Selasa, 14 September 2010

Rest Area Kurang Greget

[ Selasa, 14 September 2010 ]
TONGAS - Rest Area Tongas Probolinggo lebaran ini juga dimanfaatkan untuk tempat singgah pengguna jalan dalam perjalanan mudik atau balik. Tapi, pemanfaatan tempat ini dinilai kurang greget dibanding tahun lalu.

"Tahun ini kalah gregetnya dibanding tahun lalu," ungkap Masril, petugas Rest Area Tongas yang juga ketua PAC PKB kecamatan Sukapura kepada Radar Bromo kemarin (13/9).

Dari data yang diperoleh Radar Bromo, pengunjung yang singgah di rest area siang kemarin baru mencapai 100 orang. Sehari sebelumnya pengunjung mencapai 400 orang. Sedangkan pada tahun lalu, total pengunjung rest area bisa mencapai 1000 orang pengunjung.

Mereka yang singgah, sebagian besar bertujuan mampir untuk makan siang di rumah makan ayam goreng Pak Soleh dan stand posko mudik mie Sedap. Sedangkan stan-stan di rest area sendiri tetap banyak yang tidak buka. "Banyak bedak yang tidak buka," ungkap Musril.

Musril berpendapat, kurang gregetnya rest area pada lebaran kali ini karena minim event. "Tidak ada event yang tereselenggara," ungkapnya bernada prihatin.

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179168

Masuk, Dewan Langsung Bahas Raperda

[ Selasa, 14 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Anggota DPRD Kabupaten Probolinggo tidak dapat berleha-leha usai libur lebaran. Saat kembali masuk kerja, DPRD sudah harus dihadapkan pada kelanjutan pembahasan 6 raperda yang diusulkan eksekutif.

Menurut Ketua Badan Legislatif (Banleg) Slamet Riyadi, saat ini pembahasan 6 raperda tersebut sudah memasuki pembentukan panitia khusus (pansus). "Nantinya pansus ini akan mengkaji lebih dalam 6 raperda yang telah diusulkan tersebut," jelasnya kemarin.

Kapan pembahasan 6 raperda tersebut bakal kembali dilanjutkan? "Kami tinggal nunggu jadwalnya. Insyaallah dalam waktu seminggu ini sudah terbentuk pansus dan bisa langsung membahas," beber politisi asal PPP tersebut.

Meski masih belum dibahas di pansus, namun secara keseluruhan 6 raperda yang diajukan tersebut disambut dewan dengan positif. "Masing-masing fraksi sudah menyetujui 6 raperda tersebut," jelasnya.

Menurut Slamet Riyadi, 6 raperda yang diajukan itu sudah sesuai dengan kebutuhan Pemkab Probolinggo saat ini. Ia mencontohkan soal raperda tentang pembentukan lembaga penyiaran publik lokal radio Bromo FM.

"Kalau dikaji lebih dalam lagi, memang sudah saatnya dibentuk lembaga penyiaran publik lokal yang diatur dalam perda. Karean penyiaran radio adalah sarana yang penting dalam komunikasi masa yang berguna bagi masyarakat," kata Slamet.

Selain selain itu raperda tentang organisasi dan tata kerja Badan Penanggulangan Bencana daerah juga dinilai cukup penting. Itu karena sudah ada payung hukum yang sudah ada di atas raperda tersebut.

Payung hukum yang dimaksud ialah PP (Peraturan Pemerintah) nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah juncto PP (Peraturan Presiden) nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana. "Jadi juga perlu membentuk organisasi dan tata kerja Badan Penanggulangan Bencana itu," jelasnya.

Hal yang sama juga berlaku pada raperda tentang bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Menurut Slamet, soal bea perolehan hak atas tanah dan bangunan juga sudah diatur di UU nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. "Di UU tersebut dijelaskan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan merupakan jenis pajak Kabupaten," beber Slamet.

Tiga raperda lainnya yakni raperda tentang pajak daerah, raperda tentang retribusi pelayanan kesehatan pada dinkes dan raperda tentang perubahan atas perda nomor 10 tahun 1986 tentang PDAM juga dinilai Banleg tidak bermasalah. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179167

Rutan Dipenuhi Pengunjung

[ Selasa, 14 September 2010 ]
KRAKSAAN - Lebaran ini jumlah pengunjung Rutan (rumah tahanan) Kraksaan Kabupaten Probolinggo melonjak drastis. Hal itu berlangsung sejak setelah salat Id di rutan dilaksanakan. Begitu selesai salat, pengunjung langsung menyerbu rutan tersebut. Bahkan antrean pengunjung masih terlihat hingga kemarin (13/9).

Hal itu dibenarkan Kepala Rutan Kraksaan Krismono. Menurut Krismono, lonjakan pengunjung itu cukup wajar. "Ini kan momen lebaran," ujarnya saat ditemui Radar Bromo kemarin.

Menurut Krismono, pihaknya sampai menyediakan 3 loket pendaftaran. Hal itu dilakukan untuk memudahkan pendaftaran kunjungan. Untuk bisa masuk, setiap pengunjung harus menyerahkan KTP demi kenyamanan dan pengamanan. "KTP bagi dewasa. Pelajar yang belum punya KTP bisa memakai KTS (kartu tanda siswa). Anak kecil tidak perlu," kata Krismono.

Ia lantas memberikan penjelasan mengenai syarat pengunjung. Selain KTP, petugas di Rutan juga melakukan penggeledahan. Baik dengan menggeledah barang bawaan maupun tubuh pengunjung. "Bagi (pengunjung) wanita, petugas kami juga wanita. Kan tidak mungkin digeledah laki-laki," ujarnya disusul tawa.

Selain itu, petugas juga memberi bubuhan stempel pada pergelangan tangan kanan setiap pengunjung. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir hal yang tak diinginkan. Misalnya kata Krismono, ada warga yang ganti baju kemudian menyusup keluar ikut rombongannya. "Keluar-masuknya pengunjung kami pantau terus. Bahkan di ruang pertemuan, petugas kami tetap siaga," kata Krismono.

Dari data Rutan Kraksaan, angka kunjungan terbanyak terjadi pada Jumat (10/9). Jumlah warga binaan yang dikunjungi yakni 188 orang. Rinciannya, loket 1 sebanyak 112 orang, loket 2 sebanyak 64 orang, dan loket 3 sebanyak 12 orang. "Hampir 80 persen warga kami dikunjungi," terang Krismono.

Sementara pengunjungnya mencapai sekitar 800 pengunjung. "Rata-rata setiap warga kami dikunjungi 5-10 orang. Bahkan ada yang sampai bawa truk. Isinya sampai 30 orang. Itu 1 warga saja (yang dikunjungi)," sebut Krismono.

Sementara pada Sabtu (11/9), jumlah warga yang dikunjungi menurun hingga 113 orang. Loket I sebanyak 62 orang, loket 2 sebanyak 40 orang, loket 3 hanya sejumlah 11 orang. Namun pengunjung yang hadir tetap banyak. Yakni sekitar 700 orang.

Minggu (12/9), jumlah warga yang dikunjungi semakin berkurang hingga 60 orang. Terbagi di loket 1 sebanyak 17 orang, loket 2 sebanyak 27 orang, dan loket 3 sebanyak 16 orang. "Pengunjungnya sekitar 300 orang saja," sebut Krismono.

Namun kemarin, jumlahnya kembali naik. Hingga Radar Bromo meninggalkan Rutan Kraksaan, jumlahnya sudah 95 warga dikunjungi. Loket 1 sebanyak 62 orang, loket 2 sebanyak 30 orang, dan loket 3 sebanyak 3 orang saja. "Hari ini (kemarin) kembali banyak, bisa lebih 100 warga kami dikunjungi," kata Krismono.

Warga binaan pun senang dapat kunjungan keluarganya. "Bisa mengobati kerinduan pada keluarga. Kan mereka tak bisa salat maupun merayakan (lebaran) di rumah," tutur Krismono.

Jalal, seorang warga binaan, mengatakan, dirinya cukup senang mendapat kunjungan dari keluarganya. Apalagi dengan membawa kabar gembira dari rumah. "Sip, Mas," ujarnya singkat. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179166

Arus Balik, Macet

[ Selasa, 14 September 2010 ]
Penumpang KA dan Bus Meningkat

PROBOLINGGO - Tiga hari setelah lebaran kemarin (13/9) arus balik kian terasa. Jalur Probolinggo-Pasuruan dipadati kendaraan. Terlebih di daerah Tongas, Kabupaten Probolinggo.

Dari pantauan Radar Bromo, kepadatan sudah mulai tampak sekitar pukul 09.00. "Mulai pukul 09.10 kepadatan mulai tampak," jelas Bambang Hermanto, petugas Dishub yang bertugas di Pospam Tambakrejo.

Kendaraan padat dari arah timur. "Kondisi padat merayap mas," ungkap Bambang. Sebaliknya, lajur dari arah barat relatif lengang. "Dari barat lancar, tidak ada kepadatan," tambahnya.

Ada beberapa titik kemacetan di Tongas. Titik pertama di perlintasan Kereta Api (KA) Tambakrejo, lalu di depan rumah makan (RM) Rawon Nguling serta penyebarangan di depan pasar Nguling.

Di perlintasan KA, kondisi jalan menyempit, sehingga kendaraan harus melaju pelan di titik itu. Untuk RM Rawon Nguling, diduga banyak para pengguna jalan yang mampir di RM tersebut, sehingga arus keluar dan masuk ke RM yang membuat kondisi jalan semakin padat.

Sedangkan di penyebrangan pasar Nguling, para pengunjung pasar yang ramai juga menyebabkan kepadatan. "Akitvitas penyebrangan para pengunjung pasar, juga membuat kepadatan arus ini," ungkap Bambang.

Di jalan raya Ngopak, kemacetan juga terjadi di daerah Sedarum Nguling. Antrean panjang hampir setiap pagi terjadi. "Mungkin karena sudah waktunya balik, maka kemacetan terjadi," ungkap Pramono, warga asal Malang yang kemarin balik ke Bali.

Kemacetan sendiri diakui petugas satlantas polres Pasuruan. Menurut petugas kemacetan arus balik memang sudah mulai terasa. "Tapi biasanya kemacetan terjadi di pagi hari. Menjelang siang, macet sudah bisa dikurangi. Biasanya kemacetan seperti ini terjadi sampai H+7 dan itu adalah puncaknya," terang petugas yang ngepos di poslantas Ngopak.

Selain itu, arus balik juga terpantau dari Terminal Banyuangga dan Stasiun KA Kota Probolinggo. Kemarin jumlah penumpang KA meningkat melebihi 100 persen. Di Terminal Bayuangga mengalami peningkatan 5 persen dibanding tahun sebelumnya.

Sunardi, Kepala Dinas Perhubungan (dishub) Kota Probolinggo, mengatakan dibanding hari-hari biasa peningkatan penumpang mencapai sekitar 25 persen. Tapi, bila dibanding tahun lalu peningkatannya hanya sekitar 5 persen saja. "Lebih rame kemarin (Minggu, 12/9). Naik sekitar 5-6 persen," ujarnya.

Sunardi memprediksi, jumlah penumpang akan kembali mengalami peningkatan pada pekan depan. Sebab, waktu itu baru akan banyak para pekerja swasta yang baru balik ke tempat kerjanya. "Karena, biasanya banyak perusahan yang karyawannya yang ambil cuti," ujarnya.

Bila di Terminal Bayuangga masih belum begitu berpengaruh, beda dengan Stasiun KA Probolinggo. Jumlah penumpang mengalami peningkatan sangat drastis. Bahkan sampai lebih 100 persen dibanding hari-hari biasa.

Misalnya, untuk KA Lohgawa jurusan Probolinggo-Surabaya pada Jumat (10/9) lalu jumlah penumpang hanya 57 orang. Pada Sabtu (11/9) melonjak menjadi 254. Pada Minggu (12/9) menurun hanya 106. Dan kemarin (13/9) kembali melonjak mencapai 144. (d7x/fun/rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179165

Apel Hari Jadi, Berbahasa Madura

[ Senin, 13 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Pemkot Probolinggo menggelar serangkaian acara untuk memperingati hari jadi kota ke-651 yang jatuh pada 4 September. Salah satunya adalah gelaran apel hari jadi yang disetting unik.

Karena September ini bersamaan dengan Ramadan, maka apel hari jadi diundur. Apel tersebut bakal digelar pada Senin, 20 September. Yang berbeda, gelaran apel itu nanti menggunakan pengantar bahasa Madura.

Senin (20/9) apel hari jadi bakal digelar di alun-alun Kota Probolinggo sekitar pukul 08.00. Diawali dengan tari-tarian khas pendalungan serta nyanyian dengan iringan korsik berbahasa Madura pula.

"Kami (pemerintah) ingin menunjukkan budaya pendalungan yang selama ini belum terangkat. Orang luar negeri saja mengkaji budaya pendalungan, kenapa kita tidak menunjukkan karakteristik pendalungan itu sendiri," tutur Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo.

Pemkot sudah menetapkan pakaian atau seragam apel hari jadi ke 651 tersebut. Diinstruksikan kepada karyawan dan karyawati untuk mengikuti pelaksanaan apel dengan berbagai ketentuan. Wali kota, wawali dan sekda memakai pakaian adat Madura.

Badan/dinas/RSUD/sekretariat dewan dan bagian mengenakan pakaian adat Madura. Kantor/KPU/kecamatan termasuk kelurahan mengenakan pakaian adat Pendalungan atau Jawa. Khusus peserta perwakilan dari Dinas Pendidikan (guru dan kepala sekolah) pakaian adat Jawa atau kerajaan Tempoe Doeloe.

Perwakilan etnis Tionghoa berpakaian adat Tionghoa dan perwakilan etnis Arab mengenakan pakaian adat Arab. Sedangkan unsur muspida, ketua Pengadilan Negeri (PN) beserta staf mengikuti apel mengenakan adat daerah Jawa Timur, Madura dan Jawa. Sementara pimpinan dan anggota DPRD mengenakan pakaian adat Madura atau Pendalungan.

"Termasuk komunikasi di apel nanti menggunakan bahasa Madura. Karena di Kota Probolinggo ini hampir 60-70 persen ini adalah pendalungan," ujar Tiyok. Ide apel berbahasa Madura ini setelah wali kota diundang ke Blitar, Jawa Timur menghadiri kegiatan Grebek Pancasila. Pelaksanaan apel tersebut kental dengan etnis dan budaya Jawa.

Wali Kota Buchori mencermati proses apel itu kemudian terbersit keinginan menggelar apel tetapi menggunakan bahasa Madura saat hari jadi kota ini. Pasalnya, dengan gaya bahasa daerah lokal tersebut tidak merusak tata cara dalam apel dan selanjutnya bakal jadi ikon kota mangga ini.

Protokoler, pembacaan sejarah Probolinggo, komandan apel, inspektur apel hingga sambutan apel nanti seluruhnya berbahasa Madura. "Tidak menuntut kemungkinan nanti doanya juga bahasa Madura," cetus Tiyok saat ditemui Radar Bromo, Selasa (7/9) lalu.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, pemkot bahkan sampai studi banding ke Blitar, Sumenep, Sampang, Pamekasan dan Bangkalan. Kunjungan itu untuk menggali referensi mengenai bahasa.

"Sementara ini, kondisi nyata di Probolinggo kebanyakan penduduknya dari Pamekasan. Jadi, nanti condongnya ke Pamekasan. Selain itu ada bahasa sendiri-sendiri yang menunjukkan warga sini adalah warga Pendalungan. Kami ingin mengangat sisi budaya dari bahasanya," ungkapnya lagi. Setelah apel, keesokan harinya direncanakan ada sidang paripurna DPRD dalam rangka hari jadi. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179020

Wacanakan Gili Ketapang Masuk Kota

[ Senin, 13 September 2010 ]
PROBOLINGGO - September ini Kota Probolinggo memperingati hari jadinya ke-651.

Di momen ini terungkap rencana-rencana pengembangan kota. Salah satunya soal pemekaran kota. Nah, dalam hal ini ada wacana menjadikan Pulau Gili Ketapang masuk wilayah Kota Probolinggo.

Selama ini Pulau Gili Ketapang menjadi sebuah desa yang masuk Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Dengan pertimbangan-pertimbangan rasional, ada wacana memasukkan Pulau Gili Ketapang ke dalam wilayah kota.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Budi Krisyanto menjelaskan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemkot Probolinggo berkomitmen mengembangkan wilayah selatan. Kemudian mengharmonisasikan wilayah tengah dan mengoptimalkan wilayah pesisir melalui pengembangan pelabuhan dan wisata pantai.

Budi meyakini Kota Probolinggo punya potensi untuk mencapai tujuan negara yang salah satunya adalah menyejahterakan kehidupan bangsa. Ditinjau dari pertumbuhan ekonominya, Kota Probolinggo mencapai angka 5,35. Angka itu berada di atas rata-rata Jawa Timur.

"Artinya Kota Probolinggo mempunyai kontribusi mendongkrak perekonomian di Jawa Timur. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) 74, angka partisipasi kemampuan daya beli termasuk derajat pendidikan, kesehatan dan daya beli sangat tinggi," terang Budi kepada Radar Bromo sebelum lebaran lalu.

Indikator lain potensi Kota Probolinggo ditunjukkan dengan kemampuan fiskal yang relatif meningkat. Setelah PAK (perubahan anggaran keuangan) 2010 kekuatan APBD hingga Rp 551 M. PAD yang sebelumnya Rp 37 M meningkat menjadi Rp 45 M.

Dari perkembangan inilah Kota Probolinggo punya pemikiran rasional, yaitu perlu ada kajian pemekaran wilayah. Luas kota yang sekarang hanya Rp 56 M2 diharapkan bisa dikaji untuk lebih diperluas. Dalam kaitan inilah Pulau Gili menjadi daerah rasional untuk dimasukkan ke wilayah kota.

"Perluasan wilayah untuk mengakomodir warga kabupaten yang mencari nafkah di kota secara insidentil seperti abang becak atau sektor riil lainnya. Misalnya, pemekaran wilayah bisa mengikutsertakan pulau Gili masuk ke wilayah kota," jelasnya.

Bila Gili Ketapang masuk kota, masyarakat Gili akan lebih termudahkan. Misalnya, warga Gili jika memerlukan pelayanan administrasi kependudukan cukup dilayani di Kecamatan Mayangan. Tidak perlu jauh-jauh sampai ke Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo.

"Dalam konteks penanggulangan kemiskinan otomatis bisa mengurangi beban masyarakat di Gili. Konsep pemekaran wilayah ini tidak lepas dari tujuan negara kita. Ini sangat realistis," kata Budi yang mantan kepala DKLH (sekarang BLH) itu.

Budi bilang, wacana ini perlu dilontarkan untuk mengetahui pemikiran masyarakat dilihat dari berbagai sisi. Apabila masyarakat mendukung pasti bakal ada wacana selanjutnya untuk menjadikannya agenda. Tentunya setelah melalui pembicaraan antar kepala daerah, diskusi hingga urusan ke Mendagri.

"Pemikiran ini perlu pengkritisan. Pendapat masyarakat itulah yang akan menentukan langkah yang diambil oleh pemkot. Misalnya nanti masyarakat bilang nanti dulu... ya pemerintah kota akan menahan diri," ucap dia.

Bukan hanya Pulau Gili, perbatasan antara kota dan kabupaten tidak menuntut kemungkinan bakal menjadi lokasi pemekaran wilayah seperti beberapa luas di Dringu, Wonomerto atau Sumberasih.

Sementara, saat dikonfirmasi secara terpisah terkait rencana pemekaran wilayah ini, Wali Kota Probolinggo Buchori menyatakan setuju. Begitu pula dengan wacana masuknya Gili Ketapang ke wilayah kota. "Pulau Gili? Saya setuju. Tetapi perlu pembicaraan awal dengan bupati biar tidak tersinggung," ujarnya.

Buchori juga membenarkan dengan kemampuan fiskal yang semakin meningkat setiap tahunnya, bisa saja Kota Probolinggo memekarkan wilayahnya. Saat ini potensi wilayah ada di bagian utara untuk mangrove dan wisata. Pemkot juga memfokuskan agribisnis serta pengembangan pendidikan dan perkantoran di sisi selatan.

"Kami akan berusaha, mencoba dan melakukan pendekatan. Tentunya perlu ada pembicaraan khusus dengan pemkab agar tidak menjadi polemik," tegas wali kota. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179019

[ Senin, 13 September 2010 ] Cerita Sukses Rizza Bordir Probolinggo di Masa Lebaran

[ Senin, 13 September 2010 ]
Berawal dari Kekaguman pada Tante

Lebaran ini menjadi sumber berkah bagi para pengusaha yang bergerak di bidang fashion. Itu pula yang dirasakan Afiva Toenisaa, wanita Probolinggo yang menggeluti kerajinan bordir sejak 1989 dengan bendera Rizza Bordir.

RIFQI RIVA AMALIA, Probolinggo

PELANGGAN datang silih berganti. Ada yang mengambil pesanan baju, ada pula yang mengambil pesanan mukena. Dan tak sedikit yang tertarik membeli setelah melihat etalase Rizza Bordir yang memajang manekin mengenakan kebaya dengan detil bordir yang cantik.

Salah satu karyawan Rizza Bordir dengan telaten menunjukkan koleksi yang bisa dipilih pelanggan. Meski tak sebanyak biasanya, sejumlah pelanggan tetap memilih dengan antusias. Afiva Toenisaa pemilik Rizza Bordir sesekali ikut menemui pelanggan bila karyawannya terlihat kewalahan.

Ketika Radar Bromo datang ke butik yang terletak di Jl Soekarno Hatta Kota Probolinggo sebelum lebaran lalu, Afiva yang akrab dipanggil dengan sebutan Bu Yunan menyambut dengan ramah. Afiva sebenarnya enggan kisahnya dikorankan. Namun, dengan tujuan untuk memberi motivasi dan inspirasi bagi yang lain, Afiva akhirnya setuju.

Ketertarikan Afiva Toenisaa pada bordir berawal dari kekagumannya pada tantenya yang sukses membawa produk bordirnya hingga ke mancanegara. Ia pun tak membuang kesempatan untuk belajar langsung dari ahlinya.

"Sejak kecil saya sangat mengagumi tante saya, Asfiyah yang dulunya memiliki Sari Indah. Dari beliau saya belajar bagaimana caranya membordir hingga membuat pola. Setelah menguasai ilmunya, lantas saya dipercaya untuk mengerjakan pesanan yang datang," kisahnya.

Rupanya Asfiyah puas dengan hasil kerja Afiva, sehingga Afiva diciprati order bordir secara rutin. Namun, Afiva tak puas hanya dengan memenuhi pesanan yang datang, ia mulai berpikir untuk menciptakan pola bordir sendiri.

Bila produk tantenya diciptakan untuk pasar luar negeri, Afiva mereka-reka produk yang cocok untuk pasar dalam negeri. Akhirnya terciptalah kebaya dengan detil bordir yang mencerminkan identitasnya. Setelah jadi, ia pun nekat menawarkan kretifitasnya ke Sarinah, salah satu pusat perbelanjaan terkemuka di Malang.

Tak dinyana, koleksinya laku di pasaran. Afiva pun mulai terpacu dan percaya diri untuk mengembangkan produk-produknya yang lain. Karena kemampuan membordirnya sudah berkembang, lantas ia digandeng pihak dinas tenaga kerja untuk memberikan pelatihan bagi 70 anak putus sekolah. Dari 70 anak yang ia latih tersebut Afiva mengajak beberapa anak untuk membantunya mengembangkan produk.

Sedikit- demi sedikit usaha yang Afiva rintis mulai berkembang. Afiva yang kebetulan bersuamikan seorang PNS memasarkan dagangannya melalui anggota dharma wanita. Kerj asama dengan Sarinah tetap berlanjut dan mulai merambah ke toko-toko lain.

"Kemudian melalui promosi mulut kemulut produk kami mulai dikenal. Disamping itu kami mulai rajin ikut pameran baik yang diselenggarakan di Indonesia maupun di negara tetangga seperti Malaysia, Siangapura dan Brunei. Alhamdulillah di negeri serumpun itu produk kami sangat diminati," tuturnya.

Alhasil produknya yang semula hanya beberapa jenis kini telah berkembang menjadi puluhan produk mulai dari kebaya, busana muslim, busana pengantin, mukena hingga taplak meja. Omsetnya pun mencapai puluhan juta rupiah.

"Produk kami berkembang menjadi produk yang eksklusif. Pasalnya selain tidak diproduksi secara masal, dibutuh waktu lama untuk membuat satu produk. Karena itu pada lebaran kali ini kami mempersiapkan orderan sejak 4 bulan sebelumnya," terangya.

Dengan pengerjaan satu baju selama 4 hari, pantas kiranya jika Afiva berusaha memenuhi order yang berjumlah ratusan potong sejak jauh-jauh hari. "Selain datang dari pelanggan lokal, pesanan datang dari Kalimantan, Bali hingga Batam. Sebagian besar dari mereka memesan baju dengan harga 300 ribu hingga 1 juta," terangnya.

Selain baju, produk lain yang penjualannya moncer di musim lebaran ini adalah mukena. "Sebenarnya kami bisa memenuhi orderan pada tingkat harga yang cukup terjangkau, yaitu di kisaran Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Namun kami melihat pelanggan yang datang sudah begitu menghargai brand image kami. Sehingga mereka cenderung memesan baju atau mukena yang harganya ratusan ribu rupiah," jelas pengusaha yang menjual mukena kreasinya mulai dari harga Rp 50 ribu hingga Rp 1 juta ini.

Afiva dengan Rizza Bordir-nya kini dibantu oleh 35 karyawannya yang dibagi dalam tiga divisi, bordir, jahit dan payet. "Untuk detil bordir, kami mengawasi secara langsung agar kualitas yang diinginkan pelanggan terpenuhi," jelas wanita berkerudung ini.

Untuk urusan disain dan pola baju atau bordir Afiva mengaku membebaskan karyawannya untuk menciptakan pola dan desain baru. Langkah ini ia tempuh agar inovasi produknya tetap berjalan. "Meski produk kami sudah berkembang banyak, kekhasan kami, yaitu kebaya bordir masih menjadi komoditi utama yang laris di pasaran," ujarnya. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179016

PDIP dan Hanura Bersikap Tegas

[ Senin, 13 September 2010 ]
Larang Kadernya Aktif di Nasdem

PROBOLINGGO - Mulai menggeliatnya ormas Nasional demokrat (Nasdem) di tingkatan lokal nampaknya tidak menjadi ancaman bagi beberapa parpol yang sudah eksis di Kabupaten Probolinggo. Kebanyakan parpol welcome saja, dan tidak melarang kadernya gabung Nasdem. Hanya PDIP dan Hanura yang menyatakan sikap tegasnya.

Ketua DPC PDIP Timbul Prihanjoko mengatakan, DPC akan menjalankan instruksi lembaga di atasnya (DPP). "Kalau dari DPP sudah memutuskan, DPC wajib mengamalkannya," kata Joko, sapaan Timbul Prihanjoko.

Seperti diketahui, DPP PDIP jauh-jauh hari telah mewanti-wanti kadernya untuk bergabung dengan Nasdem dengan alasan apapun. Nah, Timbul yakin kalau keputusan partai tersebut bakal dipatuhi oleh kader-kader PDIP di DPC Kabupaten Probolinggo.

"Masuk partai itu merupakan kesadaran dari tiap individu. Jadi saya rasa teman-teman seperjuangan di PDIP bakal melaksanakan amanah partai itu. Tidak perlu dipaksa atau ditakut-takuti agar mereka mematuhi instruksi partai," jelas pria yang juga menjadi wakil ketua DPRD setempat itu.

Namun secara pribadi, Joko mengakui partainya tidak bisa membatasi keinginan individu. Sebab menilik dari UU, setiap warga juga punya hak berserikat dan berkumpul. "Yang jelas nanti akan kelihatan. Kalau sanksi otomatis ada, karena itu aturan dari pusat," bebernya.

Sikap tegas juga diberlakukan DPC Hanura Kabupaten Probolinggo. Partai baru yang sudah mempunyai fraksi sendiri di DPRD itu menegaskan kalau kader Hanura harus setia pada partainya. "Kader Hanura harus setia pada partainya. Bagi yang tetap mbalela, silahkan menyebrang ke Nasdem," ujar Kasiono, ketua DPC Hanura Kabupaten Probolinggo.

Menurut Kasiono, sedianya tidak ada alasan bagi kadernya untuk bergabung di Nasdem. Sebab di Hanura sendiri sudah banyak lembaga sayap yang bergerak di bidang kemasyarakatan.

"Lembaga sayap partai itu disediakan untuk menampung minat kader partai dalam bidang-bidang tertentu termasuk kemasyarakatan. Tetapi kalau tetap ada yang ikut nasdem, ya silahkan. Tetapi saya yakin teman-teman seperjuangan Hanura adalah kader yang setia," tutur Kasiono.

Berbeda dengan dua partai tersebut, DPC PKB Kabupaten Probolinggo nampaknya masih belum menentukan sikap. Di jajaran pusat DPP memang sudah memberikan instruksikan kader PKB untuk tidak bergabung di Nasdem.

Namun DPC masih belum berani memberi keputusan. "Sekarang ini DPC PKB masih dalam masa transisi usai gelar muscab. Kepengurusan baru belum terbentuk. Jadi saya masih belum bisa beri komentar," tutur salah satu sumber kuat di jajaran petinggi DPC PKB.

Sementara itu beberapa partai besar lainnya mengaku tak terlalu mempermasalahkan keberadaan Nasdem. DPC PPP misalnya yang mengaku tak terlalu mempermasalahkan keberadaan Nasdem.

"Nasdem itu kan bukan partai politik. Itu (Nasdem) kan ormas (organisasi kemasyarakatan). Jadi DPC tidak bisa mencegah kader untuk aktif di Nasdem," kata Mahdi, ketua DPC PPP.

Terlebih menurut Mahdi, sampai sejauh ini DPC juga masih belum menerima surat petunjuk dari DPP terkait dengan pelarangan kader PPP untuk bergabung di Nasdem. "Sampai saat ini masih belum ada instruksi dari pusat. Jadi masih belum ada larangan," kata pria yang juga menjadi anggota DPRD Jatim ini.

Hal yang sama juga diungkapkan Wahid Nurahman, ketua DPD Golkar. Menurut Wahid, sampai sejauh ini partainya masih belum menerima surat instruksi atau petunjuk dari pusat terkait soal larangan kader untuk aktif di Nasdem. "Karena saat ini belum ada surat dari pengurus pusat yang melarang kader Golkar ikut Nasdem, jadi belum bisa berkomentar," katanya.

Cuma yang jadi acuan Wahid adalah UU yang menyebutkan kalau kebebasan berserikat dan berkumpul juga dijamin oleh negara.

Bila beberapa partai masih abu-abu, DPC PKNU justru sebaliknya. Partai sempalan PKB tersebut terang-terangan menyambut Nasdem di Kabupaten Probolinggo. "PKNU welcome saja," kata Dedy Suyanto, ketua DPC PKNU.

Menurut Dedy, tidak alasan bagi DPC PKNU untuk melarang kadernya aktif di Nasdem. Sebab saat ini ketua DPP PKNU Choirul Anam juga tercatat sebagai pengurus Nasdem. "Cuma harus bisa membuat prioritas. Jangan sampai aktifitas di partai terbengkalai," bebernya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179015