Rabu, 15 September 2010

Korban Petasan Disambangi DPRD

Rabu, 15 September 2010 | 05:35 WIB
Eko (kanan) disambangi rekannya DPRD

PROBOLINGGO - Pasca terkena ledakan petasan, Eko Laksono (32), anggota DPRD Kota Probolinggo dijenguk rekan-rekannya. Tidak sekadar menjenguk, para anggota DPRD itu juga memberikan “wejangan” kepada Eko agar tidak main petasan lagi.

Sisi lain, Polresta Probolinggo juga mulai mengusut asal-usul petasan yang mengakibatkan dua jari Eko terputus. Eko mengaku, petasan itu awalnya dibeli Hasan (15), tetangganya dari seorang penjual petasan.

Selasa (14/9) siang sejumlah anggota Komisi A DPRD bertandang ke rumah Eko di Kel. Pakistaji, Kec. Wonoasih, Kota Probolinggo. “Kebetulan Komisi A sidak pegawai di sejumlah kelurahan, kami sempatkan untuk menjenguk rekan kami, saudara Eko yang terkena petasan,” ujar Ketua Komisi A, As’ad Anshari.

Karena Eko masih menjalani perawatan kesehatan di RSUD, anggota Komisi A DPRD harus menunggu beberapa jam. Begitu tiba di rumahnya, Eko langsung mendapatkan “wejangan” dari sesama anggota DPRD.

Sampeyan itu lho, kok masih suka main petasan,” ujar As’ad. Sebagai anggota DPRD seharusnya memberikan contoh kepada masyarakat agar menjauhi petasan.

“Ya saya kapok main petasan. Mudah-mudahan tidak ada lagi korban petasan seperti saya,” ujar Eko sambil menunjukkan luka bakar di telapak tangan kanannya akibat petasan. Dikatakan dirinya tidak mengira petasan seukuran gelas air minum dalam kemasan bakal meledak di tangannya.

Seperti diketahui, Minggu (12/9) malam lalu Eko mengaku, mendapatkan petasan berdiameter sekitar 10 Cm itu dari tetangganya, Hasan. Bersama Hasan dan Anshori, dua tetangganya, Eko kemudian menyulut petasan itu di dekat rumahnya.

Anshori menyulut petasan itu dengan nyala rokok. Eko bermaksud melemparkan petasan itu ke udara, tetapi lebih dulu meledak di tangannya. Akibatnya, dua jari yakni telunjuk dan jari tengah putus. Pangkal jari jempolnya dijahit dengan 15 jahitan, sementara sebagain kulit telapak tangannya mengelupas.

Operasi Plastik

Terkait dengan putusnya dua jari tangannya, Eko mengaku pasrah karena tidak bisa disambung lagi. Apalagi kedua ujung jari itu sudah hancur akibat ledakan petasan. “Agar kulit telapak tangan saya pulih, dokter Akbar Khuddah menyarankan agar saya menjalani bedah (bedah plastik, Red.),” ujarnya.

Yang jelas, akibat ledakan petasan itu, dokter spesialis bedah (SpB) itu memperkirakan, luka di tangan Eko baru sembuh sekitar sebulan lagi. “Diambil hikmahnya saja. Mudah-mudahan tidak ada lagi yang terkena petasan,” ujar Wiwik Inawati (30), istri Eko.

Terkait musibah ledakan petasan, Eko mengaku sempat diperiksa personel polisi dari Polresta Probolinggo. “Tadi pagi saya sempat ditanya oleh polisi terkait asal-usul petasan,” ujarnya.

Polisi dari Satreskrim Polresta itu mengaku, butuh petunjuk kemungkinan ada pembuat dan pengedar petasan di Kota Probolinggo. “Ya saya katakan, petasan itu dari tetangga saya, Hasan. Hasan beli Rp 20 ribu dari seseorang yang tidak dikenal,” ujar Eko.

Kasat Reskrim Polresta, AKP Agus K.I. Supriyanto yang dihubungi terpisah mengaku, tidak bisa menjerat anggota DPRD yang menjadi korban petasan. “Tidak ada apa-apa, yang bersangkutan hanya menjadi korban petasan. Belum diketahui siapa yang membuat dan mengedarkan petasan itu,” ujarnya via handphone (HP)-nya, Selasa (14/9) sore. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=7c511c50fc46ab6186428f3e9eb91a66&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Kena Bius, Harta Dikuras

[ Rabu, 15 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Aksi kejahatan tak mengenal waktu lebaran. Simak saja yang dialami Anwari, warga Sukojambe, Jember. Senin (13/9) malam, ia menjadi korban pembiusan di dalam bus.

Peristiwa itu dialaminya ketika dalam perjalanan dari Surabaya menuju Jember. Karena kejadian itu, Anwari tak sadarkan diri dan harus opname di RSUD Dr Moh Saleh Kota Probolinggo. Tapi kemarin (14/9) Anwari sudah diperbolehkan pulang.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, Senin (13/9) sekitar pukul 23.00, Anwari menumpang sebuah bus dari Surabaya. Tujuannya, pulang ke rumahnya di Sukojambe, Jember. Sampai di Teminal Bayuangga Kota Probolinggo, kondektur bus yang ditumpangi Anwari menghampirinya.

Sang kondektur hendak menanyakan Anwari mau turun di mana. Nah, pada saat itu sang kondektur mendapati Anwari seperti orang yang sedang tidur dengan sangat pulas. Sang kondektur mencoba membangunkannya.

Berkali-kali dibangunkan tak juga membuahkan hasil. Ternyata, Anwari bukan tidur biasa, tapi semaput. Kondektur dibantu awak bus yang lain menurunkannya dan melaporkan kasus tersebut ke pospam (pos pengamanan) di terminal Bayuangga.

Oleh petugas di pospam, Anwari langsung dilarikan ke RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo. "Wajahnya kelihatan pucat dan tidak sadarkan diri. Karena, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dibawa ke rumah sakit," ujar sumber koran ini.

Saat ditemukan tidak tak sadarkan diri, tidak ada satu pun barang berharga yang dibawa Anwari. Bahkan, untuk dompet atau sekedar kartu identitas pun tidak ada. "Mungkin dia (Anwari, Red) dibius saat berada di (jalan, red) tol Surabaya," ujarnya.

Sejak itu pula, Anwari menginap di IRD RSUD. Kemarin (14/9) pagi, Ia masih tidak sadarkan diri. Omongannya masih ngelantur dan tidak bisa dimintai banyak keterangan. Tapi, ia ngotot minta pulang meski jalannya masih sempoyongan. "Saya mau pulang. Iya saya mau bayar, tapi tidak sekarang. Saya masih belum punya uang. Saya mau pulang dulu," ujarnya.

Aksi Anwari pun sepat mengundang perhatian para penunggu pasien lainnya. Sebab, ia terus meronta minta pulang. Sedangkan pihak RSUD, belum memperbolehkan lantaran kondisinya masih belum betul-betul pulih.

"Iya, nanti pulang setelah kamu benar-benar sembuh. Sekarang kamu kan masih pusing. Nanti di jalan kalau ketubruk mobil bagaimana. Ini, bukan masalah bayar atau tidaknya. Semua biayanya sudah ditanggung rumah sakit," jelas salah seorang satpam.

Meski mendapat penjelasan itu, Anwari tetap saja ngotot minta pulang. Padahal, kondisinya belum benar-benar pulih. Jalannya saja masih sempoyongan seperti orang mabuk berat.

Direktur RSUD, dr Budi Poerwohadi menduga obat bius yang digunakan adalah jenis beazepam. Menurutnya, pengaruh dari obat bius tersebut bisa membuat orang tak sadarkan diri antara 8-12 jam. "Tidak perlu diberi obat, cukup diobservasi. Nanti kalau sudah sembuh atau kembali normal silahkan pulang," ujarnya.

Dokter Budi mengatakan, karena tidak bisa membayar maka biaya perawatannya ditanggung RSUD. Itu, diambilkan dari dana jamkesmas. Sebab, dalam dana jamkesmas juga ada dana untuk gelandangan dan orang terlantar. Dan, Anwari masuk pada kategori orang terlantar. "Tapi, jangan terlalu sering, karena rumah sakit bisa bangkrut," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Sampai Rela Berdiri di WC

[ Rabu, 15 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Padatnya penumpang arus balik pada H+4 lebaran kemarin (14/9), sangat terasa di stasiun kerata api (KA) Kota Probolinggo. Saat tiba di stasiun Probolinggo KA kelas ekonomi sudah overload.

Akibatnya, petugas harus berupaya memasukkan penumpang dari pintu kereta yang sudah penuh sesak. Tempat duduk yang disediakan sudah penuh. Tidak sedikit yang rela berdiri walau di dalam WC. Bahkan, banyak pula yang membahayakan diri berdiri di dekat pintu.

Sebenarnya suasana di stasiun KA Kota Probolinggo kemarin tidak begitu ramai. Hanya ada puluhan penumpang yang hendak naik KA. Tapi, setiap KA kelas ekonomi yang singgah di stasiun kota sudah dalam keadaan penuh.

Maklum, jumlah penumpang memasuki masa liburan lebaran selalu melonjak. Sehingga, hal itu juga membuat KA sering datang terlambat. Kemarin (14/9) misalnya, KA Sri Tanjung yang dijadwalkan datang pukul 11.00, terlambat sekitar 90 menit.

Baru sekitar pukul 12.30 KA yang mulai bergerak dari Banyuwangi itu tiba dengan muatan penuh. Seluruh tempat duduk yang disediakan sudah terisi. Penumpang juga banyak yang rela berdiri atau duduk di depan pintu gerbong.

Ridwan, salah seorang petugas loket di stasiun KA mengatakan, terlambatnya KA itu juga disebabkan lonjakan penumpang. Yakni, molornya waktu pada saat proses turun naiknya penumpang. "Proses turun naiknya itu yang lama," ujarnya.

Menurutnya, memang tidak ada aturan yang melarang pihaknya menghentikan penjualan tiket jika KA sudah penuh. Malah, bila sampai menghentikan penjualan tiket itu bisa keliru. "Pokoknya, meski penuh tetap saja dijual. Tapi, itu harus dikomunikasikan dulu kepada calon penumpang," ujarnya.

Meski demikian, calon penumpang bisa mengembalikan tiketnya jika tidak jadi berangkat. Asalkan, kesalahan itu terletak pada pihak PJKA. Misalnya, KA datang terlambat dan KA dalam keadaan penuh. "Tapi, ada saja yang ngotot ikut meski sudah dibilang penuh," jelasnya.

Lonjakan jumlah penumpang, semakin hari semakin banyak. Bahkan, bisa dikatakan mencapai 120 persen jika dibanding hari-hari biasa. Misalnya, pada (12/9) lalu, jumlah penumpang KA Probowangi mencapai 179 orang, pada (13/9) ada 172 orang dan kemarin (14/9) mencapai 184 orang.

Begitu pula dengan KA Lohgawa, pada (12/9) lalu, jumlah penumpangnya mencapai 106 orang, pada (13/9) ada 144 orang dan kemarin (14/9) mencapai 153 orang. Padahal pada hari-hari biasa, jumlah penumpangnya berkisar antara 55-60 orang saja.

Untuk mengatasi itu, pihak PJKA sudah melakukan penambahan gerbong. Yakni, dari yang biasanya satu loko hanya membawa 6 gerbong ditambah menjadi 10-11 gerbong. Tapi, ternyata hal itu masih belum bisa membuat para penumpang nyaman.

Masih banyak di antara mereka yang tidak bisa menikmati perjalannya. "Maksimal memang 11 gerbong, kalau lebih dari itu tidak kuat. Dan, kalau ditambah lagi otomatis harus nambah loco," jelas Ridwan.

Ridwan memperkirakan, jumlah penumpang itu akan terus melonjak hingga akhir pekan nanti. Dan, sampai itu pula rangkai 11 gerbong itu akan dioperasikan. "Akan dioperasikan selama masa liburan ini," ujarnya.

Meski KA yang datang sudah dalam keadaan penuh, tapi masih ada saja para penumpang yang memaksakan diri ikut. Meski pada akhirnya, mereka harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk.

Dan, jelas saja para penumpang dari stasiun KA Probolinggo tidak kebagian tempat duduk. Pasalnya, setiap KA yang datang rata-rata sudah penuh. Dan, sudah banyak para penumpang berdiri sampai di dalam WC. "Saya mulai dari Banyuwangi, beridiri di sini (WC, Red). Habis tidak ada tempat lain," kata lelaki berjaket jins kemarin.

Ada juga seorang penumpang yang membahayakan dirinya berdiri di pintu. Laki-laki itu, mengaku kakinya mulai terasa kesemutan karena sejak dari Banyuwangi berdiri. "Saya berharap, sampai di Jember dapat tempat duduk. Tapi, ternyata sampai di sini (Probolinggo, Red) belum dapat juga," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179294

Sephia "Sundul" Sepeda Motor

[ Rabu, 15 September 2010 ]
PROBOLINGGO- Sjaiful Bakri, 52, seorang PNS di Pengadilan Agama (PA) Kota Probolinggo, kemarin (14/9) harus berususan dengan polisi. Pasalnya, mobil sedan yang dikendarainya "menyundul" sepeda motor yang dikendarai oleh Butran, 41, warga Sumberkerang, Gending Kabupaten Probolinggo.

Akibatnya, Butran sempat terlempar ke atas kaca depan mobil yang dikendarai oleh Sjaiful. Butran pun harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka cukup serius pada kepala, pipi dan dagunya.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, kemarin (14/9), sekitar pukul 07.30, Butran keluar rumah hendak membeli tali bawang di desa Curahwaso, Gending. Dari rumahnya, Butran berangkat seorang diri mengendarai motor Honda Supra Fit melintas di Jl Raya Gending.

Butran beriringan dengan sebuah mobil sedan Sephia yang dikemudikan oleh Sjaiful. Dengan tenang, Butran mengemudikan motornya berada di depan mobil warga Desa Jabung Sisir, Paiton Kabupaten Probolinggo itu.

Entah apa sebabnya, tiba-tiba saja mobil bernopol P 1652 TL itu menubruk motor yang dikendarai oleh Butran. Karena benturan yang sangat keras, sampai-sampai Butran terlempar ke atas kaca depan mobil berwarna biru tua itu. Kepala Butran membentur kaca mobil tersebut hingga pecah.

Mobil sedan itu pun terus melaju dan menubruk tembok di pinggir jalan. Motor bernopol N 5401 PI milik Butran itu pun ringsek, terjepit antara mobil dan tembok. Tak ayal, kejadian itu langsung mengundang perhatian warga dan pengguna jalan.

Warga langsung merapat ke tempat kejadian perkara (TKP) dan melakukan pertolongan. Ada juga yang menghubungi polisi. Polisi pun mendatangi TKP dan mengatur arus lalu lintas yang mulai terganggu. Sebab, banyak pengguna jalan yang mandek karena ingin mengetahui kejadian tersebut dari dekat. "Sopirnya langsung menyingkir, mungkin takut diamuk massa," ujar salah seorang warga di TKP.

Tak lama kemudian, oleh warga Butran dilarikan ke RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo. Sampai di RSUD, Butran langsung dimasukkan ke dalam ruang tindakan dan mendapat penangan tim medis.

Tim medis pun, melakukan beberapa jahitan pada kepala bagian belakang, pipi dan dagu Butran. "Dia (Butran, Red), dimungkinkan mengalami gegar otak," jelas Santy Rosana, salah seorang dokter jaga di RSUD.

Kasatlatas Polres Probolinggo AKB Dwi Agung melalui Kanit Laka IPda Istono mengatakan, akibat kecelakaan itu tidak hanya menimbulkan korban jiwa. Tapi, juga berakibat pada kerugian materi yang besarnya mencapai jutaan rupiah.

"Korban, mengalami luka robek kepala bagian belakang. Tapi masih sadar dan langsung dilarikan ke RSUD dr Moh Saleh untuk dilakukan perawatan. Kerugian materi diperkirakan mencapai Rp 3 juta," ujarnya.

Selang beberapa waktu kemudian, keluarga korban langsung mendatangi RSUD. Suasana haru pun pecah, meski nyawa Butran terselamatkan. Tapi, kejadian itu cukup memukul bagi keluarga petani bawang tersebut.

"Waduh, lukanya parah di kepalanya (Butran, Red). Kepalanya, penuh perban. Kok bisa seperti itu ya...," ujar Sani, salah seorang adik Butran sambil menangis.

Muhammad Sahid, salah seorang keponakan korban mengatakan, kalau Butran waktu itu hendak membeli tali bawang. Pasalnya, kemarin (14/9) sore ia hendak memanen bawangnya. Tapi, naas menimpanya. Ia harus masuk RSUD setelah diseruduk sedan Sephia. "Padahal sudah mau nyampek, entah mungkin sudah apes," ujarnya.

Kini Butran masih harus menjalani perawatan di RSUD untuk memulihkan kesehatannya. Keluarganya pun berharap, Sjaiful mau bertanggung jawab atas kejadian tersebut. "Kami tidak mau main hakim sendiri, harapan kami bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Terutama masalah biaya pengobatannya," harap Sahid. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179293

Cuaca Cerah, Petani Tembakau Optimis

[ Rabu, 15 September 2010 ]

KRAKSAAN - Sejak Senin (13/9) cuaca di Kabupaten Probolinggo cukup cerah. Bahkan cenderung panas. Ini membuat kalangan petani tembakau senang. Tak lain, karena banyak petani sedang menjemur tembakau mereka.

Seperti yang dilakukan Taufik, petani tembakau asal Kecamatan Besuk. Dengan cuaca yang baik, Taufik optimis bisa mendapat hasil yang diharapkan. "Saya jemur di sawah. Saya harap tidak terjadi apa-apa hingga sore ini," ujarnya saat ditemui di rumahnya, kemarin (14/9).

Taufik mengaku memiliki tembakau sebanyak 20 pikul. Karena cuaca yang bersahabat, Taufik bahkan berani memastikan akan mendapat pemasukan yang sesuai. Tanpa merinci pengeluarannya, Taufik yakin modalnya bisa kembali. "Minimal begitu. Sekarang hujan memang meresahkan, mungkin perlu istighotsah ya," tuturnya.

Hal serupa diungkapkan Baidawi, petani asal Kecamatan Krejengan. Dengan cuaca cerah seperti sekarang, Baidawi mengaku cukup gembira. Apalagi sudah dua hari hujan tidak turun. "Kami (petani) cukup senang. Hari ini (kemarin) tidak ada yang diresahkan," ujarnya kepada Radar Bromo.

Dalam pantauan Radar Bromo, cuaca di Kabupaten Probolinggo memang cukup panas kemarin. Hal ini tentu saja menguntungkan bagi petani tembakau. Sebab jika cuaca cerah, tembakau yang sedang dijemur bisa kering maksimal.

Berbeda dengan beberapa hari sebelumnya, saat hujan turun selama beberapa hari. Padahal sebagian petani sudah mulai menjemur tembakau. Akibatnya pun tidak kecil. Banyak petani mengalami kerugian.

Terparah, karena tembakaunya mengalami tambelik. Yakni kondisi saat tembakau berubah warna menjadi kemerah-merahan atau kehitam-hitaman. Padahal jika tambelik, harga tembakau yang dijual bisa turun. "Bisa di bawah Rp 10 ribu," ujar Misrum, petani asal Kecamatan Krejengan.

Menanggapi cuaca cerah itu, pimpinan unit PT Gudang Garam Paiton Boy Jonathan mengaku gembira. Menurutnya cuaca cerah cukup membantu petani. Khususnya yang sedang menjemur tembakau. "Saat ini petani lebih menggantungkan diri pada cuaca. Akhir-akhir ini cuacanya cukup bersahabat," ujar Boy.

Jika cuaca tak mengalami perubahan, Boy optimis bisa mendapat kualitas tembakau yang baik. Namun menurutnya tetap tak bisa sebaik tahun lalu. Apalagi beberapa waktu lalu hujan terus menerus mengguyur tembakau. "Yang saya pantau, hujannya menyeluruh. Bahkan di kota-kota lain juga sama," kata Boy.

Boy berharap, petani tidak khawatir dengan kondisi ini. Pihaknya kata Boy, tidak terlalu mempersoalkan hujan. Apalagi saat ini masih cukup banyak tembakau selamat dari guyuran hujan. "Yang penting tembakaunya tidak mati saja," pungkas Boy. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179292

Nelayan Kembali Melaut

[ Rabu, 15 September 2010 ]
KRAKSAAN - Setelah sekitar seminggu libur, mulai minggu ini para nelayan di Kraksaan dan sekitarnya kembali melaut. "Biar segera bisa dapat uang, Mas," ujar Imam, 55, nelayan Desa Kalibuntu, Kraksaan.

Saat ditemui Radar Bromo, Imam sedang duduk santai bersama Anis, 45, rekan kerjanya. "Masih nunggu teman-teman yang lain. Kita berangkat bersama-sama," kata Imam sambil menghisap rokok.

Imam dan Anis sehari-hari bekerja di perahu 'Berlian'. Menurut Imam, dirinya tak memiliki perahu. Jadi, dia memilih ikut kerja di perahu Berlian milik H Rozak.

Menurut Imam, biasanya sebuah perahu berangkat pukul 15.00 WIB untuk melaut. Namun hal itu disesuaikan dengan kondisi cuaca yang terjadi. Jika angin tidak berhembus kencang, maka perahu biasanya bisa berangkat. "Kalau (cuaca) buruk, biasanya (kami) tak mau (berangkat)," jelasnya.

Ditambahkan Anis, nelayan melaut biasanya selama semalaman. Jika berangkat sore, biasanya baru keesokan harinya datang. Itupun dengan catatan. Kalau mendapat tangkapan banyak, perahu bisa datang jam 04.00 WIB. "Kalau sepi (tangkapan), datang jam 06.00 WIB," ujar Anis.

Saat ini kata Anis, banyak nelayan mengeluh. Sebabnya, tangkapan selama Ramadan kurang menggembirakan. Hasil sedikit, sementara kebutuhan lebaran justru semakin banyak.

Tak ayal, kondisi ini membuat para nelayan kelabakan. "Bahkan untuk makan sehari-hari saja sering kurang. Untuk lebaran, saya bahkan menggadaikan barang," ujar Anis.

Anis menceritakan, sejak 26 Ramadan banyak nelayan tak melaut. Penyebabnya, bukan semata karena tangkapan yang sedikit. Namun lebih karena semua orang ingin merayakan lebaran di rumah. "Jadi libur dulu. Penat juga setiap hari harus kerja di laut. Istirahat dulu dengan keluarga," tuturnya.

Sejak nelayan libur, pedagang ikan juga ikut libur. "Yang mau dijualbelikan kan tidak ada," tambah Nono, 45, pedagang ikan setempat saat ditemui di tempat pelelangan ikan (TPI) desa setempat.

Nono menuturkan, beberapa bulan terakhir memang banyak nelayan mengeluh. Tak lain karena hasil tangkapannya sedikit. Sementara pengeluaran setiap kali melaut cukup banyak. "Pemilik perahu juga mikir-mikir mau berangkat," ujarnya.

Hal serupa dikemukakan Zubairi Ikrok, 42, warga setempat. Menurut Zubairi, kondisi ekonomi nelayan memang tengah menurun. Dulu Zubairi pernah memiliki perahu. Namun karena penghasilan yang tak sesuai pengeluaran, Zubairi terpaksa menjual perahunya. "Banting setir, alih profesi. Sekali keluar, hanya bisa utang solar," ujar Zubairi. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179291

Polres Gelar Pembunuhan Pendil

[ Rabu, 15 September 2010 ]
KRAKSAAN - Polres Probolinggo telah berhasil mengungkap kasus pembunuhan terhadap Abdul Rasyid, 30, warga Desa Pendil Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo jelang takbir lebaran lalu. Kemarin (14/9) polres menggelar barang bukti (BB) dan tersangka yang berhasil diamankan dalam kasus tersebut.

Gelar tersebut dipimpin langsung Kapolres AKBP Rastra Gunawan. Dimulai sekitar pukul 10.30, Kapolres didampingi Wakapolres Kompol Sucahyo Hadi, Kabag Ops Kompol Hadi Prayitno, serta Kabag Min AKP Bindriyo. Tampak juga Kasatreskrim AKP Heri Mulyanto, Kasatlantas AKP Dwi Agung Setyono, Kasat Reskoba AKP Didik Suhardi, dan Kasat Sabhara AKP Heri Suyanto.

Begitu dibuka, empat tersangka langsung dikeler menuju ruang depan mapolres. Mereka adalah SB, 29; NS, 42; W 30. Tiga tersangka ini adalah pelaku pembunuhan terhadap Rasyid. Sementara tersangka lainnya yakni Sahur, 19. Sahur adalah adik kandung Rasyid. "Ditangkap karena membawa sajam (senjata tajam) saat kejadian," terang Kapolres.

Sementara barang bukti sudah digelar di meja di tempat tersebut. Selanjutnya Kapolres melihat barang bukti tersebut. Yakni dua buah pedang, tiga buah celurit, serta baju yang dipakai korban saat dibunuh. Temuan ini berbeda dengan sebelumnya. Sebelumnya disebutkan, BB yang berhasil diamankan yakni sebuah celurit, sebuah tombak, 2 buah slontong celurit.

Menurut Rastra, itu merupakan hasil pengembangan. Pada Sabtu (11/9) pihaknya kembali mendatangi TKP. Yakni untuk mengamankan sejumlah BB tersisa. Keterangan lokasi ditempatkannya BB didapat dari 3 tersangka. "Mereka memberitahu di mana BB disembunyikan," kata Rastra.

Dari penyidikan, barang yang ditetapkan sebagai BB pun berubah. Tombak urung jadi BB, sebab tombak itu tak digunakan pada saat pembunuhan. Sementara pedang yang digunakan sebagai alat untuk membunuh sudah berhasil didapatkan. "Bahkan jumlahnya dua buah," sebut Rastra.

Selain itu, Polres juga berhasil mengamankan dua buah celurit lainnya. "Rupanya celurit ini yang paling banyak digunakan. Bahkan hingga (korban) tewas," terang Rastra sambil menunjuk sebilah celurit.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, malam takbir lebaran (9/9) terjadi pembunuhan atas Abdul Rasyid. Ceritanya, sekitar pukul 14.00, Rasyid bersama sejumlah 7 orang temannya minum-minuman keras di depan rumahnya.

Tak hanya minum, Rasyid juga menyetel musik dengan keras dan menghisap rokok. Rasyid juga beberapa kali menantang SB untuk berduel sembari mengacung-acungkan celurit ke arah SB. Sementara SB sedang membenahi rumahnya.

Tak sabar, SB kemudian meladeni tantangan itu. Bahkan SB dibantu NS dan W. Terjadilah pertarungan tak seimbang. Apalagi SB, NS, dan W juga memegang sajam. Sehingga sekitar pukul 17.15, Rasyid terbunuh mengenaskan.

Dalam gelar kemarin, Kapolres AKBP Rastra mengajukan beberapa pertanyaan kepada para tersangka kasus itu. Pertama kepada SB. "Saya terpaksa melakukan (pembunuhan). Saya kan ditantang, jadinya panas," ujar SB.

"Saya ndak terima anak saya ditantang. Apalagi dia (korban) memang cukup menjengkelkan," tambah NS. W juga menyatakan hal serupa.

Akibatnya, tiga orang itu kemudian mengeroyok korban. Menurut SB, tak ada yang membantu korban saat itu. Bahkan NS berhasil merebut celurit yang sedang dipegang korban. "Saya ambil saja. Dia masuk ke dalam rumah, saya kejar," ujarnya dalam logat madura yang kental.

Dikatakan Kapolres, pembunuhan terhadap Rasyid sepenuhnya sudah tuntas ditangani. Yang akan dilakukan selanjutnya yakni proses hukum terhadap para tersangka. Menurut Kapolres, tiga tersangka bisa dikenakan hukuman penjara setidaknya 15 tahun penjara. SB, NS, dan W terbukti melanggar pasal 338 KUHP jo 170 KUHP.

Sementara Sahur terbukti melanggar UU Darurat 12/1951. Yakni tentang membawa senjata tajam. "Ini tersangka yang berbeda lho. Kasusnya lain. Bisa dihukum 10 tahun penjara," kata Rastra.

Kapolres berharap masyarakat tetap tenang menanggapi pembunuhan tersebut. Khususnya kasus yang terjadi selama Ramadan. Menurut Rastra, sudah terjadi dua kali pembunuhan selama Ramadan. Hal ini memang memunculkan banyak kekhawatiran di kalangan masyarakat. "Semoga tidak terjadi lagi," harap Rastra.

Sementara perkembangan terbaru dari masyarakat desa Pendil disampaikan H Saudi Hasyim, kemarin. Menurut Saudi, sebelum terbunuh, korban sempat cekcok dengan ibu kandungnya. Yakni di rumahnya di Desa Tarokan. "Bahkan kuburannya tak diberi pusara. Sepertinya ditelantarkan oleh keluarganya," ujar Saudi.

Dikatakan Saudi, warga Desa Pendil tak mau menerima jenazah Rasyid. Sehingga jenazah korban terpaksa dimakamkan di Desa Tarokan. Itu tak lain karena korban sering kali membuat ulah di desanya. "Saya pernah ditantang kelahi. Pak Kholik yang anggota DPRD juga pernah. Jadi keberadaannya memang meresahkan," ungkap Saudi. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179287

Masih Ada Yang Bolos

[ Rabu, 15 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Sudah dapat jatah libur lebaran lima hari (9-13/9), masih ada saja pegawai pemerintah daerah yang bolos. Ya, di hari pertama masuk kerja pascalebaran kemarin (14/9), di Probolinggo dan Pasuruan masih ditemukan pegawai yang bolos.

Di Kota Probolinggo kemarin ditemukan 11 pegawai yang tak masuk kerja tanpa keterangan. Dua di antaranya adalah pegawai yang kesandung kasus pidana, yakni mantan Lurah Pohsangit Kidul Rokayat dan staf Bappeda Rizal Nurdiansyah.

Sesuai hasil sidak, dari ribuan pegawai pemkot, ada 3 orang datang terlambat, sakit 19 orang, izin 12 orang, dinas luar 2 orang, cuti hamil atau bersalin 17 orang, dinas dalam atau lepas piket 11 orang, dan tanpa keterangan 11 orang.

Pegawai yang tanpa keterangan berasal dari beberapa satuan kerja. Misalnya Kecamatan Kedopok, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Bappeda (Rizal), Bagian Hukum (Rokayat), Puskesmas Jati, Kelurahan Mayangan, Kecamatan Kademangan, Kelurahan Pilang, Kelurahan Pohsangit Kidul dan Kelurahan Jrebeng Kulon.

Sidak pegawai kemarin dimulai pukul 07.00. Tim sidak disiplin terdiri atas lima tim. Lima tim itu dikoordinatori Wawali Bandyk Soetrisno, Sekda Johny Haryanto, Asisten Pemerintahan Agus Subagiono, Asisten Administrasi Setyo Utomo dan Asisten Perekonomian Matalil.

Tim yang dikomandoi Wawali Bandyk bergerak ke sasaran pertama di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. Di badan yang berkantor di kompleks rumah dinas wali kota itu didapati dua pegawai cuti dan satu pegawai izin.

Sasaran berikutnya ke Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Dispobpar). Di sana Wawali Bandyk memimpin apel sekaligus memberikan pembinaan kepada pegawai. Pada kesempatan itu, wawali yang didampingi Kabag Organisasi Anwar Fanani dan Kabag Hukum Agus Hartadi sempat berjabat tangan dengan seluruh pegawai Dispobpar.

Bergeser ke barat tim sidak menuju ke Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Dinas Pertanian. Karena Kepala Dinas Pertanian Sutarjo sudah pensiun maka ditunjuk Plt adalah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Wirasmo. Meski 100 persen pegawai hadir tetapi Wawali memberikan pertanyaan kepada bagian TU yang mengurusi surat-menyurat serta program.

"Sebagai sekretaris harus tahu laporannya. Memang tidak menjalankan program tapi bisa melihatnya berdasarkan laporan. Jangan nyatet thok, tapi dibaca satu-satu. Kalau begini saya ingat waktu jadi sekda," kata Wawali Bandyk kepada salah seorang pegawai.

Ditemui di sela sidaknya, Bandyk mengatakan cuti lima hari yang sudah diberikan bukan berarti tidak boleh lebih dari yang ditentukan. Pasalnya, boleh saja pegawai tidak masuk tetapi dengan alasan tertentu. Sebagai contoh orangtua meninggal atau sedang melahirkan dan sakit.

Ditanya kenapa dia memberikan penekanan kepada sekretaris-sekretaris di satker yang dikunjungi, Wawali Bandyk menegaskan jika dia ingin agar pegawai mengetahui job discription masing-masing.

"Sekretaris kan harus tahu apa saja di dalam satker. Program di satker itu lewat sekretaris, jadi sekretaris harus tahu itu, jangan cuma mencatat saja. Untuk pegawai yang tidak masuk tanpa keterangan ada tindaklanjutnya," seru Bandyk.

Sementara itu, Kabid Pembinaan dan Pengembangan Pegawai di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Pemkot Probolinggo Prijo Djatmiko menjelaskan bagi pegawai yang tidak hadir tanda keterangan bakal segera dipanggil untuk klarifikasi.

"Dikaji dulu permasalahannya, kenapa sampai tidak ada keterangan. Nanti akan kami panggil untuk klarifikasi apakah (bolos) sengaja dilakukan, seharusnya ada pemberitahuan secara resmi," kata Prijo. Untuk dua pegawai Rokayat dan Rizal tidak akan diklarifikasi karena sedang kesandung kasus dan mendekam di sel tahanan.

Untuk pegawai yang terlambat, mereka yang sudah izin untuk datang terlambat dan tidak mengikuti apel pagi. Satu pimpinan satker yang izin adalah Kepala Inspektorat Haryono Santoso yang mertuanya meninggal dunia.

Mengenai sanksi apa yang akan dijatuhkan untuk pegawai bolos itu, Prijo masih belum bisa menentukan karena dibutuhkan investigasi. Kemudian hasil klarifikasi dan investigasi itu disampaikan kepada tim pertimbangan penjatuhan hukuman disiplin PNS.

"Kami sangat menyayangkan kok sampai ada pegawai yang tanpa keterangan. Padahal himbauan saat apel, melalui surat sampai ada warning sudah disampaikan. Kami berharap ke depannya tidak ada lagi yang mengulangi," tegasnya.

Di Kabupaten Probolinggo, sementara ditemukan ada 9 pegawai yang kemarin tak masuk kerja. Dua di antaranya tak masuk tanpa keterangan alias bolos. Dua pegawai yang bolos itu berasal dari Disnakertrans dan Bapemas. Sedangkan tujuh lainnya tak masuk dengan berbagai alasan. Yakni sakit, izin pulang, hingga cuti melahirkan.

"Secara keseluruhan tahun ini lumayan baik. Rata-rata tiap satker (satuan kerja) persentase pegawai yang masuk lebih dari 90 persen," ujar Wabup Salim Qurays yang kemarin ikut langsung sidak di tiga titik yakni Dinas pendidikan, Kantor penanaman modal dan perijinan dan Dinas Kelautan dan Perikanan.

Saat sidak, Wabup didampingi asisten Tata Praja Sigit Sumarsono, Kepala BKD Achmad Arieh, Sekretaris Inspektorat Husnan dan perwakilan dari satpol PP Didit. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah kantor dinas pendidikan.

Wabup Salim Qurays mengatakan, tren disiplin pegawai cukup bagus. "Sidak ini merupakan sidak rutin yang digelar 3 bulan sekali. Cuma kali ini dilaksanakan bertepatan dengan hari pertama masuk kerja usai libur lebaran," tuturnya.

Menurutnya, pegawai yang tidak masuk tanpa keterangan itu sendiri bakal diberikan sanksi oleh pemkab. Apa sanksinya? "Yang jelas kami sudah menyiapkan sanksi untuk pegawai yang indisipliner. Yang paling ringan ya teguran," jelasnya.

Selain rombongan Wabup, ada juga sidak yang digelar di beberapa titik lainnya oleh Satpol PP. Diantaranya di Disnekertrans, Dinkes dan Bappemas.

Di Pemkot Pasuruan kemarin juga masih ditemui pegawai yang bolos. Ini terungkap saat Wali Kota Aminurokhman menggelar sidak. Fakta masih banyaknya pegawai yang tidak masuk itu ditemukan wali kota, saat melihat langsung daftar absensi di masing-masing kantor yang dikunjunginya. Hampir di setiap instansi, ada sekitar 1-2 orang yang nekat absen tanpa keterangan.

Begitu tahu masih ada absensi tanpa tanda tangan pegawai, langsung direspon keras wali kota. Apalagi saat itu, orang nomor satu di Kota Pasuruan tersebut satu rombongan bersama Kepala Inspektorat Didik Kuswahyudi, bersama Kepala BKD Kota Pasuruan Betty Pramindari.

"Tolong yang absen hari ini segera di data lengkap. Kemudian diklarifikasi alasannya. Bila terbukti jelas pelanggarannya, jangan segan-segan beri sanksi sesuai ketentuan," kata wali kota dengan ekspresi tegas.

Sidak yang digelar wali kota kemarin, lingkupnya cukup luas. Keliling instansi yang dilakukan sejak pukul 07.30 tersebut, berhasil menjangkau sedikitnya 8 kantor sekaligus. Mulai dari kantor kecamatan Purworejo, KPU, BKBKS, dinsosnakertrans, dan juga RSUD Dr R. Sudharsono atau RSUD Purut.

Tidak ketinggalan juga kantor sekretariat Pemkot Pasuruan yang lokasinya di Jl. Pahlawan Pasuruan.

Saat mengetahui masih ada stafnya yang ketangkap basah membolos, raut muka wali kota tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Sebelum ini, dia sudah mengingatkan berulang kali agar semua pejabat, maupun pegawai masuk kerja tepat waktu. Bahkan sempat dimunculkan larangan menggabungkan cuti reguler, dengan libur cuti bersama tahun ini.

Sayangnya, peringatan itu masih ada yang mengabaikan. Terbukti, dari rombongan yang dipimpin wali kota saja, total pegawai yang ditemukan membolos, jumlahnya berkisar 15 orangan.

Jumlah itu, belum ditambah dengan hasil sidak dua tim lainnya. Yakni yang dipimpin oleh Wakil Wali Kota Pudjo Basuki, dan juga Sekda Bahrul Ulum.

Kepala BKD Betty menyatakan, pihaknya belum bisa menyebut secara detail berapa jumlah pegawai yang membolos pada hari pertam masuk kerja tersebut. "Akumulasinya baru bisa diketahui besok (hari ini, red). Sebab, agenda sidak hari ini terdiri dari tiga rombongan. Laporannya saja baru bisa masuk sekitar siang hingga sore ini," jelasnya.

Tentang pegawai yang ketahuan membolos, Betty menyatakan pihaknya akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Termasuk soal sanksi yang akan diberlakukan sesauai dengan ketentuan berlaku. (fa/mie/via/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179286

11 PNS Probolinggo Bolos Kerja

Selasa, 14 September 2010 | 22:36 WIB
Wawali Bandyk Sutrisno sidak PNS.

PROBOLINGGO - Aksi membolos kerja mewarnai hari pertama masuk pegawai di lingkungan Pemkot Probolinggo setelah Lebaran. Sebanyak 11 pegawai diketahui tidak masuk tanpa disertai alasan yang jelas pada Selasa (14/9).

Hal itu diketahui saat Wakil Walikota (Wawali) Drs H Bandyk Soetrisno MSi menggelar sidak di sejumlah instansi di lingkungan Pemkot Probolinggo, Selasa (14/9) pagi. Sidak serupa dilakukan Komisi A DPRD dengan sasaran sejumlah kelurahan di belahan selatan Kota Probolinggo.

“Jelas ada sanksinya bagi pegawai yang membolos di hari pertama masuk setelah Lebaran,” ujar wawali di sela sidak. Di antara instansi yang disidak adalah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.

Di kantor tersebut sebanyak 3 pegawai tidak masuk kerja. “Tetapi alasannya masuk akal, ada yang orangtuanya meninggal, melahirkan, hingga karena menikah,” ujar Bandyk.

Sidak diteruskan ke kantor Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata (Dispobpar). Kemudian Dinas Pertanian dan berakhir di Kel. Ketapang.

Selain itu Pemkot juga mengecek kehadiran pegawainya melalui daftar hadir di semua instansi. Termasuk kehadiran pegawai di lingkungan kelurahan yang dikoordinasi pihak kecamatan.

Akhirnya diketahui, sebanyak 11 pegawai tidak masuk tanpa alasan yang jelas. Termasuk di antaranya adalah mantan Lurah Posangit Kidul, Rukayat, dan Rizal, PNS di Bappeda yang terbelit kasus kriminal.

Disinggung soal pegawai yang absen tanpa alasan, wawali mengatakan, akan ada sanksi administrasi. “Contohnya, kenaikan pangkatnya akan ditunda,” ujarnya.

Yang jelas, soal cuti bersama (Lebaran) ini sudah diatur dalam Surat Edaran Men-PAN No. SE/07.M.PAN-RB/8/2010 tanggal 9 dan 13 September 2010. Sesuai SE tersebut, PNS yang membolos sehari pada hari pertama masuk pasca Lebaran dinilai membolos 4 hari kerja.

Pegawai ‘Menghilang’

Sementara itu dalam sidak yang digelar Komisi A DPRD dengan sasaran sejumlah kelurahan di belahan selatan Kota Probolinggo ditemukan fakta lain. “Sejumlah pegawai, setelah mengisi absen, lalu menghilang dari kantornya, entah ke mana,” ujar Ketua Komisi A DPRD, As’ad Anshari.

Selasa pagi sekitar pukul 08.30-10.00, Komisi A sidak di sejumlah kelurahan seperti Pohsangit Kidul, Sumber Wetan, Jrebeng Kidul, Pakistaji, dan Kedunggaleng. Sejumlah pegawai kelurahan sempat kalang kabut saat disidak.

Lho ini, ada tanda tangan di daftar hadir, tetapi orangnya mana?” ujar As’ad. Salah seorang pegawai di Pohsangit Kidul mengatakan, “Yang penting kan sudah absen Pak.”

Sebagian pegawai beralasan mengikuti lurahnya menghadiri acara halal bihalal di kecamatan. “Setelah saya cek di kecamatan, acara halal bihalal hanya sebentar dan sudah bubar, tetapi sejumlah pegawai tidak kembali lagi ke kelurahan,” ujar As’ad.

Di Kel. Jrebeng Kidul, ada 3 pegawai yang mengisi daftar hadir tetapi orangnya tidak ada. “Yang seperti itu meragukan,” ujar Wahyu Dwi Rediana, Sekretaris Komisi A.

Bahkan saat sidak di Kel. Pakistaji, sejumlah pegawai tidak ada di kantornya. Ketika Komisi A hendak meninggalkan Kel. Pakistaji, sejumlah pegawai tampak buru-buru memasukkan sepeda motornya ke kantor dengan membawa barang belanjaan dari sebuah swalayan.

“Bahkan ada kelurahan yang memasang tulisan ‘Pelayanan Jam 13.00’. Ini aneh, wong jam kantor mulai 07.00,” ujar As’ad. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=7a1d999bedf9a7d0e54babbe50c2fe19&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Main Petasan, 2 Jari Anggota DPRD Putus

Selasa, 14 September 2010 | 11:34 WIB

OLEH IKHSAN MAHMUDI

SUASANA Lebaran masih terasa di Kel Pakistaji, Kec Wonoasih, Kota Probolinggo, Senin (13/9). Sebuah rumah mentereng, lengkap dengan mobil sedan ditutup kain terpal, tampak dikunjungi sejumlah tamu. Itulah rumah Eko Laksono. Wajar kalau rumah Eko didatangi banyak tamu. Di kampungnya, anggota DPRD Kota Probolinggo dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu juga menjadi ketua RW 4.

Sebagian tamu mengaku kaget demi mengetahui Eko tidak lagi bisa menjabat tangan mereka yang datang ke rumahnya untuk berlebaran. Soalnya, telapak tangan kanannya dibalut dengan kain kasa warna putih. ‘’Maaf, tidak bisa berjabat tangan. Mosok mau bersalaman dengan tangan kiri,” ujarnya sambil tersenyum, Senin (13/9) siang. Sambil mempersilakan para tamu duduk dan menikmati hidangan, Eko pun meminta maaf jika ada kesalahan dan kekhilafan.

Kepada para tamunya yang menanyakan ihwal tangan kanannya, Eko bercerita dengan santai, tanpa beban. “Saat Lebaran saya mendapatkan cobaan dari Allah, mungkin ada hikmahnya,” ujarnya.

Ayah dua anak itu bercerita, Minggu (12/9) malam sekitar pukul 18.30 bersama temannya, Ansori menyalakan petasan ukuran besar. “Seukuran gelas minum ini,” ujarnya sambil menunjuk gelas berdiameter sekitar 10 cm di meja ruang tamunya.

Petasan itu berasal dari Hasan, teman Eko. “Hasan mau menyulut petasan itu di rumahnya tidak jadi karena keponakannya sakit, takut menganggu,” ujarnya. Hasan kemudian memberikan petasan itu kepada Eko. Eko kemudian mengajak Ansori dan Hasan mencari tempat yang nyaman untuk menyulut petasan.

Ketika petasan mau disulut, Hasan menjauh lebih dulu. Eko kemudian memegang petasan dengan tangan kanan, sementara Ansori menyulutnya dengan sebatang rokok yang menyala.

Eko sudah mempertimbangkan, sumbu petasan itu cukup panjang, sekitar 15 cm. Rencananya setelah disulut, petasan itu bakal ia lempar ke atas sehingga meledak di udara. “Ternyata petasan belum sempat saya lempar ke atas, sudah meledak di tangan,” ujarnya.

Sambil mengerang-erang menahan luka bakar di tangan kanannya, Eko merasa dunia berputar-putar. “Suasana seras gelap gulita, telinga saya seperti tuli. Saya semakin khawatir menyaksikan Ansori mengusap-usap wajahnya. Saya takut Ansori buta, ternyata matanya tidak apa-apa,” ujarnya.

Malam itu juga, Eko langsung dilarikan ke Puskesmas Wonoasih, namun kemudian disarankan ke RSUD Dr Mochmad Saleh. Eko mengaku sempat syok begitu melihat telapak tangannya. “Jari telunjuk dan jari tengah ternyata putus. Ujungnya hancur, tidak bisa disambung lagi. Sebagian kulit telapak tangan juga mengelupas,” ujarnya. Sekitar dua jam, telapak tangan kanan mendapatkan 15 jahitan. ’’Yang jelas dua jari saya sudah putus. Mungkin kelak saya akan dipanggil ’Eko kuthung’ (jari terputus, red),” ujar Eko Laksono tergelak, menertawakan dirinya sendiri. *

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=7d4d0349417a7b0d237a2ac89de59e4d&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Marcella - Ananda, Terkesan Bromo

Senin, 13 September 2010

PROBOLINGGO I SURYA - Pasangan selebritis dari Jakarta, artis Marcella Zaliyanty dan pembalap Ananda Mikola, menghabiskan waktu liburan hari raya Idul Fitri di objek wisata Kawah Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo. Mereka juga bersilaturahmi kepada Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin, yang juga Ketua Ormas Nasional Demokrat (Nasdem) Jatim, di pendopo setempat, Senin (13/9/2010) siang.

Mereka datang mengendarai Mobil Nissan X Trail nopol B 8809 BY warna hitam, Senin sekitar pukul 14.30 WIB. Dua sejoli ini terlihat betah di pendopo. Mereka juga terkesan dengan menu Rawon Nguling yang disajikan. Ananda sempat menambah porsi makan. “Ini rawon paling enak yang saya rasakan,” puji Marcella.

Dia mengaku sudah lama kenal dengan Hasan Aminuddin, dan sering meminta nasehat tentang filosofi kehidupan. “Saya ke sini untuk silaturrohim,” ucap artis cantik berusia 30 tahun, yang pernah membintangi Film Eliana, Eliana, Bintang Jatuh, Tragedi, dan Brownies ini.

Hasan pun menyambut gembira kedatangan dua tamu istimewanya tersebut. Dia menyarankan supaya mereka secepatnya menikah agar tidak menimbulkan fitnah. “Keduanya sudah dewasa. Apalagi sudah sering jalan bareng berduaan. Sebaiknya segera menikah,” saran politikus PKB ini.

Bagaimana reaksi Marcella? ” Apa kata nanti. Tapi saya berterimakasih atas saran itu, selama untuk kebaikan saya,” jawabnya.

Mengenai liburan ke Bromo, Marcella mengaku sekalian memanfaatkan waktu mudik Lebaran. “Keluarga saya ada Sidoarjo, dan keluarga Ananda ada di Bojonegoro,” kata Marcella, yang selama dua hari di Bromo menginap di Hotel Java Banana, dan terkesan dengan keindahan Bromo. tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/13/marcella-ananda-nikmati-keindahan-gunung-bromo.html

Si Yatim Piatu Akibat Laka Kritis

Senin, 13 September 2010 | 11:56 WIB

SURABAYA – Agus Bayu Sobirin (10), bocah asal Jabon, Sidoarjo, yang menjadi yatim piatu akibat kecelakaan (laka) dirujuk ke RSU dr Soetomo. Bocah ini luka para pada bagian kepalanya akbiat kecelakaan maut di Probolinggo, Minggu (12/9), yang juga merenggut nyawa ibu bapaknya, Ny Siti Amsal dan Edy. Motor yang dikendarai korban bertabrakan keras dengan mobil Suzuki Carry.

’’Korban selamat atas nama Agus (10), dirujuk ke RSU dr Soetomo Surabaya karena membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Peralatan di RS Probolinggo tidak memadai,’’ ujar Kasat Lantas Polres Probolinggo AKP Dwi Agung ketika dikonfirmasi wartawan.

Peristiwa itu bermula saat sepeda motor W 2541 SK yang ditumpangi satu keluarga, Edy, Siti Amsal, dan Agus, hendak menuju rumah saudaranya di Probolinggo. Ketika Edy mencoba mendahului mobil Toyota Avanza dari sebelah kanan, tiba-tiba dari arah berlawanan melaju dengan kecepatan kencang sebuah mobil Suzuki Carry.

Tabrakan pun tak terhindarkan. Edy dan istrinya tewas di lokasi. Sedangkan Agus masih hidup meski mengalami luka cukup parah. Oleh polisi, korban Agus dibawa ke RS dr Saleh Probolinggo. Namun karena membutuhkan perawatan lebih, bocah tersebut dirujuk di Surabaya. AKP Dwi Agung menjelaskan, kecelakaan tersebut disebabkan korban tidak hati-hati dengan kondisi di jalan, sehingga salah perhitungan ketika hendak mendahului kendaraan lainnya.

Kepala Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSU dr Soetomo Surabaya, dr Urip Murtedjo SpB-KL, saat dikonfirmasi wartawan mengaku belum mendapat laporan sama sekali tentang peristiwa ini. ’’Saya belum dapat laporan tentang bocah korban kecelakaan di Probolinggo, karena belum ada laporan sama sekali yang masuk ke saya,’’ tuturnya. ntr

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=40dbb397551c3ff535b6f294dc20f65e&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tabrakan di Probolinggo, Ayah Ibu Tewas, Bocah Selamat

Minggu, 12 September 2010

SURABAYA | SURYA - Agus Bayu Sobirin, bocah usia 10 tahun asal Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) dr Soetomo Surabaya setelah mengalami luka parah pada bagian kepala akibat kecelakaan maut di Probolinggo, Minggu (12/9). Adapun orangtuanya, yakni pasangan Siti Amsal dan Edy, meninggal dunia di lokasi kejadian karena benturan sangat keras antara sepeda motor yang dikendarai dengan mobil Suzuki Carry.

“Korban selamat atas nama Agus dirujuk ke RSU dr Soetomo Surabaya karena membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Apalagi peralatan di RS Probolinggo tidak memadai,” ujar Kasat Lantas Polres Probolinggo, AKP Dwi Agung, ketika dimintai konfirmasi wartawan, Mingg.

Peristiwa tersebut bermula saat sepeda motor nomor polisi W 2541 SK –yang dinaiki Edy, Siti Amsal dan Agus– hendak menuju rumah saudara di Probolinggo. Ketika Edy mencoba mendahului mobil Toyota Avanza dari sebelah kanan, tiba-tiba dari arah berlawanan melaju dengan kecepatan kencang sebuah mobil Suzuki Carry.

Tabrakan pun tak bisa dihindarkan. Edy dan istrinya tewas di lokasi, sedangkan Agus masih hidup meski mengalami luka cukup parah. Oleh polisi, korban Agus dibawa ke RS dr Saleh Probolinggo. Namun karena membutuhkan perawatan lebih, bocah tersebut dirujuk di Surabaya.

AKP Dwi Agung menjelaskan, kecelakaan tersebut diduga disebabkan karena korban tidak hati-hati dengan kondisi di jalan. Sehingga, korban salah perhitungan ketika hendak mendahului kendaraan lain.

Sedangkan Kepala Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSU dr Soetomo Surabaya, dr Urip Murtedjo SpB-KL, ketika dimintai konfirmasi wartawan mengaku belum mendapat laporan tentang peristiwa ini. Ia mengatakan, sejak siang hari pihaknya tidak mengetahui korban kecelakaan di Probolinggo dirujuk ke RSU dr Soetomo. ant

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/12/tabrakan-di-probolinggo-bocah-selamat-ayah-ibu-tewas.html

Korban Kecelakaan di Probolinggo Dirujuk ke RSU dr Soetomo

Minggu, 12/09/2010 18:03 WIB

Steven Lenakoly - detikSurabaya



(ANISA/BERITAFOTO.NET)

Surabaya - Seorang korban kecelakaan di Probolinggo, Agus Bayu Sobirin (10), dilarikan ke RSU dr Soetomo untuk mendapatkan perawatan. Bocah ini mengalami luka cukup parah pada bagian kepalanya.

Agus adalah korban kecelakaan di Probolinggo saat dibonceng kedua orang tuanya dengan mengendearai motol W 2541 SK, Minggu (12/9/2010) pagi tadi. Satu keluarga asal Jabon, Sidoarjo ini hendak menuju ke rumah saudaranya di Probolinggo.

Kecelakaan itu terjadi, ketika mereka berusaha mendahului Toyota Avanza. Namun motor yang dikendarai orangtua Agus gagal menyalip, dan ditabrak Suzuki Carry dari arah berlawanan.

Kedua orangtua Agus yang bernama Siti Amsal dan Edy langsung tewas di lokasi kecelakaan. Sedangkan Agus mengalami luka berat, dan dilarikan ke RS dr Saleh
Probolinggo. Namun kemudian Agus dirujuk ke RSU dr Soetomo atas rekomendasi Polres Sidoarjo.

"Memang benar korban dirujuk ke rumah sakit dr Soetomo karena memang di Probolinggo alatnya tidak lengkap," kata Kasatlantas Polres Probolinggo, AKP Dwi Agung, saat dihubungi detiksurabaya.com.

Ia menjelaskan, kecelakaan itu disebabkan karena pengemudi tidak hati-hati dengan kondisi sepeda motor. Akibatnya sepeda motor ternyata tidak bisa menyalip mobil yang ada di depannya dan dari arah berlawanan ada mobil lain.
(stv/bdh)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/09/12/180347/1439565/475/korban-kecelakaan-di-probolinggo-dirujuk-ke-rsu-dr-soetomo

Jari Dewan Kena Mercon

[ Selasa, 14 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Eko Laksono, seorang anggota DPRD Kota Probolinggo bernasib nahas. Dua jari tangannya putul "dimakan" petasan alias mercon, pada Minggu (12/9) sekitar pukul 18.30.

Saat ditemui di rumahnya kemarin (13/9), Eko menceritakan bahwa sebelum kejadian itu dirinya bertemu dengan tetangganya, Hasan. Eko yang juga menjabat sebagai ketua RW 4 di Kelurahan Pakistaji Kecamatan Wonoasih itu mendapati Hasan menyimpan mercon di balik sarungnya.

Saat ditanya soal mercon itu, Hasan menjawab kalau hendak disulut. Tapi, ia masih mencari tempat yang aman dan kertas sebagai tambahan sumbunya. "Katanya, tidak disulut di rumahnya karena keponakannya (Hasan, red) sedang sakit," jelas Eko.

Eko kemudian meminta untuk menyulutnya dengan cara dipegang dan akan melemparkannya ke udara. Mendapati itu, Hasan sempat melarangnya karena mercon tersebut bersumbu sangat keras.

Tapi, Eko meyakinkan kalau mercon itu tidak akan meledak saat masih di genggamannya. "Padahal, sumbunya sangat panjang. Sekitar 15 senti (cm). Entah dapat dari mana, katanya (Hasan, Red) membeli seharga Rp 20 ribu," ujarnya.

Anggota dewan dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu pun meminta kepada temannya, Anshori untuk menyulut mercon di tangannya. Sedangkan, Eko bersiap melemparkannya ke udara.

Nah, begitu mercon itu disulut ternyata Eko kalah cepat dengan api yang menyala di sumbu mercon tersebut. Mercon berdiameter sekitar 10 cm itu meletus di tangan kanannya. "Saya tidak sempat melihat seperti apa apinya, tahu-tahu sudah meledak," ujarnya.

Begitu mercon meledak, Eko mengaku tidak merasakan sakit di tangannya. Ia malah memikirkan Anshori yang saat itu kelihatan kebingungan. Tapi, tak lama kemudian ia pun sadar kalau tangannya hancur penuh luka. "Untung hanya saya, kalau dia (Anshori, Red) kena juga, bisa panjang urusannya," ujar anggota dewan yang tergabung di komisi B itu.

Tak lama kemudian, oleh keluarganya Eko langsung dilarikan ke Puskesmas Wonoasih. Tapi, karena lukanya cukup parah Eko kemudian dirujuk ke RSUD Dr Moh Saleh Kota Probolinggo.

Butuh waktu sekitar 2 jam bagi tim medis RSUD untuk menjahit luka-luka di tangan Eko. Ada tiga orang orang yang menangani Eko saat itu. Menurutnya tiga orang itu bukan menangani secara bersamaan, melainkan gantian. "Masak, sampai tiga kali ganti sopir. Belum selesai, katanya ganti shiff sehingga harus diganti," ujarnya.

Malam itu pula diketahui kalau luka di tangan Eko cukup parah. Bahkan, ia sempat ditawari untuk dirujuk ke Malang untuk menyempurnakan jari-jarinya. Karena, ujung jari telunjuk dan jari tengahnya hancur dan harus dipotong.

Nah, bila ingin potongannya itu bagus, Eko diminta untuk berobat di Malang. Tapi, Eko menolaknya. Ia memasrahkan perawatannya kepada tim medis di RSUD dr Moh Saleh. "Ada sekitar 15 jahitan. Kalau ujung jari telunjuk dan jari tengah dipotong, tidak bisa disambung karena hancur," ujarnya.

Eko pun mengakui kalau dirinya memang senang dengan petasan. Bahkan, pada malam lebaran kemarin ia sampai menghabiskan duit sebesar Rp 500 ribu untuk membeli kembang api. Tapi, ia mengaku sangat takut jika harus menyulutnya sendiri. "Biasanya, yang membakar itu teman-teman sini. Saya hanya lihat. Entah kenapa waktu itu saya berani," ujarnya.

Eko mengaku tak pernah membayangkan sebelumnya. Tapi, ia sempat bertanya kepada istrinya kalau pada belakangan ini sudah jarang terdengar berita orang kena letusan petasan. "Kan, biasanya ada saja di TV atau koran, sekarang kan jarang. Kok malah saya yang kena," ujarnya.

Dengan kejadian itu, Eko yang mestinya mulai ngantor hari ini (14/9) dimungkinkan tidak bisa masuk kerja. Pasalnya, ia harus menunggu tangannya hingga benar-benar sembuh. "Tidak masuk. Izin dulu sampai sembuh," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179169