Selasa, 21 September 2010

Harga Kopi Jatuh 40-55 Persen

Selasa, 21 September 2010 | 10:37 WIB

PROBOLINGGO - Kemarau disertai hujan juga menurunkan kualitas kopi di Probolinggo hingga harganya anjlok 40%–55%. Sejumlah petani di sentra penghasil kopi di lereng Gunung Argopuro, Kab Probolinggo, mengeluhkan dampak buruk hujan.

“Karena sering diguyur hujan, aroma dan rasa kopi pun berubah. Belum lagi sulitnya mengeringkan biji kopi karena jarang panas,” ujar Andik Purnomo, petani kopi di Desa Tlogoargo, Kec Tiris, Kab Probolinggo, Senin (20/9).

Akibatnya, harga kopi turun hingga sekitar 40%-55% pasca Lebaran 2010. Harga kopi unggulan Probolinggo, kopi Nangka (daunnya mirip daun nangka) kini paling mahal, Rp 14 ribu/kg. “Padahal, selama bulan Puasa lalu harga kopi nangka lumayan mahal, Rp 24 ribu per kilogram,” ujar Tutik Sayekti, bidan desa yang juga petani kopi di Tlogoargo.

Kopi Arabika yang selama bulan Puasa menembus Rp 20 ribu/kg, pasca Lebaran anjlok menjadi Rp 12 ribu. ’’Selain itu ada kopi yang tidak jelas varitasnya yang biasa disebut kopi biasa harga lebih rendah lagi, Rp 9 ribu padahal sebelumnya masih laku Rp 16 ribu,” ujar Andik.

Soal anjloknya harga kopi juga diakui Awir, petani asal Desa Ranugedang, Kec. Tiris. ’’Kalau terlalu banyak diguyur hujan daun kopi bisa luruh, selain itu aroma biji kopi berkurang,” ujarnya.

Saat hujan, pengolahan pasca panen kopi juga menjadi kendala tersendiri. Sebab selama ini para petani kopi mengandalkan pengeringan alami dengan sinar matahari. Tiadanya lantai jemur memadai membuat petani menjemur kopi di sembarang tempat. Bahkan jalan beraspal menjadi lantai jemur saat panen kopi.

Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kab Probolinggo Ir Nanang Trijoko Suhartono mengatakan, faktor hujan yang mempengaruhi kualitas kopi petani memang sulit diatasi. ’’Kalau sudah bicara pengaruh cuaca saya angkat tangan, itu faktor alam,” ujarnya.

Berdasarkan catatan Disbunhut, areal kopi di Kab Probolinggo terhampar seluas 2.333 hektare (Ha) di sejumlah kecamatan. Mulai di Kec. Tiris dan Krucil (lereng Gunung Argopuro) dan di Kec Gading dan Pakuniran. Selain itu kopi juga terhampar di Kec Sukapura, Sumber, dan Lumbang (lereng Gunung Bromo).

Dari hamparan kopi seluas itu, sebagian besar adalah kopi Robusta (90%) dan Arabika (10%). Produksinya tercatat 500-650 kg/Ha. Sehingga dengan luas areal 2.333ha, produksi total kopi di Probolinggo antara 1.166.500-1.516.450 Kg per tahun.

Kec Sumber menjadi areal pengembangan kopi seluas 775 Ha (33,22%) dari total areal kopi di Kab Probolinggo. Di lereng Gunung Bromo itu Pemkab menggandeng perusahaan swasta menanam kopi Arabika Timtim (berasal dari Timor Leste). Penanam kopi di Kec Sumber dilakukan dengan sistem bagi hasil. Kelak setelah kopi dipanen, hasilnya 80% untuk petani dan 20% untuk rekanan (swasta).

Selain ditanam di Kec. Sumber, kopi Arabika Timtim juga dikembangkan di Krucil dan Tiris (lereng Gunung Argopuro). Kopi Arabika Timtim yang bibitnya berasal dari Sumatera kemudian dikarantina di Bandung itu tergolong baru di Probolinggo. Sebelumnya, petani Probolinggo biasa menanam bibit kopi Robusta bersertifikasi yang diproduksi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Jember. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=9c820130a4fdf88d8193f10d4d3fa7ce&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Dinas PU Kirim Kartu Lebaran Salah Alamat

Selasa, 21 September 2010

Probolinggo - Surya- Kartu Lebaran via pos yang dikirim Kepala Dinas PU Cipta Karya Pemkab Probolinggo Ir Prijono kepada ketua komisi di DPRD jadi bahan tertawaan.

Pasalnya, kartu ucapan Selamat Idul Fitri 1431 H dengan sampul berkop dinas PU Cipta Karya itu ada yang ditujukan kepada Ketua Komisi E. Padahal, saat ini sudah tidak ada Komisi E. Yang ada hanya Komisi A, B, C dan D.

Jumlah komisi itu, sesuai dengan tata tertib di DPRD dan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD dan sudah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007.

Di samping itu, periodisasi empat komisi itu sudah berjalan sejak akhir 2009. Bahkan, Dinas PU Cipta Karya termasuk puluhan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) sudah berulang kali melakukan hearing dengan komisi-komisi yang ada.

Anehnya, Dinas PU Cipta Karya sendiri masih mengirimkan surat kartu ucapan kepada Komisi E yang notabene tidak ada di gedung DPRD.

Kenyataan itu sempat ditertawakan beberapa anggota dewan yang kebetulan ngantor di gedung dewan, Senin (20/9). “Kalau salah ngetik tidak mungkin. Karena, suratnya ada lima. Mungkin, ini ide dari Dinas PU supaya di DPRD ada tambahan satu komisi lagi,” ujar ketua Komisi C Agil Bafagih kepada Surya, sembari tertawa terpingkal-pingkal.

Secara terpisah, fakta itu sempat membuat sejumlah kalangan LSM juga mempertanyakan kredibilitas dinas terkait yang mengirimkan surat dengan alamat kepada komisi yang sudah tidak ada lagi. “Ini aneh. Satker dinas semestinya lebih paham soal jumlah komisi di DPRD. Kalau mereka tidak paham, bagaimana rakyat bisa paham,” kata Pembina LSM Gajahmada M Khairi.

Itu sebabnya, Khairi berharap bagian pemerintahan di lingkungan pemkab, lebih menekankan pelatihan soal struktur kelembagaan di lingkungan internal pemkab kepada staf PNS yang ada. “Supaya kedepan, tidak jadi bahan tertawaan,” sergahnya.

Kepala Dinas PU Cipta Karya Prijono ketika dihubungi melalui ponselnya enggan berkomentar terkait kesalahan alamat surat tersebut. ntiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/21/dinas-pu-kirim-kartu-lebaran-salah-alamat.html

Duka Keluarga Toni Satriyono, Pemuda Kampung Dok yang Tewas Dibantai

[ Selasa, 21 September 2010 ]
Sangkal Putranya Jadi Mata-Mata Polisi

Tewasnya Toni Satriyono, 25, warga Jl Ikan Cumi-Cumi Mayangan Kota Probolinggo menyisakan duka pekat di keluarganya. Pemuda itu pergi selamanya tanpa pesan, justru meninggalkan misteri.

RUDIANTO, Probolinggo

Sejak Sabtu (18/9) lalu di ujung Jl Ikan Cumi-Cumi Kelurahan/Kecamatan Mayangan terpasang bendera putih berukuran sekira 40 x 50 cm. Tengahnya ada gambar palang warna hijau. Itulah bendera kematian, penanda duka keluarga setempat yakni pasangan suami istri (pasutri) Suyono-Jumani.

Pasutri itu kehilangan putranya, Toni Satriyono, untuk selamanya. Pemuda itu keluar dari rumahnya sejak Jumat (17/9) malam. Lalu pada Sabtu (18/9) dini hari, nasib Toni baru diketahui. Dia telah tewas dibantai. Mayatnya ditemukan di sebuah parit di Desa Pabean, Dringu Kabupaten Probolinggo.

Pada tubuh pemuda itu ditemukan banyak luka bacok. Di antaranya di bagian pipi kiri, bahu kanan-kiri dan perutnya. Bacokan pada perut itu membuat usus korban terburai.

Minggu (19/9) lalu sebuah terop masih berdiri di depan rumah bercat kuning di perkampungan yang biasa disebut Kampung Dok itu. Ya, itu adalah rumah pasutri Suyono-Jumani.

Suyono yang merupakan pegawai di Kecamatan Kuripan Kabupaten Probolinggo, hari itu tampak tabah menemui tamu-tamu yang datang bertakziah. Salah satunya adalah Wali Kota Probolinggo Buchori.

Tapi, Suyono tak bisa menyembunyikan kesedihannya ditinggal pergi putra pertamanya untuk selamanya. "Selama ini, dia (Toni, Red) tidak pernah bercerita kalau ada masalah dengan teman-temannya," tutur Suyono.

Lelaki itu berusaha keras menyembunyikan kesedihannya. Ia bercerita tentang kenangan bersama anaknya sebelum pergi untuk selama-lamanya. "Saya berusaha untuk tidak mengingatnya dengan cara memikirkan yang lain," ujarnya.

Mata Suyono sempat terlihat berkaca-kaca ketika mengingat malam kejadian tersebut. Di mana, ia merasa dibangunkan oleh Toni dan menuturkan kepergiannya. Tapi, berkat itu pula Suyono mengaku lebih tenang. Sebab, seakan-akan Suyono sudah mengetahui lebih awal peristiwa yang akan menimpa putranya.

Kini Suyono berharap pihak kepolisian bisa segera menangkap pelakunya. Menurutnya, dengan cara segera menemukan dan menangkap pelakunya, ia akan merasa lebih tenang dan senang. "Saya akan terus menjalankan kasus ini, sampai pelakunya tertangkap," ujar Suyono.

Meski hanya mempunyai seorang putra dan seorang putri, Suyono mengaku tidak begitu mengenal siapa saja yang menjadi teman Toni. Menurutnya, selama ini Toni justru lebih banyak bergaul dengan polisi.

Bahkan, orang-orang ada yang menyebut kalau Toni adalah salah seorang mata-mata polisi. Tapi, Suyono menolak kalau putranya itu dikatakan sebagai mata-mata polisi. "Pergaulannya memang banyak dengan polisi, tapi kalau dikatakan mata-matanya polisi, bukan," ujarnya.

Namun, selama ini memang Toni bergaul dengan siapa saja. Dari kalangan polisi sampai para nelayan. Di usianya yang mencapai 25 tahun, Toni masih belum mempunyai pekerjaan tetap. Untuk mengisi waktu luangnya, Toni juga sering ikut dengan para nelayan memburu ikan.

Pemuda lulusan SMP itu pun dikenal sebagai anak yang tak pernah melawan kedua orang tuanya. Bahkan meski digebuki oleh kedua orang tuanya, ia justru hanya minta maaf. "Penah saya tendang, karena pulang terlalu malam," ujar Suyono.

Kebiasaan Toni yang cukup melekat di benak Suyono adalah bila malam hari. Toni seperti tidak pernah tidur malam. Tapi, bukan keluyuran kebiasaannya, melainkan nonton televisi. "Kalau nonton TV, dari jam 23.00 sampai jam 07.00," ujar Suyono.

Kini Suyono hanya punya kenangan itu tentang putranya. Satu yang menambah duka, Suyono tak punya kenangan foto Toni. "Dia paling tidak suka berfoto. Termasuk di kala disuruh membuat KTP (Kartu Tanda Penduduk). Katanya, males ngantrinya," ucap Suyono. (yud)

Halal Bihalal, Dewan Dihibur Elekton

BANGIL- Agenda rapat paripurna pertama DPRD Kabupaten Pasuruan usai libur lebaran kemarin (20/9) juga dimanfaatkan dengan halal bihalal. Acara yang digelar di kantor dewan itu dihibur dengan alunan musik elektone.

Halal bihalal itu sedianya digelar langsung usai rapat paripurna. Tetapi entah mengapa, agenda halal bihalal itu molor beberapa menit. "Kalau agenda dewan itu sulit untuk mengetahui jam persisnya," celetuk Dailami, sekretaris DPRD sembari tersenyum.

Meskipun beberapa anggota dewan dan undangan belum ada yang hadir, namun hiburan musik elektone sudah dimainkan. Beberapa penyanyi wanita nampak menyanyikan lagu-lagu gambus padang pasir.

Sekitar pukul 13.15, acara halal bihalal itu sudah mulai dipenuhi oleh anggota dewan dan beberapa undangan. Sambil menikmati alunan musik padang pasir undangan bersama anggota dewan dan keluarganya langsung menyantap hidangan yang telah disediakan.

Menu yang ditawarkan pun cukup beragam. Mulai dengan lontong lodeh dan sejenisnya. Ada juga gulai dan sate kambing yang kemarin menjadi idola dan paling banyak diburu oleh undangan.

Menurut sekwan Dailami, agenda halal bihalal tersebut merupakan agenda rutin DPRD. "Cuma baru kali ini digelar di sini (halaman timur kantor DPRD) dan ada hiburannya (elekton)," jelasnya.

Adanya agenda halal bihalal tersebut diharapkan bisa merekatkan silaturahmi. Selain anggota dewan, halal bihalal kemarin juga diikuti oleh sejumlah pejabat dari eksekutif dan beberapa jajaran muspida.

Usai beramah tamah menyantap hidangan, agenda halal bihalal itu dilanjutkan dengan seremoni pembukaan. Dalam sambutannya, ketua DPRD Irsyad Yusuf mengatakan, dirinya mewakili anggota dewan mengucapkan permohonan maaf bila ada kesalahan.

Melihat mewahnya acara tersebut, tentu saja agenda halal bihalal tersebut cukup merogoh kocek cukup besar. Berapa besarannya. "Waduh jangan tanya berapa anggarannya, ya mas?" ungkap Dailami sambil tersenyum. (mie/day)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180228

Kota Nominasi Pro Poor Award

[ Selasa, 21 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Kabar agak melegakan bagi Kota Probolinggo ketika dinyatakan masuk nominasi enam besar Lomba Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Jawa Timur (Pro Poor Award). Kemarin (20/9), tim penilai melakukan penilaian dengan mendatangi lokasi yang memperoleh program penanggulangan kemiskinan.

Ada tiga kategori Pro Poor Award, yaitu kategori pemerintahan kota/kabupaten, lembaga non pemerintah dan perorangan. Kota Probolinggo menjadi nominasi di kategori pemerintahan bersaing dengan Kota Surabaya, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Madiun.

"Tim juga mengatakan, karena masuk nominasi, tanggal 23 September nanti diundang ke provinsi untuk presentasi. Ada enam daerah yang masuk nominasi, salah satunya Kota Probolinggo," terang Wali Kota Probolinggo Buchori kemarin.

Data yang diperoleh Radar Bromo, dukungan anggaran Pro Poor Budgeting tercatat Rp 441.687.565.661 dalam APBD 2008. Sedangkan APBD 2009 Rp 481.861.323.149. Anggaran dari satker yang tergabung di tim koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah (TKPKD) untuk kemiskinan, di tahun 2008 Rp 21.678.448.869. Tahun 2009 meningkat menjadi Rp 30.825.243.780.

Satker yang tergabung dalam TKPKD antara lain Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas), Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup, RSUD Dr Mohammad Saleh. Berikutnya Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Tenaga Kerja, Koperindag, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, TP PKK, Dinas Pertanian, Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan, Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset.

Sejumlah program Pro Poor seperti gerdu taskin, program pengembangan usaha ekonomi produktif, BKSM (bantuan khusus siswa miskin), jamkesda, biogas, jamkesmas serta berbagai jenis bantuan kepada masyarakat miskin.

"Baru pertama ini Kota Probolinggo ikut lomba Pro Poor Award. Tahun lalu pernah mau ikut, tapi dapat informasinya terlambat. Sekarang kami seriusi untuk ikut. Syukur karena baru pertama ikut langsung masuk nominasi. Semoga nanti bisa jadi pemenang," ucap Sekretaris TKPKD Budi Krisyanto.

Menurutnya, ada dampak nyata yang memperkuat Kota Probolinggo menjalankan program penanggulangan kemiskinan. Misalnya dari peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), peningkatan kesehatan sosial ekonomi masyarakat dan penurunan angka kemiskinan dari 8680 RTM (rumah tangga miskin) tahun 2008 menjadi 8284 RTM tahun 2009. Dalam setahun berkurang 396 RTM.

Siang kemarin, tim penilai mendatangi ke sejumlah lokasi secara acak. Satu diantaranya ke program sanitasi lingkungan berbasis masyarakat (SLBM). Program itu sanitasi dasar terutama bagi masyarakat miskin berupa septictank komunal. Lokasi yang dituju salah satu tim di Jl Flamboyan RT 2 RW 3, Kelurahan Pilang.

Kenyataan yang ada, kamar mandi masyarakat tersebut lebih bagus dibandingkan kondisi rumah induknya. Sejumlah 14 titik proyek itu berada di dalam dan luar rumah warga. Nominal masing-masing titik tidak sama, totalnya sekitar Rp 115 juta.

Tim penilai Petir Pudjantoro mengatakan, kedatangan tim untuk melihat langsung apakah pemkot punya komitmen, kebijakan atau program yang nyata dalam menanggulangi kemiskinan. "Yang penting itu dampak di masyarakat. Ingin buktikan, betul apa tidak. Hasilnya nanti dikomparasi dengan daerah lain," katanya.

Petir membenarkan jika persaingan antar nominasi sangat ketat karena masing-masing daerah punya program istimewa. "Ditekankan, dalam program ini (penanggulangan kemiskinan) yang terpenting bukan hanya output, tapi prosesnya," tutur dosen Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Malang ini saat ditemui di lokasi. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180227

Sopir Angkot Tipu Guru

[ Selasa, 21 September 2010 ]
Habis Puluhan Juta, Anak Tak Jadi TNI

PROBOLINGGO - Lilik Suhartini, 45, seorang guru SD Negeri di Dringu Kabupaten Probolinggo dibikin sumpek. Warga Desa Sumberagung, Dringu, itu tertipu mentah-mentah oleh seorang sopir angkot lulusan SD, yakni Sukamto, 44.

Sukamto yang warga Desa Banyuanyar Kidul, Banyuanyar Kabupaten Probolinggo itu mengaku bisa membantu putra Lilik, Luckai Riyambodo, 19, menjadi anggota TNI AD. Lilik pun sampai menyerahkan duit hingga puluhan juta rupiah. Tapi, semua itu hanya tipuan. Sukamto pun dijebloskan sel Polsek Dringu.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, kejadian itu bermula ketika Sukamto datang bertamu ke rumah Lilik pada awal Januari lalu. Saat itu, Lilik bercerita kalau Luckai pernah mendaftar untuk menjadi anggota TNI AD. Tapi, tidak katut.

Mendapati cerita itu, tersangka langsung nyantol dan mulai melancarkan akal bulusnya. Sukamto mengaku bisa membantu untuk meloloskan putra Lilik. Itu jika Lilik masih berkeinginan putranya jadi anggota TNI.

Waktu itu, tersangka mengaku pernah membantu seseorang dan berhasil. Itu, melalui salah seorang temannya bernama Juwan. Rupanya, korban percaya dengan omong kosong tersangka.

Tapi, tersangka tidak langsung melancarkan aksinya menguras harta Lilik. Sukamto masih sempat pulang dan tidak meminta apa-apa. Ia hanya bilang akan memberi kabar kalau ada pendaftaran TNI. Pada awal Februari, tersangka kembali mendatangi rumah korban dan mengatakan kalau ada pendaftaran TNI.

Mendapati kabar itu, korban langsung percaya dan ingin segera anaknya didaftarkan. Tak hanya itu, korban juga menuruti semua permintaan Sukamto. Termasuk, ketika dia meminta duit sebesar Rp 2 juta dengan alasan sebagai uang pendaftaran.

Beberapa hari kemudian, tersangka kembali datang ke rumah korban. Lagi-lagi, Sukamto meminta duit sebesar Rp 3 juta. "Dia (tersangka, red) bilang uang itu akan diberikan kepada Pak Juwan, orang yang disebut-sebut akan membantu meloloskannya," ujar Kapolsek Dringu AKP Riduwan, kemarin (20/9).

Setelah beberapa minggu kemudian, tersangka menelepon korban untuk segera mentransfer duit sebesar Rp 500 ribu. Sebulan kemudian, Sukamto minta ditransfer duit lagi sebesar Rp 1 juta. Beberapa hari lagi, minta lagi sebesar Rp 500 ribu.

Usai menerima transferan sebesar Rp 500 ribu itu, Sukamto tidak lagi meminta duit. Tapi, beberapa bulan kemudian Sukamto kembali menelepon korban. Ia meminta transfer duit lagi, jumlahnya pun tidak tanggung-tannggung yakni sebesar Rp 2,5 juta.

Rupanya, korban benar-benar terpedaya oleh omongan tersangka. Buktinya, beberapa minggu kemudian tersangka kembali meminta korban mengirim duit. Itu pun dituruti oleh korban, kali ini tersangkan meminta duit sebesar Rp 1 juta.

Pada April-Mei, tersangka kerap kali datang ke rumah korban. Dan, berulang-ulang meminta duit. Semua itu pun dituruti oleh korban. Sehingga, diketahui korban telah mengeluarkan duit total Rp 13.950 juta.

Untuk menyakinkan korban, saat itu tersangka juga memberikan nomor tes bernomor 38. Korban semakin yakin kalau tersangka benar-benar akan membantunya. Sehingga, pada Juni, ketika tersangka kembali datang untuk meminta duit masih dituruti. Waktu itu, tersangka kembali meminta duit besarnya Rp 1.250 juta.

Bahkan, untuk menyakinkan korban, tersangka sempat membawa seseorang yang dikatakan sebagai Pak Juwan. Orang itu, ditunjukkan kepada korban sebagai orang yang siap meloloskan putra korban menjadi anggota TNI AD.

Tak hanya itu, tersangka juga meminta korban untuk menyediakan beberapa persyaratan. Di antaranya, foto kopi ijazah SD, SMP dan SMA Luckai, serta foto kopi raport SD, SMP dan SMA, serta foto kopi KTP (kartu tanda penduduk) dan foto kopi SKCK (surat keterangan catatan kepolisian).

Untuk lebih menyakinkan lagi, awal September lalu, tersangka kembali datang ke rumah korban. Dan, mengajak Luckai untuk mengikuti tes di Denpasar, Bali. Luckai pun ikut serta dengan tersangka ke Bali.

Anehnya, selama seminggu tinggal di Bali, Luckai tidak menjalani tes. Ia hanya berdiam diri di rumah salah seorang yang tidak dikenalnya. Karena itulah, akhirnya Luckai curiga dengan ulah tersangka. Saat itu pula, Luckai menelepon ibunya. "Pulang dari Bali itu, langsung dilaporkan ke sini (polsek, red)," jelas Riduwan.

Setelah diperiksa, ternyata diketahui kalau tersangka hanya orang biasa. Kerjanya hanya sebagai seorang sopir angkot. Begitu juga dengan Juwan, orang yang disebut-sebut bisa meloloskan Luckai menjadi TNI. Ternyata, ia adalah warga Lumajang yang bekerja sebagai petani.

Tersangka yang hanya lulusan SD itu, telah berhasil menguras duit korban hingga Rp 26.450.000. Kini Sukamto harus mempertanggung jawabkan perbuatanya. Ia terancam kurungan penjara selama 4 tahun, karena telah melanggar pasal 378 KUHP.

"Tidak ada temannya, hanya tersangka tunggal. Orang yang dibawa ke rumah korban itu tidak terlibat, karena dia tidak berperan apa-apa. Sampai di rumah korban, orang itu hanya diam," jelas AKP Riduwan. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180226

BB: Kapolsek Dringu AKP Riduwan kemarin menunjukkan barang bukti anten

[ Selasa, 21 September 2010 ]
Bukan Anten HT BB Kasus Pembantaian Pemuda Kampung Dok

PROBOLINGGO - Dugaan pihak keluarga bahwa pembantaian Toni Satriyono, 25, sampai melibatkan oknum polisi bisa jadi mentah. Sebab, salah satu barang bukti (BB) yang dijadikan dasar dugaan tersebut ternyata meleset.

BB yang dimaksud adalah sebuah antenna yang sempat ditemukan di TKP, tempat tewasnya Toni pada Sabtu (18/9) dini hari. Ayah Toni, Suyono, menyebut putranya sempat menggenggam sebuah anten Handy Talkie (HT).

Tapi kemarin Polsek Dringu membeber BB itu. Kapolsek AKP Riduwan menjelaskan kepada Suyono bahwa antenna itu memang ditemukan di TKP. Tapi, tidak pada tubuh, apalagi dipegang oleh Toni. "Antena itu ditemukan di TKP, tapi bukan pada tubuh Toni," jelas Kapolsek.

Menurutnya, dalam melakukan olah TKP pihaknya memang mengumpulkan barang-barang yang dicurigai sebagai BB. Baik itu nantinya benar-banar ada kaitannya dengan peristiwa atau tidak. "Kan, siapa tahu. Namannya juga siapa tahu," ujarnya.

Lalu Kapolsek juga sempat membandingkan antenna yang ditemukannya di TKP dengan antenna miliknya. Ternyata, BB antenna itu lebih mirip antenna radio, bukan antenna HT. "Antenna itu pernikel, bukan antenna HT seperti punya polisi," ujarnya.

Menurut Riduwan, pihaknya sengaja memberikan pembanding agar jelas. "Setelah diberikan pembanding, orang tua korban membernarkan kalau itu bukan antenna HT," jelas Kapolsek.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, Toni Satriyono ditemukan tewas mengenaskan pada Sabtu (18/9) dini hari. Warga Jl Ikan Cumi-Cumi Mayangan Kota Probolinggo itu ditemukan tak bernyawa dengan tubuh mengenaskan di sebuah parit kecil di desa Pabean, Dringu Kabupaten Probolinggo. Pada tubuh pemuda gempal itu ditemukan banyak luka bacok. Di antaranya di bagian pipi kiri, bahu kanan-kiri dan perutnya.

Kasus tersebut kini ditangani Polsek Dringu. Kapolsek AKP Riduwan mengatakan kalau pihaknya masih terus melakukan penyelidikan kasus tersebut. Bahkan, sampai kemarin sudah melakukan pemeriksaan terhadap empat orang saksi. Saksi yang kemarin diperiksa adalah ayah Toni, Suyono.

Kemarin polisi membeberkan beberapa BB yang berhasil ditemukan saat melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara). BB itu berupa kopyah berwarna hitam dan sebuah antenna.

Polisi juga meminta keterangan Suyono terhadap BB tersebut. Suyono pun mengakui kalau kopyah yang ditemukan di TKP seperti milik putranya. "Saya memang pernah melihat Toni memakai koyah itu," ujar Suyono kemarin.

Sebelumnya Suyono sempat menduga-duga soal pelaku pembunuhan putranya. Ia menduga ada keterlibatan oknum polisi berinisial D. Dugaan ini didasari fakta bahwa kepergian Toni malam itu karena ditelepon oleh D. Dan sewaktu ditemukan tewas, polisi mendapati sebuah antenna yang semula disebut antenna HT yang biasa dipakai polisi.

Tapi, kemarin Suyono telah mendapat penjelasan dan pembuktian langsung BB anten tersebut. Lalu apakah dugaan keterlibatan oknum polisi dalam kasus ini mentah begitu saja?

Kapolsek AKP Riduwan mengaku masih belum bisa memastikannya. Ia menegaskan masih terus melakukan penyelidikan untuk memastikannya. "Kami masih terus melakukan penyelidikan dan berusaha keras untuk mengungkap kasus tersebut," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180225

Dilanjut Paripurna

[ Selasa, 21 September 2010 ]

Sementara itu, setelah apel berpakaian adat, acara peringatan hari jadi Kota Probolinggo ke-651 kemarin dilanjutkan sidang paripurna istimewa di gedung dewan. Paripurna yang digelar pukul 11.00 dipimpin oleh Wakil Ketua DPRD Abdullah Zabut.

Sejatinya, hari jadi Kota Probolinggo jatuh pada 4 September. Tapi karena bersamaan dengan Ramadan, peringatan hari jadi kota baru diperingati kemarin. Nah, DPRD pun tak mau kalah dalam momen ini.

Seperti orang yang punya gawe mantenan, kantor dewan dihiasi janur kuning di pagar pintu masuk dan keluar. Ruang tunggu tamu dipenuhi pemain musik karawitan beserta sinden. Gending jawa menghiasi riuhnya kantor wakil rakyat.

Dalam paripurna ini para pejabat tidak mengenakan pakaian adat lagi melainkan pakaian resmi berupa setelan jas. Dibuka oleh Zabut, paripurna diisi dengan sambutan Ketua DPRD Sulaiman dan Wali Kota Buchori.

Sulaiman mengatakan, dengan diperingatinya hari jadi diharapkan Kota Probolinggo dapat lebih berkembang, memupuk rasa saling memiliki dan keberhasilan membantu masyarakat. Serta menunjukkan jati diri kota yang punya keunggulan budaya, bukan menetapkan bulan atau tanggal tapi ada makna bagi masyarakat kota.

Sementara itu, Buchori menyampaikan agenda apel merupakan gambaran Bhineka Tunggal Ika. Sejumlah kegiatan dalam rangka hari jadi sudah dilaksanakan seperti bersih-bersih kampung, bersih pasar, kegiatan olahraga hingga syukuran.

"Dengan semangat kita mantapkan jiwa kegotongroyongan demi mencapai masyarakat yang makmur dan sejahtera. Dalam waktu dekat ini akan mengumpulkan RW di lingkungan Kali Banger dan partai politik yang berbasis di sana. Kali Banger itu perlu penanganan serius," ujar Buchori sambil mengajak seluruh anggota dewan memajukan Kota Probolinggo. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180223

Jadikan Event Wisata

[ Selasa, 21 September 2010 ]

Apel hari jadi di alun-alun Kota Probolinggo kemarin mendapat apresiasi Kabid Pengembangan Produk Pariwisata Disbudpar Jatim Rudy Priyanto. Menurutnya, apel itu bias dijadikan event wisata.

"Ini bisa untuk event wisata. Ini kan baru pertama kali. Semoga bisa diadakan setiap tahun dan lebih bagus lagi. Saya rasa sangat menarik sekali," ujar Rudy kepada Radar Bromo sesaat setelah mengikuti apel.

Menurut Rudy, saat ini Disbudpar Jatim sedang melakukan pendataan tanggal hari jadi kota dan kabupaten di seluruh Jawa Timur. Pendataan tersebut lengkap dengan tanggal dan apa saja kegiatan yang dilaksanakan kota dan kabupaten tersebut dalam memperingati hari jadinya.

"Data itu kami kumpulkan sekaligus kegiatannya apa saja. Setelah itu kegiatan tersebut akan kami informasikan ke seluruh daerah-daerah baik di dalam provinsi Jawa Timur atau di luar. Saya harap tahun 2011 nanti bisa lebih bagus," tuturnya.

Di Jatim, bentuk acara seperti di Kota Probolinggo baru saja digelar. Oleh karenanya daerah-daerah di provinsi Jatim diharapkan bisa kreatif dalam menggelar hari jadi daerah masing-masing.

Biasanya, lanjut Rudy, acara tampilan adat dan kesenian diadakan di pendapa. "Ini termasuk baru. Sekarang memang kota dan kabupaten mulai mengangkat potensi budaya di daerah masing-masing. Kegiatan apel ini bisa jadi daya tarik wisata. Apalagi tadi ada tarian 1500 anak, bagus sekali itu," ucapnya bangga.

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180222

Serunya Apel Hari Jadi Kota

[ Selasa, 21 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Seru dan unik. Begitulah suasana apel memperingati hari jadi ke-651 Kota Probolinggo yang digelar kemarin (20/9) di alun-alun kota. Wali Kota Buchori dan jajarannya menggelar apel dengan busana adat. Bahasa dalam apel pun menggunakan bahasa Madura.

Tak ayal, apel ini jadi perhatian masyarakat kota. Sejak pagi, lalu lintas di seputar alun-alun kota padat merayap. Selain karena tumpukan kendaraan parkir, juga karena banyaknya orang yang ingin datang dan menyaksikan apel yang tidak jamak itu.

Sementara, sesuai rencana semula, dalam apel itu para pejabat, muspida dan pegawai pemkot menggunakan kostum adat yang telah ditentukan oleh panitia. Ada yang berpakaian adat Madura ala Sakera dan Marlena atau pakaian adat Jawa. Ada pula yang mengenakan pakaian etnis Tionghoa dan Arab.

Tapi, pemakaian pakaian khas Madura masih lebih banyak. Di antaranya adalah Wali Kota Buchori, Wawali Bandyk Soetrisno, Sekda Johny Haryanto, Kapolresta AKBP Agus Wijayanto, Dandim 0820 Letkol Inf Heri Setyono, Kajari Edi Birton, Ketua PN hingga anggota DPRD dan pimpinan satker (satuan kerja). Para istri pejabat, semisal istri wali kota Rukmini Buchori memakai pakaian Marlena.

Wali Kota tampil berbeda. Biasanya, Buchori tidak pernah memakai kumis. Tapi, kemarin (20/9) pemimpin kota seribu taman ini pakai kumis palsu. Kumisnya tebal dan terlihat sangar. Berjalan di sebelahnya Rukmini berkostum Marlena. Lengkap dengan klompen, gelang kaki besar, kebaya dan kerudung.

Sekira pukul 07.15 apel dimulai. Sebagai pembuka ada penampilan korsik asuhan Bakesbangpol Linmas yang membawakan lagu Madura, Tanduk Majeng dan Pajerlagu. Tak mau kalah dengan peserta apel, pemain korsik pun pakai kostum Madura dipadu dengan atraksi tarian.

"Toreh.. Pak-kopak tretan sadeje (ayo.. tepuk tangan saudara semua)," ajak pembawa acara menggunakan bahasa Madura. Setelah korsik dilanjutkan atraksi Barongsai dari Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Sumber Naga Probolinggo. Hiburan kesenian lainnya ada penampilan 1500 penari dari siswa SD se kota yang menarikan tari Repang (perpaduan remo dan glipang).

Kegiatan inti apel hari jadi dimulai setelah acara hiburan. Bertindak sebagai protokol Lurah Kareng Lor Wahyu Hariadi. Sekretaris DPRD Abdul Hadi Sawie jadi komandan apel. Sedangkan inspektur apel Wali Kota Buchori.

Saat menerima laporan dari petugas apel, bahwa apel siap dimulai, Buchori langsung memberikan instruksi dengan bahasa Madura. "Terosaghi (lanjutkan)!" seru Wali Kota. Kemudian inspektur berjalan menuju ke mimbar apel didampingi ajudan yang juga berkostum adat Madura.

Cara berjalan Wali Kota berubah. Dibuat agak garang sambil nenteng clurit. Sesampai di mimbar celurit itu digebrak di atas meja. Teriakan pun terdengar dari tempat peserta apel di jajaran anggota dewan dan pimpinan satker. "Ajor!" teriak mereka lalu tertawa.

Sebelum memulai sambutannya, Wali Kota menyapa mereka yang hadir. "Bekel rakyat, pengrajeh aparat keamanan, pengrajeh e bantu ghuleh bhereng bininah.. sekelangkong se benyak. Klebun, dimma klebun? (para wakil rakyat, kapolresta, dandim, pimpinan satker dan para istri.. terima kasih banyak.. lurah, mana lurah?" tanya pengrajeh (wali kota) Buchori.

Lurah yang dicari ternyata berada di barisan peserta apel sambil mengangkat celuritnya. Para lurah juga berkostum Sakera. Dalam sambutannya wali kota menceritakan tentang asal muasal Kota Probolinggo. Dia juga mengkritisi Kali Banger yang zaman dulu jadi pusat perdagangan, banyak kapal-kapal besar berdatangan dengan luas sebesar 12 meter kini hanya tinggal 2 meter saja.

Menurutnya, apel dengan konsep Madura mulai dari pakaian dan pakaian untuk melestarikan budaya yang ada di Kota Probolinggo. Pemkot bekerjasama dengan 2.500 pedagang pasar yang menyediakan makanan gratis (menggunakan kupon).

"Acara neka dikemas bagus. Beneh cor ancoran (acara ini dikemas bagus. Bukan hancur-hancuran). Jok kelopaen bahasa ben budayanah dhibik (Kita jangan sampai lupa bahasa dan budayanya sendiri)," tegas Wali Kota yang keturunan Pamekasan, Madura ini.

Buchori mengingatkan kepada seluruh aparat pemerintah, bahwa saat ini harus mengedepankan pelayanan prima kepada masyarakat. Salah satunya bagi lurah, lurah harus bisa memberikan pelayanan kepada rakyat. Mendengarkan itu barisan lurah langsung mengangkat celurit dan berteriak. "Jangan angkat celurit saja, tetapi semangatnya juga dari dalam (hati)," celetuknya.

Dengan hari jadi kota ini, wali kota berharap agar Kota Probolinggo semakin sukses dan pembangunan terus berjalan. "Bagaimana membangun Kota Probolinggo demi mencapai masyarakat yang makmur dan sejahtera," harap Buchori.

Rangkaian apel tersebut juga menggunakan doa berbahasa Madura. Sebelum apel berakhir, komandan apel memberikan laporannya ke wali kota. "Apel ampon lestareh (apel sudah selesai dilaksanakan)," ujar Sawie.

"Bujaragih (bubarkan)," sahut Buchori. Lagi-lagi setelah mendengar kata itu peserta apel dibuat tertawa dan bergumam.

Masih dalam rangkaian dilaksanakan pemberian penghargaan kepada pegawai teladan dan PKL (pedagang kaki lima) teladan atau bahasa Maduranya e patut ditiru. Kemudian ada ocol manuk (pelepasan burung berkicau) yang sudah menjadi agenda di setiap pemkot punya gawe.

Wali Kota Buchori bersama istri, muspida dan pejabat sempat meninjau stand kuliner khas Madura, Arab dan China di kawasan alun-alun. Beranjak pergi meninggalkan alun-alun Buchori dan Rukmini menari diiringi alunan musik seronen serta kenong telok.

"Ini adalah semangat melestarikan budaya. Di era globalisasi tidak boleh melupakan budaya dan bahasa daerah," kata Wali Kota yang kerap berkomunikasi dengan bahasa Madura ini, sesaat sebelum pergi. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180221

Pemkab Diminta Bangun Pasar Agrobis di Bromo

Senin, 20 September 2010 | 10:47 WIB

PROBOLINGGO –Pemkab Probolinggo diminta membangun pasar agrobis di sekitar tempat wisata Gunung Bromo. Kawasan Tengger yang merupakan daerah dingin dikenal sebagai penghasil sayur. Pasar agrobis sangat potensial untuk memasarkan sayur sekaligus menambah daya tarik wisata Gunung Bromo.

’’Jadi wisatawan tidak sekadar menikmati panorama Gunung Bromo dan jalan-jalan, tetapi bisa berbelanja sayur mayur yang dihasilkan petani di kawasan Tengger. Sayur itu bisa jadi oleh-oleh,” ujar Drs Supoyo MM, kepala Desa Ngadisari, Kec. Sukapura, Senin (20/9) pagi tadi. Menurut Supoyo, pasar agrobis sejalan dengan pembangunan desanya.

Supoyo mengusulkan, pasar agrobis itu dibangun di Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari, yang berdekatan dengan Laut Pasir Gunung Bromo. Sehingga begitu wisatawan hendak pulang mereka langsung disambut pasar yang menjual aneka sayur-mayur.

Selama ini sejumlah petani sayur membuka lapak sederhana di depan rumahnya dengan memajang sayur mayur. Hal itu bisa dilihat di sepanjang jalan dari Ngadisari-Sapikerep. Selain menjual sayur-masyur mereka juga menawarkan bunga edelwies, yang memang tumbuh subur di lereng Gunung Batok di Laut Pasir.

Sementara itu, harga sayur di kawasan Gunung Bromo usai Lebaran ini turun. Di antara sayur yang harganya anjlok adalah kubis dan tomat. Padahal menjelang Puasa, kedua komoditas itu naik. Harga kubis menjelang Lebaran lalu masih di kisaran Rp 1.000-1.500/kg. Kini, kubis di tingkat petani hanya dihargai Rp 400-500/kg. Demikian juga tomat yang kini sedang panen raya, harganya jatuh dari Rp 2.000-3.000 menjadi Rp 1.200-1.500/kg.

’’Yang stabil harga bawang prei Rp 4.000-5.000 per kilogram, demikian juga kentang Rp 4.500-5.000 per kilogram,” ujar Supoyo yang juga tokoh petani di kawasan Tengger.

Turunnya sejumlah komoditas sayur-mayur juga diakui Suparman, petani di Desa Ledokombo, Kec Sumber, Kab Probolinggo. ’’Banyak petani mengeluhkan anjloknya harga kubis, dari Rp 1.000 menjadi Rp 400 per kilogram. Sebagian petani membiarkan kubisnya tidak dipanen karena harganya terlalu murah,” ujarnya.

Keluhan serupa diungkapkan sejumlah petani tomat di lereng Gunung Bromo. “Waktu panen raya, tomat saya biarkan membusuk di kebun,” ujar petani di Ngadisari. Petani yang enggan disebutkan namanya itu juga menunjukkan tempat pembuangan sampah yang banyak diwarnai tomat membusuk. “Itu tomat-tomat yang telanjur dipanen tetapi tidak ada pedagang yang membeli, akhirnya busuk, ya dibuang,” ujarnya.

Masalah musim kemarau yang diselingi hujan juga menjadi kendala tersendiri bagi petani di lereng Gunung Bromo. “Tanaman muda yang baru ditanam jika kebanyakan air bisa busuk. Hujan juga memicu kubis dan tomat siap panen cepat membusuk,” ujar Kusnan, petani di Wonokerto, Kec Sukapura. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=c2a44dbaa9791140fc6a52822fa09203&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Dangdut Lebaran Ricuh

[ Senin, 20 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Puncak liburan lebaran di pantai wisata Bentar Probolingo kemarin (19/9) berlangsung meriah. Ada konser dangdut bertajuk pesta lebaran. Ribuan orang tumplek blek menikmati pertunjukan tersebut. Sayang, gelaran dangdut itu diwarnai kericuhan.

Satu orang penonton sampai dilarikan ke Puskesmas Gending karena mengalami luka bocor pada kepalanya. Penonton yang mengalami luka bocor itu bernama Hendri, 20 warga desa Tamansari, Dringu.

Hendri terpaksa harus dirawat oleh petugas PMI usai kepalanya terkena lemparan batu dari pentonton lainnya. "Di bagian belakang kepalanya mengalami luka sobek sepanjang 3 cm. Akan kami bawa ke puskesmas terdekat untuk medapat perawatan," ujar Siswanur Arifin, petugas PMI saat ditemui kemarin.

Dari pantauan Radar Bromo, tanda-tanda dangdutan di Bentar bakal terjadi kericuhan sudah terasa sejak awal-awal pertunjukan. Kericuhan pertama meletus saat penyanyi ketiga Winda Aprilia dari Situbondo tampil.

Persisnya saat Winda membawakan lagu dangdut koplo Merana. Tak jelas penyebabnya, tiba-tiba beberapa penonton di depan panggung langsung terlibat aksi pukul. "Biasa, mungkin karena kesenggol saat joget," ujar salah satu petugas kepolisian yang ikut mengamankan kemarin.

Beruntung insiden kericuhan pertama itu tidak sampai merembet ke kericuhan yang lebih besar. Petugas kepolisian langsung mengamankan beberapa orang yang menjadi pemicu kericuhan tersebut.

"Katanya mau minta lagu yang mantep? Sudah dikasih lagu yang asyik kok malah tawuran? Sudah nggak zamannya tawuran. Yang tawuran itu ndeso..." ujar MC di sela-sela acara usai Winda tampil.

Acara pun dilanjutkan dengan penampilan Yessi Kurnia dari Lumajang. Sayang tak berselang lama kericuhan kembali terjadi. Persisnya saat Yessi membawakan lagu Keong Racun. Ada beberapa insiden saat Yessi membawakan lagu tersebut, termasuk terlukanya Hendri. "Wah, benar-benar kena keong racun semua penontonnya," celetuk salah satu petugas kepolisian.

"Jangan tawuran dong sayang. Kalau tawuran lagi, nanti nyanyinya tidak dilanjutin loh. Masih tetap mau bergoyang kan?" ajak Yessi.

Selain ribut di areal depan panggung, keributan juga terjadi di luar. Di dekat loket masuk, keributan juga terjadi saat jeda pertunjukan. Beberapa lelaki terlibat saling jotos. Beruntung petugas kepolisian yang berada tak jauh dari loket berhasil mengamankan bentrok tersebut. Beberapa orang yang terluka pun juga segera mendapatkan perawatan dari petugas PMI.

Meski diwarnai beberapa kali kericuhan, tetapi pertunjukan kemarin berlangsung meriah. Beberapa penyanyi dangdut nampak tampil all out menghibur. Termasuk penampilan bintang utama Renny Farida yang dikenal dengan single bokong semoknya.

Total kemarin ada sekitar 7 ribu pengunjung Bentar yang menikmati orkes dangdut yang dibawakan OM Lambada kemarin.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tutug Edi Utomo mengatakan, secara umum panitia dan crew telah optimal melayani. "Tujuannya memang memanjakan wisatawan bentar. Mudah-mudahan next time Bentar tetap indah di hati wisatawan," harapnya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180067

Tirto Ageng Digoyang Dangdut

[ Senin, 20 September 2010 ]
LUMBANG- Dua hari berturut-turut tempat wisata Tirto Ageng diramaikan konser dangdut. Pada hari terakhir kemarin (19/9) jumlah penontonnya makin membeludak. Bahkan, terlihat memenuhi area wisata tersebut.

Membeludaknya penonton sudah telihat sejak pagi hari. Saat itu warga sudah mulai mendekati panggung di salah satu kolam pemandian. Mereka siap menyaksikan penampilan OM Mahkota yang hari itu bakal tampil.

Makanya, ketika akhirnya OM Mahkota naik ke atas panggung, spontan penonton yang mayoritas kaum Adam, menceburkan diri ke kolam untuk berjoget ria. "Ayo Lumbang, siap-siap berjoget," teriak salah satu biduan.

Kondisi panggung yang terletak di tengah kolam tidak menyurutkan minat penonton untuk terus berjoget. Satu-persatu penonton ikut menceburkan diri dan larut dalam alunan lagu serta goyangan penyanyi dangdut siang itu.

Dari pantauan Radar Bromo, Keramaian penonton paling banyak menumpuk di sekitar panggung. Mereka adalah penonton yang tidak ikut berjoget memadati areal di sekitar kolam. Bahkan, di bagian pinggir dan belakang panggung pun penuh dengan penonton.

Sementara itu, dari belakang panggung, Ica Mahkota, salah satu penyanyi, menyampaikan kesan-kesannya terhadap acara di Tirto Ageng." Acaranya meriah banget Mas," jelasnya.

Kemeriahan itu langsung dirasakan oleh Ica, karena banyaknya penonton yang berjoget di tengah kolam. Penonton tidak terlihat susah, karena harus berjoget di tengah kolam.

Tapi, aksi penonoton terkadang membuat para penyanyi orkes sedikit kesal." Penonton banyak yang menyiram air ke panggung," kesal Ica.

Sedangkan Kusnadi, ketua LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Tirto Ageng, sekaligus panitia acara dangdutan, membenarkan animo penonton yang lebih meningkat hari itu. "Hari ini (kemarin) lebih banyak penontonnya," ungkapnya saat ditemui Radar Bromo di sela-sela acara.

Ketika ditanya seberapa ramainnya, Kusnadi berkata "Jangan ditanya Mas, lihat sendiri betapa ramainya saat ini." Dengan semakin ramainya penonton, petugas keamanan pun lebih di perbanyak.

Hal itu belajar dari kejadian di hari pertama yang banyak diwarnai kericuhan kecil ketika penonton asyik berjoget di tengah kolam. Panitia tidak mau kecolongan dengan adanya kericuhan saat penonton berjoget.

"Setelah evaluasi hari pertama, aparat keamanan ditambah," jelas Kusnadi. Bahkan, pihak Polres Probolingo juga menempatkan personel tambahan di hari kedua. Juga berkolaborasi dengan pihak TNI serta Satpol PP. Kami siagakan terus personel di berbagai titik," ungkap Kapolsek Lumbang, AKP Kusnandar.

AKP Kusnandar sendiri juga membenarkan bahwa, personel juga dibantu dengan pihak Polres Probolinggo."Pihak Polres juga turut mengamankan," jelasnya. Hal itu dikarenakan, banyaknya jumlah penonton yang datang ke acara itu. (d7x/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180066

Pengalaman Kiai Ramli Syahir Menjadi Narasumber di Acara Rossi bareng Sutradara Film Sang Pencera

[ Senin, 20 September 2010 ]
Bicarakan Pluralisme, Usulkan Gus Dur Difilmkan

Menjadi narasumber atau penceramah memang sudah jadi hal biasa bagi KH Ramli Syahir, pengasuh Ponpes Ulil Albab Desa Brumbungan Lor Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo. Tapi bila dihadirkan sebagai narasumber di acara televisi Rossi bareng sutradara dan aktor film Sang Pencerah, sungguh pengalaman baru baginya.

ABDUR ROHIM MAWARDI, Probolinggo

Pengalaman tersebut dirasakan Kiai Romli pada Senin (13/9) lalu. Ia dihadirkan dalam sebuah talk show gelaran salah satu stasiun televisi swasta. Tidak sendirian. Kiai Ramli dipanel dengan sutradara film Sang Pencerah Hanung Bramantyo, pemeran utama film tersebut Lukman Sardi, dan aktor senior Ikranegara.

Selain itu, di acara tersebut juga ditampilkan dosen Universitas Paramadina M. Novry Ilham. Menurut Kiai Ramli, oleh si host Rossiana Silalahi, dirinya dan Ilham itu disebut dari dua kutub berbeda. Sebab, Kiai Ramli adalah lulusan Universitas Saddam Hussein Baghdad Iraq. Sedangkan Novry Ilham alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir.

Kiai Ramli dan para tokoh itu diajak membincang satu tema menarik. Yakni pluralisme di Indonesia, bercermin dari film Sang Pencerah. Kiai Ramli ditampilkan sebagai representasi kalangan ulama muda.

Untuk tampil di acara itu, Kiai Ramli dihubungi manajemen Rossi pada awal Agustus lalu. Tanpa pikir panjang, ia menyanggupi undangan tersebut. Tapi, ia sempat terkejut. "Saya jadi bertanya-tanya dalam hati. Kenapa pembicaranya harus saya," ujar Kiai Ramli saat ditemui Radar Bromo di rumahnya, Kamis (16/9) lalu.

Di acara itu, Kiai Ramli tak hanya tampil mewakili golongan ulama muda. Tapi juga sebagai perwakilan dari The Wahid Institute. Kiai Ramli memang menjadi bagian dari lembaga itu. Yakni sebagai duta sosial budaya. "Sejak 2009 saya diminta bergabung di lembaga itu," sebut Kiai Ramli.

Sementara, untuk syuting talk show tersebut sebenarnya sudah dilakukan pada 25 Agustus lalu. Namun baru ditayangkan pada 13 September. Untuk keperluan syuting acarai itu, Kiai Ramli harus berada di Jakarta selama tiga hari.

Sebelum syuting, Kiai Ramli sempat dibingungkan beberapa hal. Menurutnya, penata rias menanyakan apakah Kiai Ramli membawa baju koko. "Kebetulan saya memang tidak bawa baju koko," kenang Kiai Ramli.

Saat itu Kiai Ramli mengenakan hem lengan panjang warna putih. Praktis, baju itu yang dipakai saat syuting. "Cuma wajah saya mesti dirias dulu. Katanya biar kelihatan lebih ganteng dan bersinar," kata Kiai Ramli lalu terbahak.

Selama acara berlangsung, Kiai Ramli mendapat 5 pertanyaan dari Rossi. Semuanya terkait isu pluralisme dalam Islam. Pertanyaan yang sama juga dilontarkan kepada Novry Ilham. Pertama mengenai kendala dalam mewacanakan pluralisme kepada masyarakat di daerah.

Kiai Ramli lantas menjawab, pluralisme di daerah terkendala SDM. Yakni ketidakmampuan masyarakat untuk berubah. Padahal menurut Kiai Ramli, pluralisme bahkan sudah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. "Masyarakat kita itu ada yang sulit menerima pembaharuan," ujar Kiai Ramli.

Rossiana juga menanyakan praktek radikalisme untuk syiar Islam. Merujuk pada tindakan sebuah kelompok Islam yang bahkan dianggap meresahkan. Kiai Ramli berpendapat, radikalisme dalam menyiarkan agama Islam sebenarnya kontraproduktif. Pasalnya, hidayah itu tidak didapat dari kekerasan.

Kiai Ramli lantas menukil Alquran surat An-Nahl ayat 125. Yang isinya tentang ajakan dan syiar Islam kepada masyarakat. "Caranya dengan hikmah dan mauidloh hasanah. Bukan dengan kekerasan," kata pria kelahiran 3 Agustus 1971 itu.

Tak lupa Kiai Ramli menyebut nama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Menurutnya, Gus Dur juga memberikan pencerahan selayaknya KH Ahmad Dahlan. Hanya saja, di tempat, waktu, dan kondisi sosial yang berbeda. "Keduanya (Gus Dur dan KH Ahmad Dahlan) memiliki banyak kesamaan. Terutama mengenai konsep pluralisme," kata Kiai Ramli.

Terkait film Sang Pencerah, Kiai Ramli menilai film itu memiliki kualitas cukup baik. Apalagi film itu digarap Hanung yang memang berpengalaman. Selain itu kata Kiai Ramli, film itu sekaligus mematahkan mitos seks dan horor yang kental dengan film Indonesia. "Salah satu film yang mengusung tema non horor dan seks," sebut Kiai Ramli.

Ia menilai, Hanung dan Lukman Sardi adalah pemuda-pemuda yang produktif. "Saya malu, mereka lebih muda usianya dari saya. Namun kreasinya diakui oleh masyarakat. Mereka berdua enerjik juga produktif. Ini harus diapresiasi pemerintah," ujarnya.

Di akhir pertemuan, Kiai Ramli sempat bertukar nomor handphone dengan Hanung Bramantyo dan Lukman Sardi. Sedangkan Ikranegara meninggalkan kartu nama. "Ya. Mereka menyenangkan dan supel. Sosok-sosok yang luar biasa," kenang Kiai Ramli.

Bahkan Kiai Ramli sempat berbisik dengan Hanung dan Lukman. Kiai Ramli mengusulkan agar Gus Dur juga difilmkan. Responsnya? Baik Hanung dan Lukman sama-sama menanggapi positif. "Mereka senang dengan usul saya. Hanya masih akan dipertimbangkan dulu," tutur Kiai Ramli. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180065

CJH Wajib Vaksin Meningitis

[ Senin, 20 September 2010 ]
Rata Penuh
PROBOLINGGO - Masih banyak yang meragukan kehalalan vaksin meningitis. Tapi, calon jamaah haji (CJH) Indonesia tetap wajib mendapat vaksin tersebut.

Tak hanya itu. CJH juga diwajibkan untuk divaksin influenza. Tapi, itu hanya bagi CJH yang berusia di atas 40 tahun. Dan, sunah mua'kad bagi mereka yang berusia kurang dari 40 tahun. "Karena pada usia 40 tahun ke atas itu, rentan penyakit," ujar Kepala TU Kementerian Agama (Kemenang) Kota Probolinggo Taufiq kemarin.

Menurutnya, sebanyak 211 CJH kota yang akan berangkat tahun ini akan mulai divaksin meningitis pada Rabu-Kamis (22-23/9) nanti. Diharapkan selesai dalam waktu dua hari itu. "Dikhawatirkan, di Madinah akan dingin. Sehingga, diharapkan juga divaksin influenza," ujarnya.

Bila vaksin meningitis gratis alis ditanggung pemerintah, tidak demikian dengan vaksin influenza. CJH harus mengeluarkan duit sendiri untuk vaksin yang satu itu. "Harganya saya tidak tahu. Kalau tahun lalu sekitar Rp 130 ribu," jelas Taufiq.

Selain masalah vaksin, menurut Taufiq segala perlengkapan CJH sudah siap. Termasuk, passport dan alat-alat kelengkapan lainnya. Hanya, Taufiq berharap kepada para CJH untuk menjaga kesehatannya.

Menurutnya, CJH kota masuk pada kloter 71 yang diperkirakan berangkat pada (4/11) ke Asrama Haji, Sukolilo, Surabaya. Dan, pada (5/11) akan berangkat menuju Jedaah dengan pesawat Garuda Indonesia.

Karena jumlahnya tidak memenuhi satu pesawat, mereka akan digabung dengan CJH asal Ngawi dan Surabaya. "Pada (15/12) pulang dari Madinah. Pada (16/12) diperkirakan sudah berada di tanah air," jelas Taufiq.

Sementara, di Kabupaten Probolinggo tahun ini ada sebanyak 710 CJH. Mereka juga akan segera divaksin. Untuk memudahkan proses itu, mereka akan dibagi ke dalam lima tempat yakni di puskesmas Paiton, Maron, Kraksaan, Sumberasih dan Leces.

Pada saat itu, mereka juga akan dilakukan pemeriksaan tahap kedua. Bila ada yang diketahui sakit, mereka akan segera akan direkom untuk berobat. Sehingga, pada saat akan berangkat sudah dalam sehat.

"Vaksinasi itu, harus sudah selesai tiga minggu sebelum berangkat," ujar Atok Illah, Kasi Haji dan Umrah Kemenang Kabupaten Probolinggo.

Atok mengatakan, CJH kabupaten masuk dalam kloter 82 dan 83. Mereka akan berangkat pada (7/11) dengan menggunakan pesawat Saudi Airline. Karena kelebihan CJH, maka selebihnya yakni kloter 83 bergabung dengan CJH asal Surabaya. "Pada (8/11) akan terbang ke bandara King Abdul Aziz," jelas Atok. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180060

Hari Jadi Kota, Bersih-Bersih

[ Senin, 20 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Memperingati hari jadi Kota Probolinggo ke-651, warga kota Probolinggo melakukan gerakan bersih-bersih kampung. Gerakan itu digeber kemarin (19/9) di seluruh kecamatan Mayangan.

Pembukaannya secara simbolis diawali dengan apel yang dilaksanakan di depan Stadion Banyuangga. Apel itu dipimpin langsung oleh Wali Kota Buchori. Ikut serta dalam apel tersebut jajaran BLH (Badan Lingkungan hidup), Dinkes (Dinas Kesehatan) juga dari unsur Kodim 0820 Probolinggo.

TNI terlibat dalam agenda bersih-bersih itu sekaligus dalam rangka menyambut hari jadi TNI 5 Oktober mendatang. "Kawan-kawan dari Kodim juga ikut dalam apel, dalam rangka menyambut hari jadi TNI," jelas Kepala BLH Imanto, kemarin.

Wali Kota dalam sambutannya menyatakan keinginannya Kota Probolinggo bersih seperti Kota Surabaya. "Ketika saya ke Surabaya, saya melihat di kotanya (Surabaya) sangat bersih," ungkap Buchori.

Ke depannya, dana untuk kebersihan yang dikelola BLH akan ditingkatkan. Itu demi menunjang kebersihan kota Probolinggo. Selain itu, akan ada penambahan jumlah petugas kebersihan untuk mengoptimalkan kebersihan kota.

Setelah apel, masyarakat Kecamatan Mayangan mulai melaksanakan bersih kampung di RT/RW masing-masing. Warga bersih-bersih, BLH menyediakan kendaraan pengangkut sampah.

Acara bersih-bersih kampung sendiri tidak hanya kemarin. Pekan berikutnya akan menyusul kecamatan lain. Yakni Kanigaran dan Kademangan. Di pekan ketiga, giliran Kecamatan Wonoasih dan Kedopok. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180059

Kali Banger Benar Banger

[ Senin, 20 September 2010 ]
Dalam kegiatan bersih-bersih kampung, warga di RW 10 kelurahan Mangunharjo kewalahan dengan tumpukan sampah yang ada di Kali Banger. Ada setumpuk sampah yang tak sanggup dibersihkan warga.

Penumpukan sampah ada di sungai selatan perlintasan kereta api. "Di sini penumpukannya, Mas," terang Supriadi ketua RW 10 sambil menunjukan penumpukan sampah itu, kemarin.

Untuk bersih-bersih kampung ini, warga RW 10 sendiri dibagi dua tugas. Pertama membersihkan lingkungan dalam kampung dan yang kedua membersihkan Kali Banger. Yang kebagian tugas bersih kampung, tak mengalami kendala. Sedangkan yang dapat jatah bersih-bersih Kali Banger, dapat kendala berat.

Tumpukan sampah tersebut sudah berlangsung lama. Bahkan warga mengaku sudah berkali-kali meminta diberikan petugas kebersihan yang khusus membersihkan Kali Banger. "Kami sudah memintanya dalam rapat-rapat di kelurahan,"jelas Supriadi.

Tapi, permintaan petugas kebersihan Kali Banger itu hingga kini belum terealisasi. "Saya juga tidak tahu," katanya.

Ketua RT 10/RW 10 Totok mengatakan warga sudah angkat tangan. "Sudah maksimal usaha warga. Tapi, sampah terlalu banyak," keluhnya.

Menurut Totok, sehari-harinya warga membakar tumpukan sampah di atas Kali Banger itu. Sebab, sampah sudah kadung terlalu menumpuk. "Kalau sampah sudah penuh, langsung dibakar di atas kali," ungkapnya.

Jelas saja tumpukan sampah itu mengeluarkan bau tak sedap. "Kalau cuaca panas, baunya sangat menyengat," jelas Supriadi. Membuat Kali Banger benar-benar banger. Tapi, kondisi rada berbeda bila hujan turun. "Pas hujan enak, tidak ada bau," jelasnya. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180058

KA Kelas Bisnis Juga Terlambat

[ Senin, 20 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Kemarin (19/9) disebut-sebut sebagai puncak arus balik liburan hari raya Idul Fitri 2010. Lonjakan penumpang terpantau di Terminal Bayuangga dan Stasiun Kota Probolinggo.

Ali, salah seorang pengawas bus di Terminal Bayuangga menyatakan bahwa jumlah punumpang kemarin jauh lebih ramai dibanding hari-hari sebelumnya. Termasuk dibanding dengan Sabtu (18/9) lalu. Ali pun menduga, memang banyak pemudik yang baru balik kamarin (19/9). "Mungkin, besok (hari ini, Red) mereka harus kembali bekerja," ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Amin, salah seorang sopir bus. Menurutnya, pada H+9 jumlah penumpangnya cukup melonjak. Itu, bila dibanding dengan hari-hari sebelumnya. "Sepertinya, sama bila dibanding dengan H+1 dan H+2 dulu," ujarnya.

Sedangkan di Stasiun KA Kota Probolinggo, jumlah penumpang juga mengalami peningkatan. Bahkan, ada beberapa orang penumpang yang sampai urung berangkat karena tidak kebagian tempat. "Keretanya penuh, naik bus aja," ujar salah seorang penumpang.

Kemarin (19/9), sebagian penumpang memang kesulitan untuk mendapatkan tempat. Jangankan tempat duduk, untuk tempat berdiri saja mereka belum tentu dapat. Karena, sejak sebelum masuk stasiun KA Probolinggo, rata-rata KA-nya sudah penuh.

Sehingga, tidak sedikit penumpang yang rela berdiri di pintu dan di dalam WC. Mereka seakan-akan tidak memikirkan keselamatannya. Dan, sepertinya mereka hanya berpikir yang terpenting adalah sampai di tujuan.

Tak hanya itu, melonjaknya jumlah penumpang juga berakibat kepada sering terlambatnya kedatangan KA. Jelas itu, bisa menjadi bahan ujian kesabaran bagi penumpang. Selain tidak bisa mendapatkan tempat duduk.

Seperti, KA Logawa yang mestinya datang pukul 07.05, kemarin (19/9) datang pukul 07.40, alias telat selama 32 menit. Begitu juga dengan KA Tawangalun, yang mestinya tiba pukul 09.58 baru tiba sekitar pukul 11.54. Tak tanggung-tanggung, KA jurusan Banyuwangi-Malang itu telat sekitar 115 menit.

Hal lebih para dialami KA Sri Tanjung, yakni telat sampai 133 menit. Mestinya, KA jurusan Banyuwagi-Jogja itu, tiba pukul 10.54, tapi baru tiba sekitar pukul 13.07. "Proses turun naikknya penumpang itu yang bikin lama," ujar Ilman Aji, pemimpin perjananan kereta api, di stasiun KA Probolinggo.

KA telat tidak hanya dialami oleh KA kelas ekonomi. KA kelas bisnis eksekutif juga demikina, misalnya KA Mutiara Timur pagi, kemarin telat 6 menit. Mestinya, KA bisnis eksekutif itu tiba pukul 11.02, tapi baru tiba sekitar pukul 11.08.

Begitu pula pada siang harinya, KA jurusan Banyuwangi-Surabaya itu telat sekitar 45 menit. Yakni, yang semestinya tiba pukul 13.36, baru tiba sekitar pukul 14.20. "Kelas bisnis juga datang terlambat. Mungkin karena hari terakhir arus balik, sehingga penumpangnya makin membeludak," jelas Ilman. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180057

Sosialisasi setelah Fisik 50 Persen

Senin, 20 September 2010 ]
Soal Pembangunan Dua Rusunawa Baru

PROBOLINGGO - Proses pembangunan rusunawa di Jl Brantas dan Jl Raden Fatah Kota Probolinggo bakal dimulai pekan depan. Ketika bangunan fisik mulai berjalan, pemkot tengah mempersiapkan langkah administrasi serta sosialisasi bagi calon penghuninya.

Kabid Aset di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Rachmadeta Antariksa didampingi Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo menjelaskan, pemkot bisa membangun rusunawa lagi lantaran dinilai berhasil dengan Rusunawa Bestari. Diketahui, Rusunawa Bestari berlokasi di kawasan jalan lingkar utara (JLU).

"Terbukti dengan banyaknya waiting list di rusunawa Bestari. Masyarakat banyak yang mendaftar, jika di sana (Bestari) sudah kosong, mereka berharap diberi tempat. Sekarang mereka mau masuk lagi kesulitan karena sudah penuh 96 KK (kepala keluarga)," ujar Deta- panggilan Rachmadeta.

Pihaknya menyangkal jika ada tempat kosong di rusunawa Bestari. Bila ada unit yang tutup atau tidak ada orang, lanjut Deta, bukan berarti unit tersebut kosong. Ada beberapa dari penghuni yang berprofesi sebagai sopir atau nelayan jadi jarang berada di rumah.

"Aset selalu melakukan evaluasi. Tidak mungkin tidak ada penghuninya. Waiting list rusunawa MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) akan diproyeksikan ke rusunawa yang baru (Jl Raden Fatah)," tuturnya.

Deta menegaskan, sampai saat ini penghuni di rusunawa Bestari belum dikenakan tarif sewa hunian. Pemberlakukan sewa baru akan dimulai pada Januari tahun 2011 mendatang. Kebijakan menggratiskan sewa selama satu tahun pertama di rusunawa Bestari merupakan keputusan dari wali kota.

Kebijakan waktu itu, rusunawa tersebut diproyeksikan untuk relokasi warga di tiga titik yaitu eks rel KA di Mangunharjo, TPA (tempat pembuangan akhir) dan kali banger. Pemkot masih belum membahas mengenai tarif sewa, diperkirakan pembahasan bakal dilakukan bulan depan.

Dasar pemerintah menentukan tarif sewa itu harus diatur dalam perda (peraturan daerah). Pembahasan perda nantinya melibatkan pihak legislatif. "Nanti jadi satu dalam pembahasan perda retribusi. Tunggu saja hasil raperdanya, sekarang saya belum tahu berapa tarifnya," jelas Deta.

Pasalnya, kebijakan gratis di tahun pertama tidak diberlakukan di dua rusunawa yang bakal dibangun. Ketika rusunawa selesai dibangun dan siap ditempati, saat itu juga penghuni yang menempati rusunawa kena tarif sewa.

Pendaftaran menjadi calon penghuni rusunawa sama seperti rusunawa Bestari. Bedanya, untuk rusunawa di Jl Brantas yang dikhususkan buruh pabrik, tim pemkot bakal menyosialisasikan hingga ke perusahaan-perusahaan.

Seperti diketahui, rusunawa MBR persyaratannya cukup dengan surat keterangan dari kelurahan dan kecamatan yang menyebutkan orang tersebut tidak memiliki rumah. Tentunya didukung dengan bukti autentik sesuai persyaratan yang dibutuhkan. Bagi buruh juga disertai surat dari perusahaan tempatnya bekerja.

"Khususnya bagi warga kota (MBR dan buruh pabrik) yang tidak memiliki rumah. Sosialisasi memang belum kami laksanakan. Tunggu pembangunannya sudah 50 persen baru ada sosialisasi. Dana untuk sosialisasi sudah tercover di bagian pemerintahan," ucapnya kepada Radar Bromo.

Belajar dari sosialisasi rusunawa Bestari sebelumnya, tim bakal gencar melakukan sosialisasi ke tingkat kelurahan bahkan ke tingkat RT atau RW. Sebab, pengalaman lalu banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang program rusunawa karena sosialisasi agak kurang mengena.

Sasaran sosialisasi ini di wilayah yang perekonomian masyarakatnya minus. "Tidak menuntut kemungkinan akan menjangkau ke seluruh kota. Waiting list itu tidak serta merta langsung masuk tetapi tetap ada proses seleksi. Intinya pemkot sangat optimis dengan rusunawa bagi pekerja (buruh pabrik) karena lokasinya strategis dan akses jalan bagus," pungkas Deta. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180056

Keluarga Duga Polisi Terlibat

[ Senin, 20 September 2010 ]
Kasus Pembantaian Pemuda Kampung Dok

PROBOLINGGO - Pembantaian Toni Satriyono, 25, warga Jl Cumi-Cumi Mayangan Kota Probolinggo pada Sabtu (18/9) dini hari, belum terungkap pelakunya. Tapi, pihak keluarga menduga-duga keterlibatan seorang oknum polisi. Dugaan ini didasarkan pada keberadaan barang bukti (BB).

BB itu mengarahkan dugaan keluarga pada seorang oknum polisi. BB ditemukan polisi pada saat olah TKP (tempat kejadian perkara). Diyakini barang yang di jadikan BB itu pun bukan milik Toni.

Suyono, ayah Toni, menduga anaknya dihabisi lantaran ada masalah dengan oknum polisi tersebut. Itu, bila diruntut masalahnya sejak awal sebelum Toni terbunuh. "Saya kok menduga ini dilakukan oleh polisi. Tapi ini hanya praduga saja," ujarnya saat ditemui Radar Bromo di kediamannya kemarin.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, Sabtu (18/9) dini hari Toni Satriyono, warga Jl Cumi-Cumi Kampung Dok Mayangan Kota Probolinggo ditemukan tewas. Bujang bertubuh gempal itu ditemukan tak bernyawa di sebuah parit di Desa Pabean, Dringu Kabupaten Probolinggo.

Pada tubuh pemuda itu ditemukan banyak luka bacok. Di antaranya di bagian pipi kiri, bahu kanan-kiri dan perutnya. Bacokan pada perut itu, membuat usus korban terburai.

Kasus itu ditangani Polsek Dringu karena TKP mayat Toni ada di wilayahnya. Malam itu setelah ditemukan, jenazah Toni dibawa ke RSUD Dr Moh Saleh Kota Probolinggo untuk divisum. Dari hasil visum, ditemukan ada luka bacok pada pipi kiri korban, pundak kanan dan pundak kiri, serta pada perut korban yang menyebabkan ususnya terburai.

Nah, kematian Toni dengan cara yang tidak wajar itu tentu membuat keluarganya bertanya-tanya dan siapa pelakunya. Tak hanya itu, rekam kehidupan Toni sejak sebelum ditemukan tewas pun diputar ulang.

Suyono saat ditemui kemarin menuturkan, pada Jumat (17/9) malam itu dirinya menghadiri undangan. Saat itu dirinya sempat mendapat telepon dari salah seorang oknum polisi berinisial D. Tapi, begitu diangkat, panggilan itu tidak dijawab oleh D. Mendapati itu, Suyono mencoba menelpon balik. Tapi, malah tidak diangkat oleh D.

Suyono curiga. Pasalnya, selama ini D tidak pernah berbuat demikian. "Biasanya, kalau dia (D, Red) nelepon tidak seperti itu. Kalau kebetulan saya yang ngangkat, dia selalu tanya di mana Toni. Tapi, malam itu tidak," ujarnya.

Sampai akhirnya, Suyono pulang dan mendapati Toni masih berada di rumahnya. Saat itu Toni sedang menemui Abdul Khalik, teman Suyono yang datang berkunjung. Selanjutnya, Toni meminjam HP milik ayahnya dan memeriksa panggilan masuk.

Saat itulah Toni mengatakan kepada ayahnya kalau ada panggilan tak terjawab dari D. "Saya bilang, birkan saja," ujar Suyono. "Waktu itu, saya lupa tidak dihapus. Karena, kalau sudah ada telepon dari dia (D, Red), Toni pasti keluar," ujarnya.

Lalu, Toni meminta duit sebesar Rp 10 ribu dengan alasan untuk membeli rokok. Juga meminjam motor plat merah yang biasa dipakai ayahnya. "Waktu itu, pamitnya memang mau menemui dia (D, red)," jelas Suyono.

Nah, sejak itulah Toni tak lagi kembali kepada keluarganya. Begitu juga dengan motor dan HP-nya. Malah, pada Sabtu (18/9) sekitar pukul 01.00, Suyono diberi kabar kalau Toni masuk rumah sakit.

Medapati itu, Suyono yakin kalau anaknya sudah mati. Pasalnya, sebelum ada orang meberitahu dirinya, Suyono mengaku ada bisikan gaib atas kematian putranya itu. Suyono pun segera menuju RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo.

Di sana, Suyono sudah mendapati Toni terbaring tanpa nyawa di kamar mayat. Meski demikian, Suyono tak langsung masuk. Ia masih mencari oknum polisi bernisial D tersebut.

"Saya tidak langsung masuk, saya masih mencari dia (D). Seandainya waktu itu, dia (D) ada di sana, sudah saya bunuh. Karena waktu itu saya sudah gelap, dan Toni jelas-jelas pamit hendak bertemu denganya (D)," ujarnya.

Pada saat itu pula, seorang polisi bertanya tentang Toni kepada Suyono. Yakni, apakah Toni memiliki HT (handy talkie) atau tidak? Mendapat pertanyaan itu, Suyono menjawab kalau anaknya tidak pernah bermain-main dengan HT. Bahkan, bicara masalah HT saja tidak pernah.

Suyono pun balik bertanya, untuk apa pertanyaan tersebut. Polisi itu pun mengatakan, kalau pada saat di TKP ditemukan Toni memegang antena HT. Mendapati itu, kecurigaan Suyono kepada D makin memuncak. "Kalau orang umum, tidak mungkin punya HT. Ini, kok bisa Toni pegang antenna HT," ujarnya.

Suyono mengaku, akan terus mengawal kasus yang telah merampas nyawa putranya itu. Dan, saat ini Suyono tak hanya mengandalkan polisi. Tapi, juga meminta bantuan orang-orang pintar.

"Besok (hari ini, Red) saya akan ke Polsek, saya akan tanya kasus itu bagaimana. Saya akan terus jalankan kasus ini, kalau polsek tidak mampu akan saya bawa ke polres. Kalau polres tidak mampu akan saya laporkan ke polda," ujar lelaki yang kini hanya punya satu putri ini.

Nah, kemarin (19/9) Suyono mendapat kunjungan dari orang pertama di Kota Probolinggo yakni Wali Kota Buchori. Kepada Buchori, Suyono juga bercerita tentang dugaan-dugaannya soal keterlibatan oknum polisi tersebut.

Selain itu, Suyono juga minta bantuan untuk pengungkapan kasus itu. Mendapati curhat Suyono, Buchori berjanji akan medatangi pihak kepolisian. Tapi, Buchori mengaku tidak akan mengintervensi pores hukum kasus tersebut. "Saya hanya akan bertanya sejauh mana kasusnya," ujar Buchori.

Periksa Saksi

Lalu bagaimana kelanjutan penyelidikan kasus ini oleh Polsek Dringu? Sampai kemarin pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan. Kapolsek Dringu AKP Riduwan melalui Kasatreskrim Aiptu Rosyimin, mengatakan kalau pihaknya sudah melakukan pemeriksaan terhadap tiga orang saksi.

Tapi, belum melakukan pemeriksaan terhadap keluarga korban. Dan, diagendakan hari ini akan melakukan pemeriksaan terhadap mereka. "Keluarganya kan masih berduka, jadi kami masih belum melakukan pemeriksaan," ujarnya.

Bagaimana dengan dugaan keterlibatan oknum polisi, dengan barang bukti antenna HT? Soal itu, Polsek Dringu masih belum mau membebernya. Alasannya, polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk lebih memperjelas kasus tersebut. "Kami masih terus melakukan penyelidikan, semoga saja dalam waktu dekat pelakunya segera tertangkap," ungkap Rosyimin.

Rosyimin mengaku, sampai saat ini pihaknya sudah menemukan BB berupa motor. Dan, BB berupa HP yang disebut-sebut juga dibawa korban sampai saat ini masih dalam pencarian. "Belum ditemukan, masih dalam pencarian," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180055

Tetap Disoal, Kunker ke Lombok

[ Senin, 20 September 2010 ]
Musayyib: Yang Protes, Sakit Hati

PROBOLINGGO - Kunjungan kerja (kunker) yang dilakukan pimpinan DPRD Kabupaten Probolinggo bersama petinggi alat kelengkapan dewan tetap dipersoalkan.

Beberapa anggota dewan menganggap kunker tersebut tidak sesuai prosedur lantaran tidak pernah dibahas di rapat Banmus (Badan Musyawarah).

Salah satu anggota dewan yang namanya enggan dikorankan menyatakan, tetap tidak menerima landasan yang dipakai oleh pimpinan dewan dalam menggelar kunker tersebut. "Alasan pimpinan yang telah disampaikan ke koran itu saya kira tidak tepat. Tidak bisa seperti itu," katanya kepada Radar Bromo kemarin.

Menurut sumber tersebut, ketua fraksi bukanlah alat kelengkapan dewan. "Fraksi itu tidak bisa mewakili Banmus. Fraksi itu kepanjangan tangan partai. Tetapi yang perlu diingat tidak termasuk alat kelengkapan dewan," bebernya.

Menurutnya, sesuai mekanisme yang ada sejatinya semua agenda dewan tetap harus dibicarakan dan direncanakan di tataran banmus terlebih dahulu. Karena secara keseluruhan tugas banmus memang menyusun jadwal dan agenda dewan.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, usai lebaran, suhu internal DPRD Kabupaten Probolinggo justru menghangat. Pemicunya adalah kunjungan kerja (kunker) yang dilakukan oleh pimpinan dewan bersama pimpinan alat kelengkapan dewan lainnya ke Lombok selama emapt hari di akhir pekan kemarin. Kunker itu disebut-sebut dilakukan tanpa pembahasan Banmus (Badan Musyawarah).

Saat dikonfirmasi, Ketua DPRD Ahmad Badawi mengatakan, agenda kunker ke Lombok Barat tersebut sudah sesuai prosedur. Sebab, meski belum dibahas di rapat banmus, namun kunker tersebut sudah dibicarakan oleh pimpinan dewan bersama pimpinan fraksi yang ada di DPRD.

"Banmus itu merupakan kepanjangan dari fraksi. Kunker ini sudah dibicarakan di tingkatan fraksi. Semua ketua fraksi juga ikut," kata pria yang akrab disapa Memed beberapa hari yang lalu.

Menurut Memed, agenda di dewan usai lebaran ini cukup padat. Selain bakal membahas KUA-PPAS untuk APBD 2011, saat ini dewan juga tengah membahas terkait 6 raperda. "Karena waktunya mepet. Jadi dibicarakan di tingkatan fraksi. Agenda dewan tidak dapat berleha-leha," jelasnya saat itu.

Nah, alasan waktu yang mepet itu juga mendapat sorotan dari beberapa anggota dewan lainnya. "Sekedar diketahui, agenda kunjungan ke Lombok itu ternyata sudah direncanakan sebelum libur cuti lebaran. Jadi saya kira sebenarnya masih ada waktu untuk dibahas terlebih dahulu di banmus," beber anggota dewan itu.

Lalu apa yang dilakukan beberapa anggota dewan yang kurang puas tersebut? "Yang jelas kami ini tetap menganggap kunker tersebut tidak benar. Soal apa yang akan dilakukan, tunggu saja," ungkapnya.

Sementara itu Ketua BK (Badan Kehormatan) Musayyib Nahrawi yang juga turut ikut dalam rombongan tersebut menegaskan kalau kunker tersebut sudah sesuai prosedur. "Yang dikatakan pimpinan (Memed, Red) itu sudah benar. Banmus itu refleksi fraksi-fraksi," kata politisi PKB tersebut.

Karena itu, bila sewaktu-waktu keadaan mendesak, pimpinan bisa langsung membicarakan bersama ketua fraksi. "Kemarin itu kebetulan emergency, jadwal dewan sangat padat," beber politisi asal Paiton tersebut.

Menurut Musayyib, protes yang disampaikan beberapa anggota dewan lewat media itu tidak berdasar. "Yang protes itu adalah orang-orang yang sakit hati mungkin karena tidak diajak," ujarnya, lalu tersenyum.

Yang jelas menurut Musayyib agenda kunker ke Lombok itu sangat bermanfaat bagi dewan. Karena secara keseluruhan daerah Lombok tak jauh berbeda dengan Kabupaten Probolinggo. Sehingga ilmu yang didapat dari kunker tersebut bisa diaplikasikan di Kabupaten Probolinggo.

"Manfat kunker itu banyak. Semua anggota dewan mengikuti kunker dengan serius. Keikutsertaan BK ke Lombok itu lebih kepada pengawasan kepada anggota dewan. Selama di sana, semua anggota bersungguh-sungguh melakukan studi banding," jelas Musayyib. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180054

Hujan, Harga Kopi pun Turun

[ Senin, 20 September 2010 ]
TIRIS - Keresahan yang dirasakan petani karena tingginya intensitas hujan semakin meluas. Tidak hanya meresahkan petani Tembakau dan garam. Petani Kopi pun merasakan keresahan yang sama. Sebab cuaca yang tidak bersahabat itu menyebankan harga jual Kopi turun.

Seperti yang dirasakan petani di perkebunan Kopi Desa Ranu Gedang, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Berbeda dengan tembakau dan garam yang harganya masih stabil. Saat ini harga jual Kopi malah turun hingga 50 persen.

Dalam pantauan Radar Bromo, kebanyakan petani di Desa Ranu Gedang sedang mengeluh. Seperti yang diutarakan Awir, 35, petani Kopi setempat. Menurutnya saat ini harga Kopi turun drastis. Kondisi itu membuat banyak petani kopi putus asa. "Harganya turun drastis, Mas," ujarnya.

Petani pun dibuat khawatir dengan kisaran harga jual Kopi saat ini. Harga tertinggi, yakni Rp 14 ribu. Sementara terendah Rp 8 ribu-Rp 9 ribu.

Awir lantas menjelaskan, ada tiga jenis kopi yang biasa ditanam masyarakat. Yakni kopi jenis Nangka, Torabika dan biasa. Dari jenis tersebut, yang paling baik adalah jenis Nangka. Kemudian jenis Torabika dan biasa.

Harga jenis Nangka saat ini berkisar Rp 14 ribu. Padahal selama Ramadan, harganya mencapai Rp 24 ribu. "Turun sampai 10 ribu rupiah," ujar Awir.

Sementara kopi Torabika saat ini berkisar pada angka Rp 12 ribu. Padahal sebelumnya harganya sekitar Rp 20 ribu. Sedangkan kopi biasa harganya jatuh hingga Rp 9 ribu rupiah. "Kopi biasa sebelumnya 16 ribu rupiah," sebut Awir.

Awir mengatakan, turunnya harga itu salah satunya disebabkan hujan. Sebab sifat tanaman Kopi memang cenderung rentan terhadap hujan. Jika hujan terus turun, maka daun-daun Kopi akan runtuh. "Selain itu aroma Kopi juga berkurang," terang Awir.

Belum lagi penanganan pasca panen atau saat penjemuran. Hujan yang terus turun membuat Kopi yang dijemur susah kering. Bahkan terguyur hujan. "Ya sudah (terguyur hujan, Red), dibiarkan saja. Meski ditolong, tetap saja basah," ujarnya.

Menurutnya, Kecamatan Tiris memang memiliki curah hujan cukup tinggi. Sebelum kecamatan lain hujan, biasanya hujan turun lebih dulu di Tiris. Hal ini juga berlaku di beberapa kecamatan di dataran tinggi.

Hal serupa disampaikan Ny Miran, 30, tetangga Awir yang juga petani Kopi. Miran mengaku mengalami kerugian cukup besar. Tak lain karena harga Kopi sedang turun. Padahal modal tanamnya cukup besar. "Itupun pinjam," ujarnya.

Menurutnya, dirinya sudah panen kopi. Namun hasilnya sama sekali tak memuaskan. "Bagaimana ini, kok semrawut," keluhnya.

Sementara Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Probolinggo Ir. Nanang Trijoko Suhartono membenarkan turunnya harga kopi saat ini. Namun menurut Nanang, penurunannya tak terlalu signifikan. Selain itu, petaninya tak terlalu banyak. "Tak seperti petani Tembakau," ujar Nanang kepada Radar Bromo.

Salah satu penyebabnya kata Nanang karena komoditas Kopi juga bergantung pada curah hujan. Terutama penjemuran Kopi pasca panen. Nanang pun berharap, hujan tak terlalu sering terjadi. Setidaknya tidak sampai membuat kerugian bagi petani.

Namun, Nanang mengaku tidak bisa memberikan banyak komentar tentang hujan yang intensitasnya cukup tinggi akhir-akhir ini. "Terkait hujan kita tak bisa banyak berkomentar. Itu sudah faktor alam," kata Nanang. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180047

Ormas Imbau Masyarakat Hati-Hati

[ Senin, 20 September 2010 ]
Soal Pembunuhan yang Terjadi Beruntun

KRAKSAAN - Selama Ramadan hingga saat ini, Kota dan Kabupaten Probolinggo diguncang empat kasus pembunuhan. Yang terakhir terjadi di Kota Probolinggo pada Sabtu (19/9). Kondisi ini membuat prihatin sejumlah kalangan. Kalangan ormas (organisasi kemasyarakatan) Kabupaten Probolinggo pun minta masyarakat tenang dan hati-hati.

Seperti diungkapkan Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Probolinggo H Ahmad Budiono. Budiono mengaku prihatin dengan kasus-kasus tersebut. Terlebih, kasus-kasus itu terjadi selama Ramadan dan bulan Syawal. "Kasus ini menjadi perhatian kami. Terus terang kami prihatin," ujar Budiono.

Budiono menilai, pembunuhan yang terjadi memiliki keterkaitan dengan banyak aspek. Di antaranya, kesenjangan sosial, ekonomi dan perubahan perilaku masyarakat. Misalnya persoalan ekonomi. "Orang yang hidup di bawah garis kemiskinan pasti kesulitan. Dan bisa bertindak semaunya. Apalagi jika diprovokasi dengan isu sensitif," sebut Budiono

Kini Budiono berharap, Polres Probolinggo bisa menyelesaikan semua kasus tersebut. Tentu saja menurutnya, kerjasama antar semua kalangan sangat dibutuhkan. Sebab hal itu akan mempermudah selesainya sebuah kasus. "Termasuk para politisi," ujarnya.

Sementara Ketua PCNU Kraksaan H Nasrullah A Sujai mengaku belum bisa berkomentar. Sebabnya, PCNU Kraksaan belum membahas secara organisasi persoalan itu. Menurut Suja'i, pihaknya belum menentukan sikap. "Kami rapatkan secara organisasi dulu," ujar Sujai.

Berbeda dengan Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo KH Syaiful Hadi. Kiai Syaiful mengaku pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini cukup meresahkan. Masyarakat menurutnya harus berhati-hati menyikapi isu tersebut. "Apalagi pembunuhan terjadi karena isu yang sensitif," ujarnya.

Mestinya kata Kiai Syaiful, Ramadan dijadikan sebagai momen menambah amal ibadah. Bukannya melaksanakan ibadah, namun justru membuat dosa. "Ini malah merusak iklim kondusif di masyarakat. Ini tidak boleh berlanjut," tegasnya.

Kiai Syaiful juga mengingatkan tentang terjadinya kasus video porno yang awalnya disebut melibatkan guru ngaji. Menurutnya itu juga termasuk isu sensitif. "Setelah dicek di lapangan, ternyata mantan guru ngaji. Jadi masyarakat harus hati-hati dan jangan berbuat aneh-aneh," imbaunya.

Kiai Syaiful lantas mengajak ulama dan pemimpin untuk bersama-sama memberikan pemahaman kepada masyarakat. Agar tak mudah melakukan tindakan yang merugikan. Baik merugikan diri sendiri, maupun orang lain. "Harus turun bersama-sama. Jangan parsial," tuturnya.

Komentar serupa disampaikan Ketua MUI Kabupaten Probolinggo KH Mohammad Hasan Saiful Islam. Menurut Saiful Islam, MUI cukup prihatin dengan kasus-kasus tersebut. "Ini bisa meresahkan masyarakat. Keamanan masyarakat juga ikut terancam," tegasnya.

Karena itu dia berharap, kepolisian bisa segera mengungkap kasus-kasus tersebut. Apalagi pembunuhan yang terjadi selama Ramadan. Menurutnya, tidak selayaknya hal itu terjadi. Sebab Ramadan mestinya menjadi wahana untuk mensucikan diri dan menambah amal ibadah. "Akhirnya kok malah salah kaprah," tegas Nung Beng -panggilannya.

Kiai Saiful Islam juga mengingatkan Polres Probolinggo agar jangan lengah. Terutama menghadapi isu-isu sensitif. Namun juga jangan melupakan kasus-kasus lama. Misalnya menurut dia, pembunuhan yang dilakukan pada M Saiful Bahri, guru MAN Pajarakan. "Kita belum melihat hasil kerja polisi," tegasnya.

Kasus lain yang belum terungkap menurutnya, penembakan terhadap aktifis LSM Abdul Kadir 'Adeng'. Juga pembunuhan terhadap wartawan Herliyanto beberapa tahun lalu. "Kinerja Polres harus ditingkatkan. Kasus-kasus itu harus diungkap dan diselesaikan," pinta Kiai Saiful Islam serius.

Tak lupa dia berharap, masyarakat harus berhati-hati. Khususnya dalam bertindak dan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Juga jangan gegabah dalam mengambil setiap keputusan yang menyangkut kepentingan orang lain. "Masyarakat harus tetap tenang. Sambil memantau kinerja kepolisian," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180046

Biasakan Kreatif

[ Senin, 20 September 2010 ]
Kreatifitas pemuda sering mendapat hambatan. Bukan karena mereka tak mampu. Namun karena dihambat oleh kalangan yang lebih tua. Sebabnya, kalangan tua terkadang khawatir bakal kuatir tersaingi oleh kreatifitas pemuda.

Demikian pandangan M Sofwan Huzaimi, anggota DPRD Kabupaten Probolinggo. Namun Sofwan berpendapat, pemuda harus tetap kreatif. Sebab, hal itu akan memunculkan banyak hal positif. "Terutama untuk menata masa depan. Dan tidak perlu khawatir dengan kalangan tua," tuturnya.

Karena itu Sofwan mengatakan akan membawa wacana persoalan pemuda itu ke meja DPRD. Nantinya, Sofwan akan menyampaikan persoalan-persoalan yang dihadapi pemuda. Termasuk bidang pendidikan, hingga kenakalan remaja. "Intinya pemuda itu butuh perhatian. Kalau diperhatikan hasilnya akan baik," tutur Sofwan.

Sementara jika diacuhkan, maka kemampuan pemuda akan terbuang percuma. "Ingat, pemuda itu akan meneruskan perjuangan yang tua. Jadi mesti dilatih agar bisa matang pada saatnya nanti," sebut Sofwan.

Sofwan berharap, pemerintah bisa lebih memberikan perhatian pada pemuda. Khususnya bagi yang memiliki keahlian dan keterampilan. Hal itu akan sangat bermanfaat bagi perkembangan pembangunan Kabupaten Probolinggo selanjutnya. "Prospeknya akan sangat cerah," pungkas Sofwan. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180045

Pemuda Kampung Dok Dibantai

[ Minggu, 19 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Warga Probolinggo kembali digegerkan kasus pembunuhan keji. Jumat (17/8) malam ditemukan sesosok mayat lelaki dengan tubuh penuh luka. Mayat itu adalah Toni Satriyono, 25, warga Kelurahan/Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo.

Bujang bertubuh gempal itu ditemukan tak bernyawa di sebuah parit di Desa Pabean, Dringu Kabupaten Probolinggo. Tepatnya di dekat batas kota Mayangan Kota Probolinggo dengan Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo.

Pada tubuh pemuda warga Jl Cumi-Cumi itu ditemukan banyak luka bacok. Di antaranya di bagian pipi kiri, bahu kanan-kiri dan perutnya. Bacokan pada perut itu, membuat usus korban terburai.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, malam itu sekitar pukul 20.00 Toni masih berada di rumahnya ang berada di kawasan Kampung Dok. Ia masih sempat menemui Abdul Khalik, seorang teman ayahnya, Suyono.

Malam itu Suyono sedang keluar rumah. Saat pulang, Suyono menemui tamunya itu. Lalu Toni meminjam HP, juga motor plat merah yang biasa dipakai ayahnya. Selain itu, Toni juga sempat meminta duit sebesar Rp 10 ribu.

Dengan sepeda motor dinas milik ayahnya, Honda Win nopol N 9778 LJ, Toni melesat pergi sendirian. Tapi, ia tidak memberi tahu hendak pergi ke mana. Pamitnya hanya pergi sebentar. "Saya tanya mau kemana, karena sudah malam. Saya pesan agar tidak pulang terlalu malam," ujar Suyono saat ditemui Radar Bromo di rumahnya kemarin (18/9).

Malam itu Suyono terus menunggu kedatangan Toni. Tapi, sampai larut, Toni tak kunjung pulang. Tengah malam, Suyono terlelap. Pada saat terlelap itulah Suyono seakan-akan ada yang membangunkan dan memberi tahu kalau Toni sudah meninggal.

Suyono sontak terbangun. Tapi, ia tak mendapati siapa-siapa di sampingnya. "Saya langsung mengusap dada. Apa yang akan terjadi dengan Toni," ujarnya.

Ia pun mencoba menenangkan diri, meski pikirannya sangat cemas. Ia menuju meja makan dan memakan beberapa sendok nasi. Nah, pada saat itulah Yugo Sasmito Ketua RW-nya, memangil-manggil nama Suyono.

Suyono bergegas keluar dan menemuinya. Ternyata, Yugo mengabarkan kalau Toni mendapat musibah dan masuk rumah sakit. Tapi, waktu itu Yugo tidak bilang kalau Toni sudah tiada.

Hanya Suyono langsung menerka kalau Toni sudah meninggal. "Kenapa? Mati ya Toni. Tidak usah ditutup-tutupi, saya sudah tahu kalau Toni sudah mati. Barusan dia (Toni, Red) datang ke saya dan memberi tahu kalau dia sudah mati," ujar Suyono kepada Yugo malam itu.

Yugo mendengar pernyataan itu hanya terdiam. Dia meminta Suyono untuk tidak berkata demikian. "Saya bilang, tunggu sebentar saya masih mau ganti celana. Entah kenapa, sepertinya ada yang bilang kepada saya kalau Toni sudah mati," ujarnya.

Suyono dan Yugo pun menuju RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo. Ternyata, dugaan Suyono benar adanya. Toni sudah tiada. Tubuhnya terbaring tak bernyawa di kamar mayat RSUD.

Sampai di RSUD, Suyono masih sempat ditanya ciri-ciri Toni. Salah satunya, adalah adanya tato bergambar kalajengking di punggungnya. "Dia (Toni) memang punya dua tato, di punggung dan di pahanya," ujarnya.

Suyono pun memasrahkan pengurusan mayat Toni kepada pihak RSUD. Usai dikafani korban langsung dibawa pulang. Dan sekitar pukul 08.00 kemarin korban dikuburkan. "Saya tidak tahu. Ada masalah apa kok sampai seperti itu," ujarnya.

Menuruntya, selama ini Toni tidak pernah bercerita bila ada masalah. Termasuk yang sampai merenggut nyawanya malam itu. Tapi, Suyono menduga kalau peristiwa itu bukanlah carok satu lawan satu.

Ia menduga kalau Toni dikeroyok atau dibacok oleh lebih dari satu orang. Menurutnya, kalau hanya satu orang dengan tubuh korban yang gempal tidak mungkin Toni akan sampai bernasib setragis itu. "Kalau cuma dua orang, saya yakin Toni bisa menghadapi," ujar Suyono yang sehari-harinya adalah pegawai di Kecamatan Kuripan Kabupaten Probolinggo.

Kini, Toni telah tiada. Suyono pun berharap kepada aparat kepolisian untuk segera mengungkap pelakunya. Pasalnya, Toni bukan mati biasa. Melainkan menjadi korban pembunuhan yang harus ditangkap pelakunya dan diganjar dengan hukuman setimpal. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179906

Sempat Minta Tolong

[ Minggu, 19 September 2010 ]
Walau Toni warga Kota Probolinggo, tetapi tempat kejadian perkara (TKP) kematiannya berada di wilayah Dringu, Kabupaten Probolinggo. Kini Polsek Dringu bergerak melakukan penyelidikan.

Ceritanya, begitu mendengar kabar tentang peristiwa tersebut, petugas Polsek Dringu langsung merapat dan melakukan olah TKP. Tapi, polisi belum menemukan barang bukti yang bisa mengarah kepada pelakunya.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, orang yang pertama kali menemukan mayat Toni adalah Slamet dan Tosin. Mereka berdua sama-sama warga Desa Pabean, Dringu.

Saat itu Slamet sedang mengairi sawah yang jaraknya dari TKP sekitar 300 meter. Sedangkan Tosin sedang lewat di jalan tersebut. Malam itu, mereka sama-sama mendengar teriakan orang minta tolong.

Mendengar teriakan minta bantuan itu, Slamet dan Tosin segera mencari asal suara tersebut. Sampai jarak mereka sekitar 100 meter, suara minta tolong itu semakin jelas. Mereka pun sama-sama mendekat. Tapi, mereka bukan dari arah yang sama. Slamet dari tengah areal pesawahan, sedangkan Tosin datang dari arah barat.

Nah, mereka pun bertemu persis di TKP. Tapi, dua orang yang kini dijadikan saksi itu tidak menemukan orang yang bersuara minta tolong itu. Meski demikian, mereka tidak putus asa. Mereka terus mencari.

Mereka menyusuri kegelapan dengan lampu senter. Setelah cukup lama mencari, mereka pun menemukan sesosok mayat laki-laki dengan tubuh penuh luka bacok. Dan lelaki itu adalah Toni.

Mendapati itu, mereka berdua jelas kaget. Slamet langsung berlari dan melaporkan temuannya itu kepada kepala desanya, Bambang Susilo. Lalu, kades Pabean itu melanjutkan laporan warganya itu ke Mapolsek Dringu.

Tak lama kemudian, polisi dari polsek Dringu langsung merapat dan melakukan olah TKP. Juga ada sebagian yang langsung mengevakuasi jenazah korban ke RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo untuk divisum

Dari hasil visum luar itu, ditemukan ada luka bacok pada pipi kiri korban, pundak kanan dan pundak kiri, serta pada perut korban yang menyebabkan ususnya terburai. "Diduga karena kehabisan darah dan ususnya yang terburai itu yang menyebabkan korban meninggal," ujar Kapolsek Dringu, AKP Riduwan.

Sepertinya, kasus ini bakal merepotkan polisi. Terlebih, kata AKP Riduwan, tidak ditemukan sama sekali barang bukti. Baik berupa senjata tajam maupun tanda-tanda lain yang menunjukkan jumlah pelakunya. "Motifnya, kami masih mendalaminya. Termasuk berapa orang dan senjata tajam jenis apa, kami juga masih belum tahu," ujarnya.

Hanya, kemarin (18/9) polisi sudah berhasil menemukan motor yang dikendarai korban malam itu. Motor itu ditemukan polisi di rawa-rawa di Kelurahan Jrebeng Wetan Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo. "Kami tahunya dari orang tua korban, kalau dia (korban) membawa motor itu," ujarnya.

Selain itu, AKP Riduwan mengaku malam itu cukup kesulitan untuk mengetahui identitas korban. Pasalnya, tidak ditemukan identitas sama sekali pada korban. Semisal KTP atau kartu pengenal lainnya. "Kalau uangnya yang Rp 10 ribu, tetap utuh," jelasnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179905