Senin, 20 September 2010

Sosialisasi setelah Fisik 50 Persen

[ Minggu, 19 September 2010 ]

Soal Pembangunan Dua Rusunawa Baru

PROBOLINGGO - Proses pembangunan rusunawa di Jl Brantas dan Jl Raden Fatah Kota Probolinggo bakal dimulai pekan depan. Ketika bangunan fisik mulai berjalan, pemkot tengah mempersiapkan langkah administrasi serta sosialisasi bagi calon penghuninya.

Kabid Aset di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Rachmadeta Antariksa didampingi Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo menjelaskan, pemkot bisa membangun rusunawa lagi lantaran dinilai berhasil dengan Rusunawa Bestari. Diketahui, Rusunawa Bestari berlokasi di kawasan jalan lingkar utara (JLU).

"Terbukti dengan banyaknya waiting list di rusunawa Bestari. Masyarakat banyak yang mendaftar, jika di sana (Bestari) sudah kosong, mereka berharap diberi tempat. Sekarang mereka mau masuk lagi kesulitan karena sudah penuh 96 KK (kepala keluarga)," ujar Deta- panggilan Rachmadeta.

Pihaknya menyangkal jika ada tempat kosong di rusunawa Bestari. Bila ada unit yang tutup atau tidak ada orang, lanjut Deta, bukan berarti unit tersebut kosong. Ada beberapa dari penghuni yang berprofesi sebagai sopir atau nelayan jadi jarang berada di rumah.

"Aset selalu melakukan evaluasi. Tidak mungkin tidak ada penghuninya. Waiting list rusunawa MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) akan diproyeksikan ke rusunawa yang baru (Jl Raden Fatah)," tuturnya.

Deta menegaskan, sampai saat ini penghuni di rusunawa Bestari belum dikenakan tarif sewa hunian. Pemberlakukan sewa baru akan dimulai pada Januari tahun 2011 mendatang. Kebijakan menggratiskan sewa selama satu tahun pertama di rusunawa Bestari merupakan keputusan dari wali kota.

Kebijakan waktu itu, rusunawa tersebut diproyeksikan untuk relokasi warga di tiga titik yaitu eks rel KA di Mangunharjo, TPA (tempat pembuangan akhir) dan kali banger. Pemkot masih belum membahas mengenai tarif sewa, diperkirakan pembahasan bakal dilakukan bulan depan.

Dasar pemerintah menentukan tarif sewa itu harus diatur dalam perda (peraturan daerah). Pembahasan perda nantinya melibatkan pihak legislatif. "Nanti jadi satu dalam pembahasan perda retribusi. Tunggu saja hasil raperdanya, sekarang saya belum tahu berapa tarifnya," jelas Deta.

Pasalnya, kebijakan gratis di tahun pertama tidak diberlakukan di dua rusunawa yang bakal dibangun. Ketika rusunawa selesai dibangun dan siap ditempati, saat itu juga penghuni yang menempati rusunawa kena tarif sewa.

Pendaftaran menjadi calon penghuni rusunawa sama seperti rusunawa Bestari. Bedanya, untuk rusunawa di Jl Brantas yang dikhususkan buruh pabrik, tim pemkot bakal menyosialisasikan hingga ke perusahaan-perusahaan.

Seperti diketahui, rusunawa MBR persyaratannya cukup dengan surat keterangan dari kelurahan dan kecamatan yang menyebutkan orang tersebut tidak memiliki rumah. Tentunya didukung dengan bukti autentik sesuai persyaratan yang dibutuhkan. Bagi buruh juga disertai surat dari perusahaan tempatnya bekerja.

"Khususnya bagi warga kota (MBR dan buruh pabrik) yang tidak memiliki rumah. Sosialisasi memang belum kami laksanakan. Tunggu pembangunannya sudah 50 persen baru ada sosialisasi. Dana untuk sosialisasi sudah tercover di bagian pemerintahan," ucapnya kepada Radar Bromo.

Belajar dari sosialisasi rusunawa Bestari sebelumnya, tim bakal gencar melakukan sosialisasi ke tingkat kelurahan bahkan ke tingkat RT atau RW. Sebab, pengalaman lalu banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang program rusunawa karena sosialisasi agak kurang mengena.

Sasaran sosialisasi ini di wilayah yang perekonomian masyarakatnya minus. "Tidak menuntut kemungkinan akan menjangkau ke seluruh kota. Waiting list itu tidak serta merta langsung masuk tetapi tetap ada proses seleksi. Intinya pemkot sangat optimis dengan rusunawa bagi pekerja (buruh pabrik) karena lokasinya strategis dan akses jalan bagus," pungkas Deta. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179903

Gunung Bromo pun Ramai Wisatawan

[ Minggu, 19 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Gunung Bromo tetap menjadi salah satu destinasi wisata di masa liburan lebaran ini. Kemarin (18/9) ramainya kunjungan wisata di Gunung Bromo jelas terlihat.

Dari pantauan Radar Bromo kemarin praktis tidak ada jeep (hartop) wisata yang sampai antre menunggu penumpang. Artinya, semua armada pengangkut wisatawan di kawasan lautan pasir Gunung Bromo itu telah laku disewa penumpang.

Keramaian wisatawan juga terlihat dari banyaknya kendaraan yang parkir di sekitar Ngadisari dan Cemorolawang. Maklum, setelah diberlakukan peraturan mobil pribadi dilarang turun ke lautan pasir, maka semua mobil (kecuali jeep) harus parkir di atas.

Kemarin saat masih sekitar pukul 05.30 parkiran jeep dan sepeda motor di lautan pasir belum begitu ramai. Beberapa saat kemudian banyak kendaraan yang turun dari Penanjakan, Kabupaten Pasuruan.

Setelah menyaksikan sunrise di Penanjakan, wisatawan mancanegara atau nusantara banyak yang langsung turun ke lautan pasir lalu mendaki Bromo. Tapi, tidak sedikit dari wisatawan yang memilih langsung ke Bromo sambil melihat sunrise.

Tidak semua wisatawan datang ke Bromo untuk menaklukkan lautan pasir dan ratusan anak tangga hingga mencapai kawah. Langkah mereka ada yang terhenti sampai di pura saja. Sambil menunggu keluarga yang naik ke kawah, pedagang menu "lautan pasir" jadi jujugan.

Perut kosong tidak menjamin bisa mencapai ke puncak kawah. Beberapa wisatawan justru sengaja mampir ke pedagang sebelum melanjutkan perjalanannya. "Wah.. Ini dia dewa penyelamat kita. Ayo isi perut dulu buat naik tangga ntar," celetuk seorang wisatawan asal Jawa Barat.

Pria itu tidak sendirian. Ia bersama keluarga besarnya. Dua pedagang yang berbekal dingklik dan menu sederhana pun diserbu. Yang menjadi favorit adalah tahu isi, mie instant dan nasi pecel. Menikmati menu di tengah hamparan "pasir berbisik" setidaknya ada kesan tersendiri.

"Gue udah kagak kuat. Lo aja deh naik ke sana. Gue ma nyerah. Bu, mau dong kopinya satu. Ini mie direbus atau diseduh? Kalau direbus, aku mau juga satu aja," ujar Yuliana, wisatawan nusantara asal Jakarta ke temannya kemudian memilih duduk di warung sederhana itu.

Yuliana mengatakan kalau dirinya sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan sampai ke kawah. Dia mengaku tidak bisa membayangkan capeknya. Ditawari naik kuda, Yuliana justru takut. Diakuinya jika kemarin adalah kunjungan pertamanya ke Bromo. Dia ikut rombongan wisata dari Jakarta. "Biar dah, di sini aja ama nunggu yang pada turun," kata perempuan dewasa itu.

Pedagang menu lautan pasir pun dibuat sibuk. Begitu banyak peminat yang menyerbu dagangan mereka. Tahu isi penuh mengisi wadah malah habis tidak sampai setengah jam. "Ramainya sudah seminggu ini. Kalau sekarang (kemarin) sudah sedikit sepi," ucap salah satu pedagang.

Makin siang justru semakin banyak wisatawan yang berdatangan. Jumlahnya makin bertambah dan bikin antrean tangga mengular. Wisatawan berbondong-bondong menuju ke tangga melewati laut pasir dan tebing bebatuan.

Ramainya pengunjung Bromo ternyata tidak lepas dari pantauan Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo. Kepala Disbudpar Tutug Edi Utomo membenarkan jika menu tahu dan nasi -dia menyebutnya menu laut pasir- memang pas dengan selera wisatawan.

Soal ketentuan jeep dan kuda memakai voucher (antre) diarahkan oleh pemkab untuk memuaskan wisatawan. Seandainya jumlah wisatawan melampaui jumlah calon penikmat jeep, maka kuda menjadi alternatif kebijakan dua kali antar tetapi tidak mengurangi paket dasar "antar jemput" dari lokasi awal.

"Kami sudah memprediksi hari ini (kemarin) bakal banyak pengunjung. Dan, kami sudah antisipasi bersama paguyuban jeep, kuda, hotel dan pelaku usaha wisata lainnya. Kami bahkan sudah menyiapkan kata-kata khusus welcome to Bromo, sugeng rawuh wonten Bromo," jelas Tutug saat dihubungi kemarin.

Dari data yang terekap di Disbudpar, mulai tanggal 9-17 September jumlah pengunjung didominasi oleh wisatawan nusantara. Jumlah wisatawan mancanegara maksimal 60 orang per harinya.

Sementara wisatawan nusantara hampir seribu pengunjung. Hotel di Bromo sejak hari raya sampai kemarin pun full booked. "Hanya beberapa saja yang tersisa kamarnya. Hotel Ucik saja full booked lho..," tuturnya berpromosi.

Tutug menambahkan, apresiasi wisatawan ini berkat kerja keras para pelaku usaha wisata yang terobsesi mewujudkan konsep rebranding. Bahwa Bromo tidak hanya indah sunrisenya saja tapi ada beragam daya tarik alam lainnya termasuk budaya.

"Kami terus berupaya memajukan Bromo dan memanjakan wisatawan dengan menggelar event-event menarik. Misalnya jazz gunung, festival tengger, festival rawon, gebyar reog, jelajah budaya hingga menyiapkan desa wisata dan lainnya," ucap Tutug bersemangat. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179902

Digendam di Apotek

Minggu, 19 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Aksi gendam kembali mengusik ketenangan warga Probolinggo, Jumat (17/9) lalu. Korbannya adalah Sariyah, 53, warga Desa Pabean Kecamatan Dringu. Ia digendam saat hendak menebus obat di apotek Jati Mas di Jl Gatot Soebroto Kota Probolinggo.

Sariyah sungguh sial. Perhiasan emasnya berupa sebuah kalung seberat 25 gram dan cincin emas seberat 3 gram amblas disikat pelaku.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, saat itu sekitar pukul 10.00, korban hendak membeli obat di apotek tersebut. Ketika akan masuk ke dalam apotek, tiba-tiba korban didatangi orang yang tak dikenal.

Kepada Sariyah orang tersebut menanyakan jalan menuju Desa Jorongan Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Tanpa curiga, Sariyah menunjukkan jalur yang harus ditempuh orang tersebut. "Tingkahnya menyakinkan, kalau orang itu (pelaku) memang tidak tahu jalan," ujar salah seorang sumber di kepolisian.

Entah kenapa, lalu pelaku mencecar dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan lainnya. Akibatnya, Sariyah mengaku merasa kebigungan dengan pertanyaan-pertanyaan pelaku. Bahkan, pada akhirnya Sariyah manut begitu saja ketika dia diajak masuk ke dalam mobil pelaku. "Katanya, mobilnya Toyota Avanza warna hitam," jelas sumber tersebut.

Nah, ternyata di dalam sebuah mobil itu sudah ada beberapa orang pelaku lain yang siap beraksi. Salah seorang diantaranya berpenampilan seperti kiai dengan memakai sorban. "Ya, hanya penampilanya saja yang seperti kiai," lanjut sumber tersebut.

Di dalam mobil itu, Sariyah juga ditanyak untuk apa ia membeli obat. Tentu saja, Sariyah menjawab kalau hendak diminumkan kepada keluarganya yang sakit. Mendapati jawaban itu, seorang pelaku yang macak layaknya kiai itu menyatakan kalau dirinya bisa dan siap mengobati keluarganya itu.

Tapi, itu semua ada syaratanya. Kiai palsu itu pun mengatakan sayarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi Sariyah. Salah satunya, yakni Sariyah harus membuka semua perhiasan yang dipakainya.

Sariyah yang sudah masuk perangkap pelaku tidak mampu berbuat banyak. Kesadarannya seakan-akan hilang begitu saja. Tanpa sadar, Sariyah melepas kalung dan cincin yang diminta pelaku sebagai tebusan untuk mengobati sakit keluarganya. "Mungkin sudah termakan omongan pelaku," jelasnya.

Begitu semua perhiasannya diberikan, pelaku meminta Sariyah keluar dari mobilnya. Lagi-lagi, Sariyah menurut tanpa perlawanan. Bahkan, ketika para pelaku itu meninggalkan Sariyah begitu saja di pinggir jalan.

Namun tak lama kemudian, Sariyah sadar kalau dirinya menjadi korban gendam. Sariyah pun berusaha mencari pelaku, tapi jejaknya sudah tidak ada. Lalu, Sariyah mendatangi SPK (Sentra pelayanan kepolisian) Polresta Probolinggo. Sariyah melaporkan peristiwa yang telah menguras semua perhiasanya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179899

Nelayan Kesal Penggunaan Trawl

[ Minggu, 19 September 2010 ]

TONGAS - Nelayan di pesisir kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo dibuat kesal oleh penggunaan jaring jenis trawl. Jaring tersebut kini masih banyak digunakan oleh para nelayan dari luar Probolinggo.

"Nelayan dari Pasuruan yang banyak pakai jaring itu," kata Timbul, seorang nelayan asal Dusun Jalit, Desa Tongas Wetan Kecamatan Tongas kepada Radar Bromo. Menurutnya, yang memakai jaring trawl tidak hanya satu dua nelayan. "Ada ratusan yang beroperasi di sini (Tongas)," ujar Timbul kesal.

Menurutnya, penggunaan jaring jenis ini tidak hanya sangat merugikan para nelayan tradisional. Tapi juga berbahaya bagi kelangsungan ekosistem laut. "Penggunaan trawl itu merusak terumbu karang," ujar Timbul.

Sayang, walau tahu masih ada banyak yang menggunakan trawl, nelayan Tongas tak bisa berbuat banyak. "Jumlah mereka terlalu banyak," kata Markasan, salah satu nelayan sekaligus pengepul rajungan di Tongas. "Kami ini hanya rakyat kecil. Nanti kalau bertindak, takutnya terjadi kekerasan fisik," lanjutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi menyatakan sudah menindaklanjuti keluhan nelayan Tonga situ. "Sudah saya layangkan protes ke pihak DKP Pasuruan," jelasnya.

Tidak hanya itu, DKP Provinsi Jatim bareng DKP Pasuruan dan Probolinggo menurut Dedy juga akan turun langsung ke lapangan. "Selain itu, pihak Polairud (Polisi Air dan Udara) juga akan dilibatkan dalam masalah penertiban nelayan yang menggunakan jaring jenis trawl ini," terangnya.

Dedy menyatakan, yang dikeluhkan nelayan Tongas ini sebenarnya bukan kali pertama terjadi. "Memang sering terjadi, Mas," ungkapnya.

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179897

Ramai di TWSL sampai Madakaripura

[ Minggu, 19 September 2010 ]

Ada Tempat Wisata Baru di Lumbang

PROBOLINGGO - Di Probolinggo tempat wisatanya tidak hanya Gunung Bromo. Di wilayah kota ada TWSL alias kebun binatang mini. Di kabupaten juga ada air terjun eksotik Madakaripura dan tempat wisata yang terbilang baru dikembangkan: Tirto Ageng. Nah, kemarin tempat-tempat wisata itu sama ramai pengunjung.

Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) yang terletak di Jl Basuki Rahmad, masih menjadi jujugan wisatawan di penghujung liburan lebaran ini. Pengunjung datang berduyun-duyun menyaksikan berbagai koleksi satwa. Termasuk yang paling banyak dapat perhatian adalah singa Afrika dan ular cobra Damarwulan.

TWSL tetap ramai kunjungan walau pengelola tak menyediakan hiburan tambahan. Kepala UPT IPLH (Informasi dan Pendidikan Lingkungan Hidup) TWSL Fitriawati mengatakan, sebenarnya pihaknya ingin sekali memberikan sajian istimewa kepada para pengunjung. Tapi, itu masih terkendala oleh anggaran. "Tidak ada hiburan khusus, kami masih terkendala anggaran," ujarnya kemarin.

Ini berbeda dengan tahun lalu. TWSL masih bisa memberi hiburan tambahan kepada pengunjung. Itu karena tahun lalu terjalin kerja sama dengan pihak swasta. Yakni, salah satu operator telepon seluler. "Mungkin tahun depan, kami akan kerja sama dengan pihak swasta," ujar Fitri.

Di Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo, ada dua tempat wisata yang kemarin juga jadi sasaran pengunjung. Yakni air terjun Madakaripura dan pemandian alam Kali Geda yang dijuluki tempat wisata Tirto Ageng.

Sebetulnya, tempat pemandian alam ini sudah ada sejak lama. Hanya saja baru di tahun ini tempat tersebut dikembangkan sebagai tempat wisata oleh masyarakat setempat. Dan terhitung baru kemarin Tirto Ageng di-launching.

"Ya, hari Ini (Sabtu, 18/9) kami launching tempat wisata terbaru di kabupaten Probolinggo," terang Kusnadi, ketua LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Tirto Ageng. Hadirnya tempat wisata itu merupakan bentuk harapan masyarakat lumbang sendiri.

Tempat wisata Tirto Ageng tersebut dikelola oleh LMDH wilayah Lumbang. Terbentuknya LMDH Tirto Ageng semenjak tahun 2007 lalu, namun baru tahun ini tempat wisata itu terealisasi.

Selama 3 tahun terakhir, pihak LMDH berupaya merealisasikan tempat wisata tersebut. "Tiga tahun kami berupaya terus, sekarang baru bisa terealisasi," ujar Kusnadi. Terbentuknya tempat wisata itu atas kerjasama LMDH dengan berbagai pihak, diantaranya adalah Perhutani dan Investor.

Tempat wisata seluas 12,2 hektare yang dimiliki Perhutani tersebut akan segera didirikan beberapa fasilitas penunjang. Di antaranya adalah, water boom, kolam pancing, lesehan ikan bakar, teras food, out bond, panggung seni, wisata religi serta wisata edukatif.

Nah, saat di-launching kemarin Tirto Ageng langsung dipadati pengunjung. Bahkan sampai tembus angka 3 ribu. Mereka dikenai biaya masuk sebesar 5 ribu rupiah perorang. Acara tersebut digelar selama dua hari, sampai hari ini.

Sementara itu, keramaian kunjungan wisata juga terlihat di air terjun Madakaripura yang juga berlokasi di Lumbang. "Hari ini juga lumayan ramai," terang Imam Solikin, salah satu penjaga portal di Madakaripura.

Menurutnya, keramaian kunjungan sudah terjadi sejak jatuhnya hari raya Idul Fitri pekan lalu. Sebagian besar pengunjungnya adalah warga Probolinggo sendiri. Selebihnya baru warga dari luar Probolinggo.

Tapi, menurut Imam, jumlah pengunjungnya sebenarnya tak seramai tahun lalu. Bahkan, kondisi keramaian saat itu membuat petugas sampai kewalahan. (rud/d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179896

Siap Apel Hari Jadi

[ Minggu, 19 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Persiapan menjelang apel hari jadi Kota Probolinggo ke 651 tahun semakin mantap saja. Tidak sekedar membahas konsep, tetapi kali ini pegawai, pejabat hingga muspida kota disibukkan dengan hunting pakaian yang bakal dipakai saat apel.

Ketentuan pakaian apel dengan pengantar bahasa Madura ini sudah diumumkan. Apel dilaksanakan Senin (20/9) di alun-alun sekitar pukul 07.00. Pakaian peserta apel adalah pakaian adat Madura 70 persen sisanya pakaian adat Jawa, Pendalungan, Cina dan Arab. Ratusan peserta juga telah ditentukan jenis pakaian apa yang harus dikenakan saat apel.

Peserta yang berpakaian Madura adalah petugas apel, korsik, pimpinan unit kerja, muspida plus, badan/dinas/RSUD/sekwan dan bagian, polresta, Kodim, Zipur 10. Pakaian Jawa/Pendalungan dipakai kantor, kecamatan, sekretariat KPU. Khusus guru dan kepala sekolah pakaian Jawa, tempo dulu dan pakaian Madura.

Untuk etnis Tionghoa berpakaian ada Cina, etnis Arab memakai jubah dan etnis jawa tentunya memakai pakaian Jawa. Bagi FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) memakai pakaian keagamaan masing-masing.

Bertindak sebagai komandan apel Sekretaris DPRD Abdul Hadi Sawie jadi komandan apel, Lurah Kareng Lor Wahyu Hariadi menjadi pembawa acara. Inspektur Wali Kota Buchori sedangkan wakil inspektur Kepala Inspektorat Haryono Santoso.

Undangan yang menggunakan bahasa Madura juga sudah disebarkan. "Sudah disebarkan mulai Kamis (16/9)," ucap Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo. Kesiapan apel dengan bahasa Madura ini sudah tinggal pelaksanaan. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179895

Hunting sampai ke Madura

[ Minggu, 19 September 2010 ]

Persiapan kostum adat juga menjadi perhatian bagi pegawai di lingkungan pemkot untuk apel hari jadi. Jumat (17/9) lalu misalnya, Kasubag Protokol di Bagian Humas dan Protokol Deus Nawandi sedang mendistribusikan pakaian adat Madura ala Sakera kepada para staf.

Properti yang dibagikan berupa kaos lorek merah putih dan udeng. Sedangkan pesa' (seperti dobelan hitam) dan celana hitam masih dijahit. "Ini pesannya sampai ke Madura karena di sini kebanyakan sudah habis. Waktu ada teman mudik ke Madura langsung nitip," kata Deus.

Deus membenarkan jika pakaian tersebut dibagikan waktu hari itu. Sedangkan pesa' dan lainnya masih menunggu. Untuk pegawai perempuan juga memakai Marlena'an, pakaiannya tidak beli tapi pesan ke tukang jahit. "Nanti (saat apel) juga pakai brengos," cetusnya.

Ketua DPRD Kota Probolinggo Sulaiman juga sedang sibuk menyiapkan kostum Sakera yang bakal dipakainya besok (20/9). Sulaiman beli sendiri, nitip temannya di Madura setelah mendapat informasi kalau memakai pakaian adat Madura.

"Sudah siap dengan cluritnya sekalian. Pakaian sudah, ok. Ada pesa', udeng, kaos lorek. Nanti (kemarin) mau cari sandal, biasanya dari bahan ban itu. Kalau clurit saya pinjam. Sekarang yang masih mencari itu kumisnya. Mudah-mudahan besok (hari ini) sudah ada," harapnya. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179894

Telat 15 Menit, Kembalikan Tiket

[ Minggu, 19 September 2010 ]

PROBOLINGGO- Kesabaran para penumpang Kerata Api (KA) di Stasiun Kota Probolinggo, diuji. Pasalnya, setiap KA yang mereka tunggu-tunggu selalu datang terlambat dan penuh penumpang. Ternyata, ada penumpang yang tidak sabar dan memilih mengembalikan tiketnya.

Kemarin (18/9), setidaknya ada 13 orang yeng mengembalikan tiket. Mereka adalah sebanyak 12 orang penumpang KA Logawa dan 1 orang penumpang KA Sri Tanjung. "Alasannya karena tidak menemukan tempat duduk dan kereta datangnya telat," ujar Ridwan salah seorang petugas loket di stasiun KA Probolinggo.

Padahal, KA Logawa yang mereka tunggu hanya telah 15 menit. Tidak seperti pada (16/9) lalu, yang telat hingga 6 jam. Sedangkan KA Sri Tanjung, kemarin (18/9), telat hingga 2,5 jam. "Biasanya datang pukul 11.00, baru datang sekitar pukul 13.30," ujar Ridwan.

Dan, yang lebih parah lagi adalah KA Tawangalun yang semestinya tiba pukul 10.00, sampai sekitar pukul 14.00 belu belum juga datang. Sehingga, pihak stasiun Probolinggo tidak menjual tiket KA tersebut. Alasannya, KA-nya datang terlambat. "Katanya, lokomotifnya mati," jelas Ridwan.

Meski demikian, antusiasme pemudik untuk menumpang KA masih cukup tinggi. Buktinya, kemarin Probolwangi jumlah penumpangnya mencapai 112 orang, itu mengalami kenaikan dibanding Jumat (17/9) lalu, yang hanya 92 orang.

Begitu juga dengan penumpang KA Logawa, dari 111 orang pada Jumat (17/9) lalu, kemarin (18/9) mencapai 156 orang. Tapi, ada penurunan pada penumpang KA Sri Tanjung, pada Jumat (17/9) lalu ada 25 penumpang, kemarin (18/9) hanya 13 orang saja. "Kalau (KA) Tawangalun belum kami jual, karena keretanya telat dan belum ada kepastian," jelas Ridwan.

Ridwan memperkirakan, jumlah penumpang akan terus mengalami lonjakan hingga hari ini (19/9). Oleh karena itu, sampai kemarin (18/9) pihak PJKA masih tetap memerlakukan penambahan rangkaian gerbong. Dari yang sebelumnya hanya 6 menjadi 10-11 rangkaian gerbong. "Itu (penambahan rangkaian gerbong), selama masa liburan saja," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179893

Arus Balik Masih Normal

[ Minggu, 19 September 2010 ]

TONGAS - Lebaran Idul Fitri sudah sepekan berlalu. Arus balik yang terpantau di jalan raya Tongas Probolinggo kemarin (18/9) terbilang masih normal. Kepadatan arus tak sampai mengakibatkan kemacetan luar biasa.

Dari pantauan petugas Pospam Tambakrejo, Tongas, kondisi arus balik baik masuk maupun keluar dari Probolinggo lancar. "Kondisi arus balik normal dan terkendali," jelas AKP Endro Arbianto, kasubag personel polres Probolinggo yang saat itu bertugas sebagai Kepala Pospam.

Normalnya arus balik sampai saat ini diperkirakan karena sudah pemudik yang kembali pada H+2 dan H+3 lebaran. Itu bertepatan dengan habisnya masa libur lebaran bagi para pegawai pemerintahan.

Walupun arus balik normal, tetap saja ada penumpukan kendaraan di beberapa titik kemacetan. Di Tongas, titik kemacetan bisa terlihat di perlintasan rel KA Tambakrejo serta rumah makan Nguling.

Diperlintasan KA, kondisi jalan memang menyempit. Hal itu membuat kendaraan harus memperlambat laju kendaraannya. Sedangkan di RM Nguling disebabkan membludaknya pengunjung RM tersebut.

"Di rel KA dan RM rawon Nguling titik kepadatan di Tongas," ujar AKP Endro. Kepadatan paling banyak terlihat di depan RM Nguling, sedangkan di rel KA tidak tampak terlalu banyak penumpukan kendaraan.

Sementara, dari pantuan Pospam, kendaraan yang melintasi tetap didominasi kendaraan roda dua (R2). Lalu diurutan kedua ditempati R4.

Dari pengamatan petugas Pospam kemarin, didapatkan data penguna R2 yang masuk ke Probolibnggo mencapai 1324 kendaaan dan yang keluar mencapai 1123 kendaraan. Untuk R4 sebanyak 1077 kendaraan masuk dan keluar sebanyak 1264 kendaraan.

Walaupun kondisi arus balik sudah terlihat normal, petugas akan tetap memantau kondisi arus balik hingga hari ini. "Akan terus dipantau, hingga terakhir besok (har ini, Red)," pungkas AKP Endro. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179892