Minggu, 06 Juni 2010

Warga Probolinggo-Pasuruan yang Bakal Meraih Anugerah Kalpataru 2010 (1)

[ Minggu, 06 Juni 2010 ]
Manusia Bisa Tertolong dengan Adanya Mangrove

Dua orang dari Probolinggo dan Pasuruan Selasa (8/6) nanti bakal meraih penghargaan bergengsi di bidang lingkungan hidup: Kalpataru. Dari Kota Probolinggo ada nama Endang Sulistyowati yang 2009 lalu meraih anugerah Kalpataru tingkat Jatim.

FAMY DECTA MAULIDA, Probolinggo

Endang Sulistyowati memang punya keinginan untuk mendapatkan Kalpataru. Tapi, itu tidak sampai jadi sebuah ambisi, apalagi sampai Kalpataru tingkat nasional. Nyatanya keinginan guru SMAN 1 Kota Probolinggo itu terwujud. Selasa (8/6) Endang bakal terbang ke Istana Negara untuk menerima penghargaan dari Presiden RI.

Pada 2009 lalu, Radar Bromo pernah memberitakan keberhasilan Endang Sulistyowati mendapat Kalpataru tingkat Jatim kategori Pembina Lingkungan. Ia bilang, waktu itu persaingannya begitu ketat dan bikin minder karena salah satu kandidatnya ada nama Wali Kota Surabaya Bambang DH.

Setelah bertemu lagi dengan Endang di tahun 2010 dengan kesuksesannya sekarang, wanita itu seperti tidak bisa berkata-kata. Beberapa kali dia bilang, apa yang dirasakannya sekarang seperti lirik lagu band D'massiv berjudul Jangan Menyerah.

"Hidup ini adalah anugerah.. Tetap jalani hidup ini dan berikan yang terbaik," katanya mengutip lirik lagu tersebut. Ditemui usai mengajar di sekolahnya, Sabtu (5/6) Endang mengaku tidak ada persiapan istimewa menjelang penyerahan piala.

Istri dari lelaki bernama Matno ini menuturkan proses verifikasi Kalpataru di tingkat nasional lebih njlimet dibanding Jatim. "Lebih njlimet. Saya sengaja tidak mempersiapkan, biar sudah apa adanya. Tim datang saya hanya disuruh menemani selama tiga hari," ujarnya.

Beberapa lokasi yang ditinjau oleh tim Kalpataru lokasi penanaman mangrove di Pilang, Ketapang dan Mangunharjo. Termasuk ke sekolah-sekolah tempat dimana Endang memberikan pembinaan lingkungan, seperti di SMAN 1, SMAN 2 dan SMAN 4.

Endang pernah menanam sekitar 30 ribu bibit mangrove di daerah Tambakwedi Surabaya, tim pun mengecek sampai kesana. Tim juga berdialog langsung dengan masyarakat terkait pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh Endang di lokasi itu.

Melalui proses yang panjang seperti itu membuat Endang semakin pesimis. Ia pun membiarkan perjalanan penilaian terus mengalir. Yang sempat bikin ibu dari tiga orang anak ini adalah Dewan Pertimbangan Kalpataru yang terdiri dari orang-orang top.

"Ga terlalu berharap banget. Nggelinding thok. Orang-orangnya mengerikan," kenang guru Biologi dan Pendidikan Lingkungan Hidup ini. Sampai kemudian sebuah kabar menggembirakan menyapanya ketika sedang mengajar di sekolah.

Serasa tak percaya dan kaget. Begitulah gambaran yang dirasakan oleh Endang kala itu. Endang sendiri tidak tahu bagaimana bisa ia masuk ke kategori yang berbeda dari kategori di tingkat Jatim.

Wanita yang usianya hampir separo abad ini memang sangat mencintai lingkungan. Sebelum dipindah ke SMAN 1, Endang mengajar di sekolah Adiwiyata SMAN 2. Konsentrasinya memang ada di penanaman mangrove. Kenapa?

Melestarikan lingkungan bisa diwujudkan dalam berbagai hal. Bagi Endang, penghijauan di jalan-jalan atau hutan sudah sering dilakukan oleh pemerintah, masyarakat atau pemerhati lingkungan lainnya. Akhirnya penghijauan itu membuat mangrove termarginalkan.

Biasanya mangrove hanya dilakukan oleh instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan serta Badan Lingkungan Hidup. Waktu itu belum banyak masyarakat yang menanam mangrove. Padahal Kota Probolinggo berada di bibir pantai.

"Melakukannya (menanam mangrove) itu mudah. Yang sulit memang jalannya. Dibanding dengan penanaman pohon, mangrove tidak perlu mengeduk tanah dan mengecek kebutuhan air. Tiga atau setengah tahun setelah ditanam mangrove bisa dicek, kalau tidak hidup bisa di sulam," ungkap warga Jl Kinibalu, Ketapang, Kota Probolinggo ini.

Sampai saat ini Endang bersama-sama dengan siswa dan masyarakat telah menanam sekitar 20 ribu batang mangrove di sepanjang bibir pantai di Kota Probolinggo. Yang terbaru, Endang ikut menanam 5000 batang mangrove bersama KTNA bulan Maret lalu di kawasan Mangunharjo.

Dari puluhan ribu pohon yang sudah ditanam, potensi yang masih hidup sekitar 60 sampai 70 persen. Banyak faktor yang menyebabkan mangrove tidak bisa bertahan. Antara lain karena faktor alam seperti serangan tiram atau ulah manusia.

"Kalau faktor alam, itu sudah menjadi kekuasaan (tuhan). Tapi, kalau akibat ulah manusia ya bagaimana lagi. Dilihat sudah tidak ada ya ditanami lagi. Padahal manusia bisa tertolong dengan adanya mangrove, menjadi tempat mencari kerang," ucap wanita yang tertarik dengan cerita-cerita peraih Kalpataru ini.

Melalui pembinaan yang dilakukan Endang di sekolah-sekolah, Endang menyampaikan tentang image kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang. "Anak-anak harus memahami dan ikut melestarikan lingkungannya," imbuh Endang.

Mengaku tidak ada persiapan apapun menjelang keberangkatan ke Jakarta, tapi Endang merasakan keharuan. Dulu ia pernah berjabat tangan dengan presiden SBY saat kegiatan Adiwiyata. Kali ini ia merasa terharu karena akan bertemu presiden, diberi ucapan selamat karena menerima Kalpataru (pribadi).

"Ke depannya saya berharap tetap konsisten di lingkungan. Pelestarian lingkungan ini bukan kita sendiri yang merasakan tetapi anak-anak kita nantinya. Saya bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada pemkot, masyarakat serta siswa beberapa sekolah atas semua dukungan dalam pencapaian anugerah ini," kata wanita kelahiran 24 Agustus 1960 tersebut. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162949

Sumur Maut Jadi Tontonan Warga

[ Minggu, 06 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO-Sumur tempat tewasnya tiga warga Dusun Batu Krobu, Desa Sumberkare, Wonomerto, Kabupaten Probolinggo akhirnya menjadi tontonan. Kemarin (5/6), banyak warga berdatangan melihat "sumur maut" yang berlokasi di Dusun Krajan, Desa Sepuhgembol, Wonomerto itu.

Warga yang datang tidak hanya dari desa setempat. Ada juga warga dari luar desa, misalnya, dari kelurahan Sumber Wetan Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Mereka sama-sama penasaran ingin mengetahui bentuk dan lokasi sumur bor yang telah merenggut nyawa tuannya itu.

"Kami penasaran, ingin tahu seperti apa sumurnya," ujar Haryanto, salah seorang warga Kelurahan Sumber Wetan yang kemarin datang bersama keponakanya ke situ.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, pada Jumat (4/6) lalu sumur maut itu memakan tiga korban nyawa. Mereka adalah Nurahmadi, 27, Sutikno, 50, dan Liwa, 53. Nurahmadi adalah menantu Sutikno, sedangkan Liwa kerabat dekat mereka.

Mereka bertiga ditemukan tewas di dalam sumur sekitar pukul 17.30. Hari itu, mereka hendak membetulkan mesin diesel dalam sumur itu. Sore itu mesin diesel milik Liwa tidak bisa dimatikan. Nurahmadi datang bersama mertuanya, Sutikno, untuk membetulkan mesin tersebut.

Begitu sampai di sumur milik Liwa, Nurahmadi langsung turun ke dalam sumur. Sialnya, saat sudah di dalam sumur dengan mesin diesel yang masih hidup, Nurahmadi kehabisan nafas. Ia terkulai lemas di dasar sumur yang masih ada airnya tersebut.

Mendapati menantunya tak kunjung keluar, Sutikno yang saat itu sedang berbincang-bincang dengan Liwa di sekitar permukaan sumur bor pun panik. Lantas Sutikno langsung turun juga ke dasar sumur untuk menyelamatkan sang menantu.

Tetapi upaya yang dilakukan Sutikno itu sia-sia. Sutikno ikut terkulai lemas di dasar sumur tersebut. Mendapati dua orang terkulai lemas di dalam sumurnya, Liwa pun akhirnya ikut turun untuk menolong Nurahmadi dan Sutikno.

Lagi-lagi upaya ini juga gagal. Liwa juga terkulai lemas di dalam sumur tersebut. Saat ketiga orang tersebut sedang terkulai lemas, Sugiyono, warga setempat yang juga petani melintas dekat sumur.

Mengetahui ada tiga orang terkulai lemas, Sugiyono buru-buru menginformasikan kepada warga dan petugas Polsek Wonomerto. Warga dan polisi berdatangan. Tapi, proses evakuasi itu berjalan agak susah. Ketika sudah berhasil diangkat ketiganya sudah tak bernyawa.

Kemarin (5/6) sumur itu masih menjadi perhatian warga. Termasuk warga yang hendak bertakziah ke rumah para korban. Mereka menyempatkan diri mampir di sumur yang telah merenggut tiga nyawa itu.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, sumur itu berbeda dengan sumur pada umumnya. Kedalamannya sekitar 17 meter dengan diameter sekitar 1,5 meter. Pada sumur itu dipasang pipa besi dan mesin penyedot air.

Di permukaan sumur tersebut, ada mesin diesel berukuran cukup besar. Di dalam sumur juga ada satu mesin penyedot air. Fungsinya sama, yakni untuk menyedot air dari dalam sumur tersebut dan mengalirkan ke sawah-sawah di sekitarnya.

Nah, dipermukaan sumur itu dibangun gubuk terbuat dari bambu. Gubuk itu, mempunyai panjang sekitar 3 meter dan lebar 2 meter, beratap genting dan berdinding gedek. Itu, untuk menjaga keamanan sumur tersebut.

Kemarin, gubuk itu terlihat acak-acakan. Gedeknya protol semua, begitu juga dengan atap gentingnya. "Semalam saya tidak tidur. Saya di sini menjaga barang-barang ini khawatir hilang," ujar H Saton, salah seorang kerabat Liwa.

Sumur milik Liwa itu, dibuat sekitar 3 bulan lalu dan difungsikan untuk mengairi tanaman-taman di sawahnya. Sekarang, sawah milik Liwa itu ditanami jagung. Praktis, sumur itu saat ini berada di tengah-tengah kebun jagung. "Itu (sumur), sudah pindah tiga kali. Sebelumnya ada di pekarangan sini (timurnya sawah Liwa)," ujar Sholeh warga setempat.

Menurutnya, pindahnya pebuatan sumur itu karena pada tempat yang pertama dan kedua air tidak keluar. "Yang kedua itu, sama tempatnya dengan yang sekarang. Tapi, agak ke utara sedikit. Jaraknya sekitar 2 meter," jelasnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162947

DISKOPINDAG Melaksanakan Pelatihan Kerajinan Bambu

Jumat, 04 Juni 2010

Dalam rangka mewujudkan program bidang Industri tahun 2010, maka Diskopindag menunjuk Kelurahan Kedopok sebagai lokasi Pelatihan Kerajinan Anyaman Bambu. Kegiatan yang dilaksanakan mulai hari hari senin (31/05) sampai dengan hari jum’at (04/06) ini mendatangkan 2 narasumber dari Desa Gintangan, ronggojampi, Banyuwangi.

Tujuan dilaksanakannya Pelatihan Keterampilan ini adalah untuk memberikan ketrampilan baru kepada masyarakat yang mempunyai kompetensi di bidang kerajinan dan home industri, agar dapat membuka usaha baru sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan ketrampilan kepada masyarakat yang telah memiliki ketrampilan dibidang industri terutama dibidang kerajinan. “Setelah memperoleh hasil dari pelatihan ketrampilan ini, bisa diteruskan untuk melakukan kegiatan sampingan supaya bisa menambah penghasilan sehingga dapat membantu keluarga dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga” terang Hari Tugas Santoso, Kabid. Industri.

Sebanyak 25 peserta yang ikut andil dalam kegiatan ini, antara lain dari Kelurahan Kedopok (4), Kelurahan Sukabumi (2), Kelurahan Jrebeng Lor (4), Kelurahan Kareng Lor (4), Kelurahan Jrebeng Wetan (5), Perum. Prasaja Mulya (1) dan Ibu TP PKK (5). “Mereka (peserta) diharapkan mampu untuk belajar cepat dan bisa dikembangkan didaerah masing-masing. Selain itu, biar mereka ada kegiatan” ujar Wartono, Lurah Kedopok.

Di Banyuwangi sendiri, kerajinan anyaman bambu ini sudah dimulai sejak 1972 silam. 2 orang yang ditunjuk sebagai narasumber dalam pelatihan kerajinan kali ini adalah Abd. Hamid dan Rudi Hartono. Peserta dikenalkan 3 model kerajinan dari bambu, yaitu tempat tissue kotak, tempat tissue makan dan tempat kue. Kendala yang dirasakan oleh 2 narasumber ini adalah faktor pengeringan dan waktu pelatihan yang terlalu singkat. Proses pengeringan bambu sendiri membutuhkan 1 bulan untuk mencapai maksimal, karena bila tidak kering akan menghambat pada proses pengeleman. Bahan baku untuk kerajinan bambu ini, didatangkan dari Banyuwangi, supaya lebih cepat dalam proses pengerjaannya. “Saya lihat, dari 25 peserta pelatihan banyak yang berbakat, cuma sayang waktu pelatihan kurang panjang. Kalau bisa LPM atau apa dikirim ke tempat kami selama sebulan, mungkin hasilnya akan lebih baik lagi” ujar Abd. Hamid, pengajar pelatihan yang pernah melatih anak cacat.

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=248&Itemid=1

Merancang Green Ekonomi Dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Probolinggo Berkelanjutan

Rabu, 02 Juni 2010

green ekonomi Dalam memperbaiki perekonomian di Kota Probolinggo maka diadakan sosialisasi tentang bagaimana merancang Green ekonomi dalam rangka mewujudkan pembangunan Probolinggo yang berkelanjutan sehingga menjadikan masyarakat lebih makmur, sehat dan sejahtera. Bagian Ekonomi BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Probolinggo sebagai pemprakarsa kegiatan ini. Terlihat juga Kabid Ekonomi BAPPEDA, Retno Feby yang ikut ambil Andil untuk mengisi bagian acara sebagai moderator.

Sosialisasi dilaksanakan pada hari Rabu, (2/6) di Aula BLH (Badan Lingkungan Hidup), dengan jumlah undangan 40 Orang yang terdiri kepala BAPPEDA, Budi Krisyanto, Kepala BLH, Imanto serta sebagi pengisi acara dari PT. Indopherin Djaya, Sudarmanto yang berposisi sebagai Manager Produksi. Sosialisasi ini juga mengundang perwakilan masing – masing SKPD Pemerintah Probolinggo, SPBU, Rumah Makan, PDAM dan Pimpimanan Perusahaan yang ada di Kota Probolinggo.

Acara dibuka oleh Kepala BAPPEDA, Budi Krisyanto. Beliau menyampaikan “betapa pentingnya bagaimana kita ikut merancang dan mengembangkan dalam mewujudkan lingkungan sekitar kita salah satunya dilingkungan perkotaan Kota Probolinggo tercinta ini, untuk menciptakan rasa aman, nyaman, produktif dan berkemandirian yang tinggi berdasarkan pada hukum yang berlaku di Indonesia dengan berwawasan Nusantara dan berketahanan nasional, dengan begitu hasilnya bisa dinikmati oleh anak dan cucu kita kelak”.

Budi Krisyanto juga menambahkan, dengan swasana Kota yang aman Pemerintah Kota Probolinggo mengharap dapat mengundang wisatawan domestik maupun mancanegara. Dengan begitu ada kemungkinan wisatawan untuk menikmati hasil produk dari masyarakat Kota Probolinggo, sehingga akan ada perputaran ekonomi. Selain itu tidak kalah penting, bagaimana cara untuk mengembangkan dan memperbesar sumber daya lingkungan yang ada? Jawabnya, diperlukan suatu upaya mitigasi dan adaptasi lingkungan. Diantaranya adalah penanaman pohon/penghijauan kota, penanggulangan dan pengolahan sampah, tamanisasi kota dan lingkungan, penyediaan ruang terbuka hijau, eco office dan eco pesantren, analisis mengenai dampak lingkungan usaha, program pemantauan kualitas air dan limbah, program penanganan dampak perubahan iklim, serta program perencananan RTHKP (Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan).

Kemudian pembahasan ini dilanjutkan oleh Manager Produksi PT. Indopherin Djaya, Sudarmanto yang menjelaskan betapa pentingnya suatu pemberdayaan LH (Lingkungan Hidup) yang ada disekitar kita.

Definisi lingkungan hidup itu sendiri adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yg mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dengan begitu diperlukan suatu perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan cara sistematis dan terpadu yg dilakukan untuk melestarikan fungsi LH & mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan LH yg meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegahan hukum

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=247&Itemid=1

Kunjungan Wisatawan Belanda Di Kota Probolinggo

Rabu, 02 Juni 2010

Berawal dari undangan Walikota Blitar pada Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Walikota Probolinggo, H.M. Buchori, bertemu dengan wisatawan dari Belanda di Hotel Tugu. Dia berkeinginan agar wisatawan tersebut berkunjung ke Kota Probolinggo. Maka, pada hari ini (02/05), H.M. Buchori menyambut kedatangan wisatawan dari Belanda di rumah dinasnya dengan didampingi oleh Wakil Walikota Probolinggo, H. Bandyk Soetrisno, beserta kepala satker lainnya.

Di jelaskan oleh H.M. Buchori dalam sambutannya bahwa di Kota Probolinggo banyak bangunan peninggalan Belanda antara lain stasiun, gereja dan rumah dinas ini. “Harapan saya setelah dari sini, karena sudah ditunggu di kesusteran, kita berkunjung ke tempat yang sudah dijadwalkan. Disana ada warga Belanda yang sudah lama tinggal di Kota Probolinggo, kita berbincang-bincang disana” terangnya. Kemudian H.M. Buchori juga menjelaskan bahwa Kota Probolinggo pertama kali dipimpin oleh seorang warga negara Belanda, Ferdinand Edmond Mayer pada tahun 1928 – 1936.

Selanjutnya disampaikan oleh ketua rombongan, Mr. Cor Leyten bahwa Jawa Timur bagaikan suatu impian, dan mimpi yang tidak pernah terjadi pada mereka bahwa mereka bisa diundang dan disambut oleh Walikota dan Ketua DPRD Kota Probolinggo. Dia juga menjelaskan bahwa Jawa Timur orangnya terbuka, apa adanya dan tidak ada yang ditutupi. H.M. Buchori mengatakan bahwa Kota Probolinggo merupakan kota yang paling kondusif, maka dia berharap agar wisatawan yang hadir hari ini, berinvestasi di Kota Probolinggo yang sudah berumur 653 tahun. Sebelum acara jamuan dilaksanakan, Walikota Probolinggo memberikan souvenir kepada ketua rombongan dan buah tangan kepada wisatawan yang hadir di Kota ini.

Sebelum melanjutkan perjalanan, Walikota Probolinggo mempersilahkan tamunya untuk mencicipi sajian khas dari Kota Probolinggo. Tidak sedikit wisatawan yang menikmati sajian berbahan ketan, dan beberapa lainnya juga nampak menikmati buah mangga yang disajikan.

Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Asrama Putri Suster Santa Perawan Maria, yang terletak di depan SDN Sukabumi II. Disana Wisatawan di sambut oleh Suster Erma dan Suster Adelia Elberste. Suster Adelia adalah suster berkebangsaan belanda yang menjadi pimpinan asrama putri Santo Yoseph lebih dari 60 tahun dan satu-satunya misionaris belanda yang tinggal di Kota Probolinggo karena dia lebih cinta Indonesia.

Tujuan kedua perjalanan wisata adalah Kapel, dan Museum yang berada didalam lokasi asrama itu dan tujuan terakhir adalah menuju ke GPIB Immanuel atau Gereja Merah yang dibangun sejak tahun 1862. Gereja ini merupakan salah satu gereja tertua sedunia, gereja tertua lainnya berada di Belanda.

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=246&Itemid=1