku Amel dianggap Uut rada aneh. "Mungkin ini yang dinamakan firasat. Ada beberapa hal aneh yang dibicarakan Amel seminggu terakhir ini," terang Uut sambil menerawang.

Uut lantas menceritakan, Amel yang rajin salat di musala sempat menanyakan soal agama. "Ia tanya apakah dosa kalau tidak salat dan berani sama orang tua. Terus juga nanya soal kematian," kenangnya.

Tetapi saat itu Uut tidak menanggapinya dengan serius. "Yang masih saya ingat itu Amel pernah tanya kalau orang mati apakah mesti dikubur? Terus ia jawab sendiri ia takut kalau dikubur nanti dimakan ular dan kecoa," kata Uut menirukan ucapan Amel saat itu.

Kepergian Amel benar-benar menjadi pukulan bagi keluarganya. Pasalnya, Amel sempat mau didaftarkan pindah ke tempat belajar TK yang baru. "Paginya itu saya masih mendaftarkan Amel ke TK Tunas Bakti," cerita Untung.

Yang membuat Untung semakin sedih adalah cucunya itu belum sempat merasakan suasana belajar di tempat baru. "Kasihan Amel di sekolahnya yang lama ia sering disakiti gurunya," cerita Untung.

Menurut Untung, Amel kerap kali dipukul gurunya di TK yang lawas. "Pipinya itu pernah biru-biru bekas dicubit. Terus rambutnya juga sampai rontok karena sering dijambak gurunya itu. Gurunya itu sudah saya laporkan ke lurah," kenang Untung.

Namun Amel tidak pernah wadul kepada orang tuanya kalau sering dipukul gurunya. Keluarga baru tahu kalau Amel sering dijambak gurunya sampai rambutnya rontok usai mengetahui tepak Amel. "Rambutnya yang rontok dicabut gurunya itu disimpan Amel di tepaknya," kata Sami, sang nenek.

"Memang anak saya itu agak nakal. Ia pernah mecahkan etalase sekolah. Tetapi seharusnya kan guru tidak boleh berbuat kasar. Cukup bilang ke orang tua murid saja. Kalau diperlukan mengganti, kami akan ganti," keluh Uut.

Karena itu, keluarga akhirnya memilih untuk memindahkan Amel ke tempat belajar yang baru. Namun sayang belum sempat dipindah, Amel sudah keburu tiada. "Mungkin ini cobaan dari Tuhan," kata Untung.

"Semoga kejadian ini ada hikmahnya," timpal Uut. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167840

Jadi Kota Baru, Terus Berbenah

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
KRAKSAAN - Aktifitas pembangunan di Kraksaan terus dilakukan. Setelah membangun lokasi baru bagi pedagang kaki lima (PKL), kali ini dilakukan perbaikan trotoar jalan. Yakni di sepanjang Jl PB. Soedirman.

Dalam pantauan Radar Bromo, trotoar yang diperbaiki cukup panjang. Pembangunannya dilakukan di dua sisi jalan. Di sisi Utara, pembangunan dimulai dari depan BNI Kraksaan. Panjang trotoar sekitar 400 meter hingga ke arah Timur. Tepatnya di Utara komplek swalayan Diva.

Sementara di sisi Selatan, juga dimulai dari depan BNI Kraksaan. Ujungnya, yakni di Jl Kampung Melayu Kraksaan. Tepat di simpang empat traffic light Kampung Melayu dengan panjang trotoar sekitar 200 meter.

Mandor pelaksana Mohammad Ali, 36, mengatakan, kegiatan itu termasuk pembangunan jalan lingkungan. Sementara pekerjaannya, yakni pernaikan jalan trotoar/jalan arteri. Pembangunannya sendiri berlangsung sejak Senin (28/6).

Dikatakan Ali, perbaikan tersebut dilakukan untuk meningkatkan mutu trotoar jalan. Khususnya menyongsong Kraksaan sebagai kota baru. "Setelah selesai, masih banyak penambahan pembangunan," ujarnya.

Di antaranya, pemasangan keramik di trotoar. Juga pemasangan dan perbaikan trotoar di tempat lain. "Tapi saya tidak tahu tentang itu. Cuma dengar saja," sebut Ali.

Ditanya kapan batas pembangunan, Ali mengaku tidak tahu persis. Namun kata Ali, dirinya hanya diberitahu bahwa batas pelaksanaan dilakukan hingga selesai. "Jadi yang penting diselesaikan sesuai dengan rencana pembangunan," tuturnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167839

Resah Banjir, Minta Sempurnakan Plengsengan

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
KRAKSAAN - Seringnya banjir Rob di Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo membuat warga setempat resah. Warga pun minta agar plengsengan di Kalibuntu disempurnakan.

Sebab, salah satu penyebab banjir diduga, karena ambrolnya plengsengan di tepi pantai Kalibuntu. Selain itu, juga karena arus laut yang cukup kuat.

Dalam pengamatan Radar Bromo, plengsengan itu memanjang dari Timur hingga Barat tepi pantai desa. Panjangnya sekitar 450 meter. Sementara di bagian Timur, terdapat belokan plengsengan yang mengarah ke Selatan. Yakni menyambung ke arah sungai Kalibuntu.

Nah, di bagian Selatan inilah terdapat plengsengan ambrol. Menurut warga, penyebab ambrolnya plengsengan, karena beberapa hal. Selain kuatnya arus air laut, juga karena plengsengan tersebut belum selesai dibangun.

Kemarin (2/7), Radar Bromo diantar Mudiarto, 57, warga setempat menuju lokasi plengsengan tersebut. Seperti warga lain, Mudiarto mengaku resah dan kuatir atas ambrolnya plengsengan ini. Sebab, desanya jadi langganan banjir Rob. "Banjir Rob hampir dianggap kebiasaan oleh warga," ujarnya.

Karena itu menurutnya, sesegera mungkin pembangunan plengsengan segera diselesaikan. Jika tidak, maka jangkauan banjir akan meluas. Di antaranya, melebar hingga Dusun Durian.

Sejauh ini kata Mudiarto, banjir Rob sering melanda tiga dusun. Yakni Dusun Landangan, Penambangan dan Krajan. Ketiganya dipastikan tergenang banjir setiap bulannya. Bahkan dalam sebulan, bisa dilanda banjir hingga berkali-kali. "Repotnya ini dianggap biasa. Bahkan oleh pemerintah," tegasnya.

Komentar senada dilontarkan Supar Sukri, 47, pekerja tambak setempat. Menurut Sukri, pernah dilakukan penanaman pohon bakau untuk membuat hutan mangrove. Tapi, itu sudah berlangsung lama. "Setahu saya tahun 1982. Sudah lama sekali. Selanjutnya belum pernah dilakukan lagi," imbuhnya.

Upaya itu kata Sukri tidak membuahkan hasil alias gagal. Saat itu jumlah pohon yang ditanam ada 50 ribu. Penanaman berlangsung sekitar 3 bulan dengan melibatkan masyarakat desa setempat. "Tapi semuanya gagal berkembang," ujar Sukri.

Sukri menambahkan, sebenarnya banjir tersebut bukan hanya dari laut. Namun juga dari sungai di Dusun Krajan. Bahkan, efeknya lebih mengkhawatirkan. Sebab, bendungan di sungai tersebut tidak memadai. Terutama fasilitas pengatur keluar masuknya air.

Kepala Desa Kalibuntu H. Akbar mengatakan, pihaknya sudah berulang kali mengajukan pembangunan plengsengan. Namun, belum mendapat respon dari pemerintah. "Padahal masyarakat sudah mulai gerah karena banjir tersebut," ujar Akbar.

Dikatakan Akbar, plengsengan di bagian Timur desa masih belum selesai. Bahkan pembangunannya tidak sampai kelar. Menurut Akbar, pembangunan plengsengan akan diteruskan kalau air laut normal. "Padahal itu sudah terhenti beberapa tahun lalu. Sedangkan banjirnya sudah berulang kali terjadi," ujar Akbar. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167838

Siapkan Kamar Menengah ke Bawah

[ Sabtu, 03 Juli 2010 ]
Hotel identik dengan kemewahan. Karena itu, hanya kalangan tertentu yang bisa masuk hotel. Sebab, biaya menginap di hotel cukup tinggi. Bahkan melampaui kewajaran ekonomi masyarakat.

Hal itu diungkapkan pengurus Perkumpulan Hotel Indonesia Kabupaten Probolinggo (PHI) H. Suyoto. Menurut Suyoto, selama ini masih ada anggapan hotel sebagai barang mahal.

Sebab, tarif yang dikenakan pada pengunjung cukup tinggi. Kata Suyoto, ada kesan kalau tidak berduit, tidak bisa bermalam di hotel. "Jadi masyarakat miskin takut masuk hotel. Dianggapnya hotel itu tempat ekslusif," sebut Suyoto.

Berdasar pada anggapan itu, PHI kata Suyoto akan merambah dunia sosial masyarakat. Salah satu kegiatannya yakni, menjadikan PHI sebagai mitra masyarakat. Misalnya, menyediakan kamar bagi pengguna dari kalangan menengah ke bawah. "Jadi tarif rakyat," sebut Suyoto.

Suyoto mengakui, hal itu sulit dilaksanakan. Namun, PHI akan berupaya menyediakan fasilitas tersebut. Bahkan kata Suyoto, fasilitasnya nanti tidak kalah dengan pelayanan di hotel berbintang. "Makanya sejauh ini kita sedang godok konsepnya," tuturnya.

Dia pun berharap, program tersebut bisa segera dilaksanakan. Agar masyarakat bisa merasakan manfaat positifnya. Yakni, mendapat fasilitas yang layak. Tentunya kata Suyoto, disesuaikan dengan kelas hotel yang dipilih.

"Yang pasti, semua masyarakat harus bisa merasakan tinggal di hotel bertarif murah. Sebab sekarang semua pelayanan tarifnya berlomba-lomba murah," pungkas Suyoto bercanda. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=167837