Kamis, 12 Agustus 2010

Tokoh Islam dan Habaib Probolinggo Bela FPI


Dikecam dan dirindu, itulah FPI. Jika banyak LSM bersemangat membubarkan, tokoh Islam justru membelanya
Hidayatullah.com--Tak semua orang alergi dengan FPI. Jika selama ini LSM sering menghujatnya, namun faktanya, banyak pula yang membelanya. Gagasan pembubaran ormas Islam yang paling ditakuti tempat hiburan malam itu dinilai sejumlah habaib dari Probolinggo kurang tepat.

Pengasuh Pondok PesantrenAhlusunnah Wal Jamaah Desa Brani Kulon, Kecamatan Maron, Habib Abddul Qodir Al Hamid mengatakan, ide pembubaran FPI sebagai ide yang tidak produktif.

“Itu ide tidak produktif. Ada asap, karena ada api. FPI bersikap keras, karena ada penyebabnya. Nah, penyebabnya itulah yang perlu dibenahi, bukan FPI yang dibubarkan, “ ujar Habib Abdul Qodir.

Abdul Qodir menolak ide tokoh liberal, Ulil Abshar Abdala yang pernah mengusulkan pembubaran FPI.

Menurut Abdul Qodir, prinsip-prinsip dari FPI menegakkan perbuatan baik dan melawan kemungkaran. “Jika polisinya tidak bersikap reaktif, maka jangan salahkan FPI bergerak lebih cepat. Ini bukan perbuatan melawan hukum, melainkan upaya melawan kejahatan secara cepat,” tambahnya. Sepatutnya yang perlu diperbaiki adalah kinerja kepolisian, supaya lebih sensitive dan bergerak cepat, jika terjadi tindak kejahatan, seperti minuman keras, narkotika, termasuk tindakan maksiat.

Sebagaimana diketahui, belum lama ini sejumlah LSM ribut akibat rencana FPI membantu Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dalam penertiban bulan Ramadhan di Jakarta.

Tak urung ide FPI ini langsung mendapat reaksi keras. Diantaranya direktur LBH Jakarta, Nurkholis Hidayat, dan beberapa aktivis yang pernah tergabung dalam Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) seperti; Musdah Mulia, Johan Effendi, Ulil Abshar dan Usman Hamid dari Kontras. [sur/hid/hidayatullah.com]

Sumber: http://www.hidayatullah.com/berita/lokal/12921-tokoh-islam-dan-habaib-probolinggo-bela-fpi-

Ulama Tolak Pembubaran FPI

Kamis, 12 Agustus 2010 | 08:17 WIB

Probolinggo - SURYA-Gagasan pembubaran ormas FPI ditentang sejumlah ulama habaib dari Probolinggo. Mereka menolak ide Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Partai Demokrat, Ulil Abshar Abdalla.

Pengasuh Ponpes Ahlussunnah Wal Jamaah Desa Brani Kulon, Kecamatan Maron Habib Abdul Qodir Al Hamid mengaku tidak sependapat dengan gagasan tersebut. “Itu gagasan tidak produktif. Ada asap, karena ada api. FPI bersikap keras, karena ada penyebabnya. Nah, penyebabnya itulah yang perlu dibenahi, bukan FPI yang dibubarkan,” tandasnya kepada Surya, Selasa (10/8).

Menurut Habib Qodir, prinsip-prinsip dari FPI menegakkan perbuatan baik dan melawan kemungkaran. “Jika polisinya tidak bersikap reaktif, maka jangan salahkan jika FPI bergerak lebih cepat. Ini bukan perbuatan melawan hukum, melainkan upaya untuk melawan kejahatan secara cepat,” sergahnya. Dikatakan, sepatutnya yang perlu diperbaiki adalah kinerja kepolisian, supaya lebih sensitif dan bergerak cepat, jika terjadi tindak kejahatan, seperti minuman keras, narkotika, termasuk tindakan maksiat. n tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/08/12/ulama-tolak-pembubaran-fpi.html?utm_source=feedburner&utm_medium=twitter&utm_campaign=Feed%3A+surya-online+%28SURYA+Online+-Portal+Berita+Jawa+Timur+Sebenarnya%29

Alpukat-Mangga Probolinggo Raih Sertifikat Prima 3

Kamis, 12 Agustus 2010 | 08:19 WIB

PROBOLINGGO - Dua komoditas tanaman hortikultura (sayur dan buah) di Kab. Probolinggo meraih sertifikat aman untuk dikonsumsi karena bebas pestisida. Keduanya, alpukat produksi kelompok tani Joko Tarub, Ranugedang, Kec. Tiris dan mangga arumanis produksi kelompok tani Sumber Bumi, Alaskandang, Kec. Besuk.

“Alhamdulillah sudah ada dua petani hortikultura yang meraih sertifikat Prima 3. Sertifikat itu sebagai jaminan, produk hortikultura yang dilempar ke pasaran aman dimakan,” ujar Kabid Teknik Produksi pada Dinas Pertanian, Handaka Murwanto, Rabu (11/8).

Semakin canggih budidaya tanaman, semakin tinggi sertifikat yang diraih petani. “Prima 2 diberikan kepada petani yang mencatat sejak budidaya hingga asal-usul tanaman. Sementara Prima 1, masih ditambah syarat petani budidaya ramah lingkungan,” ujarnya.

Handaka yang didampingi Kasi Budidaya, Bandot Prawoto menilai, wajar kalau kedua petani di Kab. Probolinggo itu meraih Prima 3 yang dikeluarkan Dinas Pertanian Jatim. Tidak sebatas budidaya, produksi hortikultura kedua kelompok tani itu menembus pasar sejumlah kota besar, bahkan pasar ekspor.

Ketua Kelompok Tani Sumber Bumi, Desa Alaskandang, Kec. Besuk, Suli Artawi misalnya, selama ini dikenal sebagai petani dan pedagang mangga sukses. Selain mempunyai lahan mangga sekitar 62 hektare di Probolinggo, melalui UD Sumber Bumi, Suli membudidayakan dan membeli (kulak) mangga di Bali dan sejumlah daerah di Jatim.

Di musim mangga, UD Sumber Bumi mempunyai omzet penjualan mangga arumanis hingga Rp 1,5 miliar/bulan. Mangga yang dihasilkan kelompok tani dilempar ke sejumlah supermarket di kota-kota besar seperti, Jakarta, Surabaya, hingga Medan. “Mangga produksi kami juga diekspor ke berbagai negara seperti Singapura dan Malaysia,” ujar Suli.

Bahkan seperti diberitakan Surabaya Post, Rabu (11/8), Dinas Pertanian Jatim bakal menggandeng kelompok tani Sumber Bumi untuk memasarkan mangga arumanis ke Swiss. “Tahun ini kami akan menggandeng gabungan kelompok tani dan koperasi di Jatim untuk ekspansi ekspor ke Swiss,” ujar Kabid Pengolahan Hasil Pertanian, Dinas Pertanian Jatim, Bambang Heryanto.

Alpukat Mentega

Masih terkait sertifikat aman dikonsumsi, Edi Suboanto, Ketua Kelompok Tani Joko Tarub, Desa Ranugedang, Kes. Tiris, Kab. Probolinggo membenarkan kelompoknya baru menerima Prima 3. “Beberapa bulan lalu, kelompok tani Joko Tarub menerima sertifikat tersebut. Kami semakin bergairah membudidayakan alpukat,” ujar Edi saat dihubungi Rabu (11/8) malam.

Dengan adanya jaminan (sertifikat), alpukat yang dihasilkan aman dikonsumsi, pangsa pasar akan semakin terbuka. “Sejak meraih sertifikat Prima 3 kami memang belum mengirimkan alpukat karena sekarang baru berbuah kecil-kecil,” ujarnya.

Sebagai perbandingan, tahun lalu saat panen alpukat di akhir tahun, kelompok tani yang mempunyai 7 hektare kebun itu mampu mengirimkan alpukat 20 ton/minggu. “Karena daging buahnya mirip mentega, warga di sini menyebutnya alpukat mentega. Rasanya juga kesat dan gurih, sehingga digemari konsumen di Jakarta,” ujarnya.

November 2010 ini, kelompok tani Joko Tarub bakal kembali mengirimkan alpukatnya ke swalayan Superindo di Jakarta. Selain itu alpukat dengan harga sekitar Rp 7.000/Kg itu juga dilempar ke pasar lokal di Jatim.

Soal jaminan alpukatnya bebas pestisida, Edi membenarkan. “Alpukat kami ini asli gunung yang alami dan bebas pestisida,” ujar warga di lereng Gunung Arpuro dan Gunung Lamongan itu. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=607da1be0232db7258fb471f5098e70a&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Lahan Perkebunan Kapas di Banyuwangi Terus Menyusut

TEMPO / Wahyu Muryadi

TEMPO Interaktif, BANYUWANGI - Luas lahan perkebunan kapas di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus mengalami penyusutan. Hingga tahun ini hanya tersisa 400 hektare, padahal tahun 1989 silam, masih mencapai 2.000 hektare.

Pendamping Petani Kapas Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dyah Mayawati mengatakan, menyusutnya lahan perkebunan kapas karena banyak petani yang beralih menanam komiditi lain, seperti jagung dan cabe yang lebih mennguntungkan. Hrga pembeliaan kapas di tingkat petani hanya Rp 4 ribu per kilogram. "Bandingkan dengan cabe yang bisa mencapai Rp 30 ribu per kilogram," kata Dyah kepada TEMPO, Rabu (11/8).

Menurut Dyah, Banyuwangi merupakan daerah pemasok kapas unggulan di Jawa Timur selain Kabupaten Situbondo, Probolinggo, Pacitan, Lamongan, dan Kabupaten Tuban. Produktivitas kapas di Banyuwangi mencapai 1,2 ton per hektare dengan jumlah petani 586 orang.

Terus menyusutnya lahan kapas itu, kata Dyah, akan mengancam pasokan kapas ke industri tekstil. Sebab di Indonesia produksi kapas lokal baru memenuhi 0,5 persen kebutuhan industri tekstil. "Pasokan kapas untuk kebutuhan industri tekstil di Indonesia masih bergantung pada kapas impor" ujarnya. Padahal, harga pembeliaan kapas impor mencapai Rp 40 ribu per kilogram dengan kualitas yang relatif sama dengan kapas lokal.

Untuk mencegah semakin menyusutnya lahan perkebunan kapas, menurut Dyah, pemerintah pusat melakukan program akselerasi perluasan lahan dengan memberikan bantuan benih. Tahun ini, bantuan benih kapas untuk Banyuwangi senilai Rp 279 juta. Dananya diambilkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). IKA NINGTYAS.

Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/08/11/brk,20100811-270473,id.html

Air Mata Kiai NU Saat Ramadan di Frankfurt

Kisah Ramadan di Frankfurt disimpan sebagai kenangan manis yang mendidik.
Rabu, 11 Agustus 2010, 13:32 WIB
Amril Amarullah
Ketua PWNU Jatim, KH Moch Hasan Mutawakkil ‘Alallah (Ikhsan Mahmudi | Surabaya Post)
BERITA TERKAIT

SURABAYA POST - Ketua PWNU Jawa Timur, Moch Hasan Mutawakkil muda pada tahun 1983 silam harus melakukan perjalan ke Eropa untuk studi banding.

Saat itu, dia ingin mendalami ilmu di Universitas Leiden, Denhaag, Belanda selama beberapa bulan, yang saat itu masih kuliah di Al Azhar, Mesir.

Masih ingat hari itu, menjelang Ramadan tepatnya tanggal 26 Sya’ban ketika pesawat yang dinaikinya, Luthansa lepas landas dari Kairo, Mesir menuju Frankfut, Jerman. Di Frankfut ia sempat menjalani puasa dengan siang hari cukup panjang, 14 jam.

"Sampai sekarang saya masih mengingatnya, betapa berkah Ramadan demikian saya rasakan di negeri orang, di Frankfurt, Jerman, meski memang cukup berat saat menjalaninya," ujarnya.

Perjalanan pun dilanjutkan. Saat hendak mengurus visa di Frankfut, Mutawakkil sempat ditanya petugas, apakah mempunyai uang minimal 2.000 dolar AS atau sekitar Rp 2 juta karena saat itu nilai tukar rupiah sekitar 1.000/dollar AS.

Dia memilih tidak menjawab dan mengurungkan niatnya untuk melanjutkan perjalanan. "Saya terkejut karena uang yang saya pegang hanya 200 dollar AS," ujarnya yang ketika itu berencana ke Belanda dengan menumpang kereta api (KA).

Sadar uang yang dikantonginya sangat sedikit, dia pun terpaksa buka puasa dan sahur seadanya. "Saat buka puasa dan makan sahur, saya hanya makan roti, kentang, dan sedikit mayonese. Sepotong daging tidak saya makan karena khawatir kehalalannya," ujarnya.

Selama di Frankfurt dia terus berdoa meminta kemudahan dari Allah. Dia ingat betul, meski saat itu baru berumur 14 tahun, tapi dia sudah memiliki pegangan teguh terhadap Islam.

Dalam penderitaanya di Frankfut, dia yakin sebuah hadits Rasulullah yang menyatakan, barangsiapa menempuh perjalanan dalam rangka mencari ilmu, Allah akan memudahkan jalannya di akhirat kelak.

Tak perlu menunggu di akhirat, di dunia pun ketika dia memohon pertolongan-Nya, secara mengejutkan kemudahan dan jalan lempang bisa dicecap.

"Malam itu saya berdoa sampai terus-menerus sampai air mata tak terbendung, berharap Allah mempermudah jalan saya menuju Leiden, Belanda," ujarnya.

Dengan tekad bulat, keesokan harinya Mutawakkil kembali menemui petugas visa di Stasiun KA Frankfut. Kali ini ia tidak ditanya lagi, apakah membawa uang minimal 2.000 dollar AS.

"Saya hanya ditanya, ‘Are you student? Setelah saya katakan, ‘I am student from Egypt’, visa saya langsung distempel, tanpa dikenai biaya," ujarnya.

Mutawakkil mengaku, benar-benar merasakan berkah Ramadan di negeri orang. Akhirnya ia berhasil menempuh studi selama 4 bulan di Universitas Leiden, Belanda.

"Di Al Azhar saya di Fakultas Syariah, sementara saat di Leiden saya belajar kriminologi Islam," ujarnya.

Dikatakannya, karena studi banding ke Belanda itu atas inisiatif sendiri, Mutawakkil pun harus menanggung biaya studi dan hidup dari koceknya sendiri.

Ketika uang yang tersisa 200 dolar habis untuk biaya perjalanan, di Belanda pun ia mencari kerja paro waktu. "Saya sempat menjadi pelayan restoran, untuk mendapat uang tambahan," ujarnya.

Dengan bekerja di restoran, ia juga memperoleh pengalaman berharga. "Saya melihat hubungan kerja antara buruh dan majikan harmonis, ternyata akhlak Islam ada di Barat, bukan di Timur Tengah, di mana sebagian majikan sering berperilaku kasar kepada pekerjanya," ujarnya.

Di tengah keasyikannya menuntut ilmu, ia dijemput pulang oleh sang ayahanda, KH Saifourridzal pada 1985. Sesampai di Probolinggo, ia langsung mengamalkan ilmunya di Pesantren Zainul Hasan.

Tak berselang lama, ibundanya, Nyai Hafshowati dan ayahndanya, Kiai Saifouridzal berpulang ke sisi Allah. Sejak itu pula ia memangku Pesantren Zainul Hasan hingga sekarang.

Tak berhenti di bangku kuliah, Mutawakkil hingga saat ini pun masih terus belajar. Mengasuh sekitar 20.000 santri, membuatnya harus selalu beradaptasi dengan kemajuan zaman. "Membaca buku menjadi makanan wajib, dari situ lah kita bisa terus mengisi hidup ini dnegan ilmu pengetahuan," katanya.

Peran dan pengaruh Kiai Mutawakkil pun tidak bisa dipisahkan dari nama besar pesantren. Pesantren yang dulu bernama Genggong ini sudah berusia 171 tahun atau didirikan sekitar tahun 1839 oleh almarhum KH Zainul Abidin dari keturunan Maghribi (Maroko) di Desa Karangbong, Kec. Pajarakan, Kab. Probolinggo.

Pesantren yang kini lebih dikenal dengan sebutan pesantren Zainul Hasan telah mengalami tiga kali pergantian nama. Semua perubahan itu dilandasi sejarah pertumbuhan pesantren dan adanya gagasan untuk mengabadikan para pendiri pesantren sebelumnya. Perubahan nama ini terjadi pada periode kepemimpinan KH. Hasan Saifourridzal.

Nama Pondok Genggong dipakai sejak kepemimpinan KH Zainul Abidin sampai kepemimpinan KH. Moh Hasan tahun 1952. Nama pesantren kemudian berganti menjadi 'Asrama Pelajar Islam Genggong'.

Pada tanggal 19 Juli 1959, dalam pertemuan dewan pengurus almukarom KH. Hasan Saifourridzal menetapkan perubahan nama menjadi Pesantren Zainul Hasan.

"Ini hasil perpaduan nama dari tokoh sebelumnya di mana kata Zainul diambil dari nama almarhum KH Zainul Abidin sebagai pembina pertama dan kata Hasan diambil dari nama almarhum KH Mochammad Hasan sebagai pembina kedua," kata Kiai Mutawakkil.

Laporan: Ikhsan Mahmudi


Sumber: http://jatim.vivanews.com/news/read/170367-air-mata-kiai-nu-ramadan-di-frankfurt

Satu Siswa Menyusul

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
DO di SMAN 2 gara-gara Facebook

PROBOLINGGO - Kasus DO (drop out) -bahasa versi sekolah: dikembalikan kepada orang tua- di SMAN 2 Kota Probolinggo bergulir lagi. Setelah empat siswi di-DO, kini menyusul lagi dua siswa kena sanksi, juga karena berkomentar di facebook (fb). Satu siswa di-DO, satu siswa diskorsing.

Komisi A DPRD Kota Probolinggo kemarin (11/8) menerima surat tembusan resmi dari SMAN 2. Isinya menyebutkan Robby Arifin Irmansyah dikenai sanksi dikembalikan ke orang tua, senasib dengan empat siswi lain yakni Devi, Anisa, Mega dan Rosdiana.

"Sementara Hizaburrahman Geraldi diskors dari sekolah selama satu minggu. Kami sudah menerima surat resmi tembusan," tutur Ketua Komisi A Asad Anshari kepada Radar Bromo kemarin.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, empat siswi SMAN 2 Devi, Anisa, Mega dan Rosdiana di-DO sekolahnya. Penyebabnya, mereka berkomentar di fb soal kejadian-kejadian di sekolahnya. Mulai soal jok motor disilet, sepatu disilet, sampai helm hilang di parkiran. Kejadian-kejadian itu dilaporkan ke kesiswaan, tapi dirasa tak ada respons.

Dalam komentar di fb, ada beberapa ungkapan yang dinilai sudah terlalu kasar dan memfitnah. Ujungnya, empat siswi tersebut dikembalikan kepada orang tuanya alias di-DO.

Masalahnya, ada dua siswa lain yang sempat ikut berkomentar. Tapi, sampai Devi cs di-DO, dua siswa itu tak mendapat sanksi apapun. Saat komisi A menggelar hearing pada Selasa (10/8) lalu, masalah dua siswa yang tak mendapat sanksi itu juga disinggung.

Rupanya, setelah hearing dengan dewan, SMAN 2 langsung bergerak menindak dua siswa Robby dan Geraldi. Artinya, Robby dinaggap sudah melakukan pelanggaran tipe A sama seperti yang dilakukan oleh Devi, Mega, Rosdiana dan Anisa.

Sedangkan Geraldi, masih mendapat toleransi karena kalimat yang diutarakan tidak sekasar teman-temannya yang lain. Safiudin dalam hearing menyatakan bahwa satu siswa dinyatakan melakukan pelanggaran tipe C.

Selain itu, dalam hearing Komisi A Selasa lalu Kepala Dinas Pendidikan Maksum Subani juga menyanggupi mencarikan celah agar para murid SMAN 2 yang di-DO itu bisa kembali dapat sekolah negeri. Pilihannya jika tidak di SMAN 3 atau SMAN 4. SMAN 1 tidak mungkin karena grade lebih tinggi dari SMAN 2 dan berstatus RSBI (rintisan sekolah berstandar internasional).

Atas kesanggupan itu, komisi A dan Dewan Pendidikan menyatakan bakal terus memantau dan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan. "Solusi yang saya tawarkan kemarin (saat hearing) kan sudah disepakati bersama. Untuk itu menjadi kewajiban komisi A mengupayakan agar kesepakatan itu terealisasi," kata Asad Anshari.

Langkah yang bakal ditempuh oleh komisi A ini adalah terus memantau proses solusi agar dapat benar-benar dilaksanakan yakni pindahnya lima anak ke SMAN 3 atau SMAN 4. "Kami terus berkomunikasi dengan kepala Dinas Pendidikan, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4 serta wali murid termasuk muridnya," tegas Asad yang politisi PKNU itu.

Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Wawan Edi Kuswandoro menyatakan, upaya Dinas Pendidikan dan jajarannya untuk memasukkan siswa ke sekolah negeri walau nabrak aturan, patut dihargai. Tapi, lanjut Wawan, itu sudah menjadi tanggung jawab dan konsekuensi karena jajarannya (SMAN 2) telah membuat anak-anak itu sempat kehilangan hak belajarnya dengan sanksi seberat itu.

Tapi, Wawan mengingatkan, ketika anak-anak itu nanti berhasil dimasukkan ke sekolah negeri, bukan berarti masalah telah selesai begitu saja. Masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

"Sekolah yang baru harus menerima anak-anak ini dengan baik dan tanpa diskriminasi dengan tidak men-cap mereka sebagai anak nakal atau tukang ngerusuhi sekolah atau dianggap sebagai calon perusuh di tempat baru," jelasnya.

Selain itu, Wawan berharap anak-anak itu dibebaskan dari biaya masuk walaupun secara administrasi boleh dikategorikan pindah sekolah. Selain itu perlu evaluasi manajemen sekolah dan persepsi mendidik yang diterapkan oleh pengelola SMAN 2. Ini agar tidak terlalu mudah "mengembalikan anak ke orang tua".

Belajar dari kasus ini, menurut Wawan, sangat mendesak dilakukan evaluasi dan reorientasi terhadap paradigma pendidikan yang dijalankan oleh semua sekolah di Kota Probolinggo. Itu agar ada persepsi yang sama dan konsisten. Bahwa pendidikan adalah demi kepentingan terbaik untuk anak dengan menerapkan pendidikan yang ramah anak.

Sekolah dimanage untuk melayani murid (masyarakat) bukan melayani birokrasi. Sehingga komunikasi harus terjalin baik antar sekolah sebagai penyedia layanan jasa pendidikan dengan masyarakat sebagai user layanan jasa tersebut, agar sama-sama paham hak-hak dan kewajibannya.

Contoh kasusnya, masih kata Wawan, jika ketika PSB (penerimaan siswa baru) sekolah ramai-ramai kampanye adu bagus program untuk menarik simpati masyarakat agar mendapat murid. Tapi, ketika murid sudah ada di dalam, jangan diperlakukan secara sepihak. Misalnya salah sedikit dikembalikan ke orangtua.

"Dalam hal ini jangan tabu untuk melakukan perombakan terhadap tatib sekolah yang masih memuat klausul-klausul bertentangan dengan semangat pendidikan yang ramah terhadap anak," ungkap mantan anggota KPU (komisi pemilihan umum) Kota Probolinggo ini.

Soal penggunaan TI (tekhnologi informasi) dalam komunikasi antara sekolah dengan warga belajarnya, termasuk dengan orang tua, baik untuk dikembangkan. Tapi harus dilakukan secara tepat dan proporsional.

"Ini sangat membantu sekolah. Sebagai lembaga bermanajemen modern sekolah harus mendasarkan layanannya berbasis kebutuhan penggunannya. Jadi, harus tahu segala keluh kesah penggunanya," tutur Wawan. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

PKL Hanya Sore Hari

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
Alun-alun Kota Probolinggo selalu identik dengan PKL (pedagang kaki lima) yang berjualan bermacam kuliner. Mulai dair mie ayam, nasi udug, lengkap dengan es degan. Selama bulan Ramadan, jangan harap bisa mendapati kuliner tersebut di pagi atau siang hari. Sebab PKL di pusat kota ini hanya diperbolehkan buka sejak sore hari, tepatnya pukul 16.00-03.00.

Itu sesuai dengan surat edaran wali kota Probolinggo nomor 331.1/324/425.304/2010 tentang imbauan selama bulan suci Ramadan. Edaran itu diperuntukkan bagi pengusaha hotel, tempat hiburan, cafe, rumah makan, bilyar, karaoke, playstation, warung dan PKL.

Khusus PKL yang berjualan makanan/minuman di atas trotoar atau badan jalan dan sekitar alun-alun dibatasi jam operasional mulai pukul 16.00-03.00. Untuk PKL yang berjualan makanan/minuman di lingkungan sekolah selama Ramadan dilarang berjualan di tempat tersebut.

Sedangkan untuk PKL yang berjualan VCD disarankan agar mengecilkan volume sound systemnya. Dalam surat edaran yang ditandatangani oleh Wali Kota Buchori itu, apabila tidak memathui imbauan tersebut maka akan diambil tindakan tegas. "Surat ini sudah disebarkan kepada yang bersangkutan," cetus Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo kemarin. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174453

Aboge Mulai Puasa Hari Ini

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO-Mayoritas ummat Islam memulai puasa Ramadan Rabu (11/8) kemarin. Namun, kelompok muslim yang menggunakan perhitungan Aboge (Tahun Alif Rabu Wage) di Kabupaten Probolinggo baru memulai puasa hari ini (12/8).

Kiai Buri Mariye, tokoh jamaah aboge di Desa/ Kecamatan Leces mengatakan, warga setempat sudah menggunakan perhitungan kalender aboge sejak lama. "Sesuai perhitungan Aboge, awal puasa jatuh pada Kamis Pahing atau tanggal 12 Agustus (hari ini). Sementara Idul Fitri jatuh pada Sabtu Pahing atau tanggal 11 September," ujarnya.

Menurut Kiai Buri penghitungan ala aboge itu menggunakan hisab (perhitungan) kalender Jawa peninggalan Sultan Agung Mataram. Yakni kalender yang menggabungkan penanggalan Hijiriyah dan tahun Jawa (tahun Saka). "Tahun ini, 1 Suro 1943 Dal yang menjadi patokannya adalah pola Daltunis (tahun Dal Sabtu Manis) atau ada yang menyebut Daltugi (tahun Dal Sabtu Legi)," ujarnya.

Sambil menunjukkan 'kitab' cara penghitungan aboge dari tulisan tangannya, Kiai Buri mengatakan, tahun ini menggunakan pola Donnemro. Yang merupakan kepanjangan dari Romadon hari ke-6 (nem) dan pasaran ke-2 (loro). "Setelah kami hitung awal puasa jatuh pada Kamis Pahing atau tanggal 12 Agustus," ujarnya.

Kiai Buri menjelaskan, dengan perhitungan aboge 1 Syawal atau hari raya Idul Fitri juga sudah dapat dipastikan. "Untuk Idul Fitri menggunakan pola Waljiro yang berarti Sawal, dino (hari) siji, pasaran loro (dua). Setelah dihitung, jatuh pada Sabtu Pahing atau tanggal 11 September," jelasnya.

Di Kabupaten Probolinggo sendiri ada beberapa warga yang menggunakan aboge untuk penghitungannya. Selain di Desa/ Kecamatan Leces, jamaah aboge juga bisa ditemui di beberapa tempat. Di antaranya di Tigasan Kulon, Desa Warujinggo, dan Desa Sumbersuko, Dringu.

Dijelaskan Kiai Buri, perhitungan aboge berpedoman pada tahun Jawa. Perhitungan tahunnya berputar selama kurun 8 tahun Masehi. Yakni, pertama Alif Rabu Wage (Aboge), disusul Ha' Ahad Pon, Jim Awal Jumat Pon, Za' Selasa Pahing, Dal Sabtu Legi, Ba' Kamis Legi, Wawu Senin Kliwon, dan Jim Akhir Jumat Wage. Permulaan tahun, 1 Suro dihitung berdasarkan ke-8 urut-urutan tahun itu.

"Untuk memudahkan ingatan, jamaah Aboge biasa menyingkat dengan kata-kata yang menarik. Di Leces ada istilah Aku Harus Jaga Zahro, Dari Berandalan Waru Jinggo. Yang artinya, aku sama dengan Alif, Harus sama dengan Ha', Jaga sama dengan Jim Awal, Zahro sama dengan Za', Dari sama dengan Dal, Berandalan sama dengan Ba', Waru sama denngan Wawu, Jinggo sama dengan Jim Akhir," ujar Effendi, salah satu kerabat Kiai Buri.

Sementara Kiai Rosuli, tokoh Aboge di desa Sumbersuko, Dringu mengatakan, perhitungan aboge sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari. "Untuk menikahkan anak dan mencari hari baik, kami juga menggunakan perhitungan aboge," ungkapnya. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174443

Sekda: Jam Istirahat, Silakan Tidur

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO -Ada beragam ekspresi ditunjukkan para pegawai pemkot Probolinggo di hari pertama puasa kemarin. Ada yang bermalas-malasan, ada yang bersemangat, dan ada juga yang mengungkapkan keluhannya melalui facebook.

Pengamatan Radar Bromo, di ruangan kantor Bagian Humas dan Protokol misalnya, sekitar pukul 10.00 banyak karyawan yang melakukan aktivitas seperti hari-hari biasa. Bedanya, satu-satunya kantin di kantor pemkot itu tutup selama bulan puasa. Biasanya kantin yang ada di depan kantor humas itu jadi salah satu pusat keramaian.

"Ya harus tetap semangat dong walaupun hamil. Harus tetap puasa, eman-eman. Selama anaknya (bayi dalam kandungan) tidak rewel harus puasa," ujar Kasubag Humas Suciati Ningsih yang mengaku berpuasa di awal pembukaan Ramadan kali ini.

Menurut salah seorang pegawai yang pernah dinas di kelurahan itu, biasanya jika sudah bulan Ramadan, siang hari pasti banyak yang tidur. Di masjid pemkot biasanya banyak pegawai yang tiduran hingga di teras.

"Kalau jam segini (10.00) masih belum, tidak tahu lagi kalau agak siangan. Tapi, masih pertama-tama mungkin masih sepi (tidak ada yang tidur)," celetuk pegawai yang lain. Uniknya, masih di kantor humas, seorang pegawai di protokol sudah menghitung jam menuju waktu berbuka. Kontan dengan tingkah pegawai itu bikin rekan-rekannya yang lain tertawa.

"Ini sudah banyak yang update status lucu-lucu," celetuk Azam, salah seorang pegawai. Ternyata dalam jejaring sosial facebook itu ada yang bikin status seperti ini "Ya Allah kuatkan puasaku. Sudah panas, tidak ada ac lagi". Status tersebut diduga dibikin oleh salah seorang PNS di kalangan pemkot.

Dikonfirmasi terpisah, Sekda Johny Haryanto mengatakan jam kerja pegawai di lingkungan pemkot sudah dikorting selama bulan Ramadan. Untuk unit kerja yang melaksanakan lima hari kerja tiap hari masuk pukul 08.00 - 15.00. Jam istirahat pukul 12.00-13.00. Di luar bulan Ramadan masuk kerja pukul 07.00 - 15.30.

Sedangkan unit kerja dengan enam hari kerja (semacam puskesmas atau RSUD) masuk kerja pukul 08.00 - 14.00, sebelumnya masuk pukul 07.00-14.30. Namun untuk jadwal senam setiap hari Jumat tetap dilaksanakan pukul 05.30.

"Meskipun sekarang bulan Ramadan harus tetap bertanggung jawab pada pekerjaan, disiplin dan meningkatkan etos kerja. Gunakan waktu sebaik-baiknya untuk amal saleh. Terlebih lagi tidak harus mengurangi intensitas pekerjaan hanya karena alasan berpuasa," jelas Sekda.

Untuk menambah keimanan dan ketakwaan pegawai di lingkungan pemkot, di masjid pemkot setiap hari bakal dilaksanakan tausiah selama bulan Ramadan di masjid pemkot setelah salat Dhuhur.

"Walau sekarang puasa tim akan tetap melakukan sidak secara acak sewaktu-waktu. Tidak harus apel pagi atau sore, bisa jadi setelah jam istirahat. Sidak itu untuk mengingatkan mereka yang belum disiplin. Silakan tidur tapi di jam istirahat, kan ada waktu satu jam," terang Johny. Ia berharap masyarakat juga bisa memberikan informasi kaitan kedispilinan pegawai. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174442

Sambut Ramadan Dengan Pawai

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO-Ramadan kali ini disambut dengan PAWAI oleh Yayasan Pendidikan Al Khoiriyah Kerpangan, Leces. Selasa sore (10/8) lalu 700 pelajar dari yayasan itu mengikuti pawai syi'ar Islam.

Pawai itu dikuti hampir seluruh siswa/siswi dari tingkat TK, SD/ MI, SMP/ MTs dan MA serta SMK. "Pawai semacam ini memang baru pertama kali kami gelar, rencananya kegiatan ini akan dijadikan agenda rutin tahunan setiap menyambut datangnya bulan suci Ramadan," ujar pengasuh yayasan, Farid Wajdi.

Meskipun baru pertama kali digelar, pawai sore hari itu cukup meriah. Buktinya peserta dan masyarakat menyambutnya dengan antusias. Warga yang dilewati rute pawai itu tumplek blek di pinggiran jalan untuk melihat acara tersebut.

Rute yang ditempuh rombongan pawai itu sendiri sejauh 2 kilometer. Dimulai start dari rumah kepala desa Leces dan finish di kompleks lembaga Pendidikan Al Khoiriyah Desa Kerpangan, Leces.

Para peserta pawai berangkat berkelompok sesuai lembaga pendidikannya disertai guru pendampingnya masing-masing. Pada barisan terdepan, grup Drum Band Gema Al Khoiriyah menjadi penampil utama untuk menarik perhatian sekaligus pembuka jalan.

Di belakangnya barisan siswa/siswi dan santri dari beberapa lembaga pendidikan, yaitu TK Al Khoiriyah, SD Islam Leces, MI Al Khoiriyah, MTs al Khoiriyah, SMP Nurussahid, MA Al Khoiriyah dan SMK Nurussahid. Masing-masing sekolah terbagi menjadi dua kelompok, putri yang diberangkatkan terlebih dahulu menyusul di belakngnya kelompok putra.

Farid Wajdi menjelaskan, tema pawai disesuaikan dengan momentum Ramadan dan HUT kemerdekaan RI. Menurutnya, digelarnya pawai tersebut bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai religius sekaligus rasa cinta tanah air dan bangsa. "Di samping itu kami juga ingin mengajarkan agar siswa dapat hidup berbaur dengan masyarakat," ungkap pria yang juga anggota DPRD Kabupaten Probolinggo ini.

Untuk semakin memeriahkan acara, panitia juga menyediakan beberapa door prize untuk peserta serta guru pendamping yang mengikuti pawai. Kelompok pawai juga dinilai oleh tim juri yang dibentuk khusus untuk memberikan penilaian terhadap kerapian, kekompakkan, ketertiban dan keutuhan tim hingga sampai ke garis finish. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174441

Ada Menbudpar-Guruh di Kasada

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
Jadi Warga Kehormatan Tengger

PROBOLINGGO - Jelang Yadnya Kasada tahun ini yang puncaknya jatuh pada 25 dan 26 Agustus, Pemkab Probolinggo mulai bersiap. Kemarin (11/8) misalnya, pemkab melakukan rapat koordinasi bersama satuan kerja terkait, termasuk dengan polres.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Tutug Edi Utomo mengatakan, meski bersamaan Ramadan, Kasada tahun ini bakal tetap meriah. Bakal ada beberapa tamu penting yang dijadwalkan datang.

"Kami telah mendapatkan surat dari dirjen dan kementrian pariwisata. Infonya Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wajik juga bakal hadir dalam resepsi Kasada tahun ini," kata Tutug.

Rencananya Menbudpar yang datang beserta isterinya bakal dinobatkan menjadi warga kehormatan Tengger. Selain Menbudpar, ada beberapa orang lagi yang juga bakal dinobatkan menjadi anggota kehormatan warga tengger. Di antaranya Guruh Seokarnoputra, dan anggota DPRD Jatim Harbiah.

Untuk pejabat lokal, yang akan dikukuhkan adalah muspida baru. Seperti Kapolres, Dandim dan Kajari yang baru berganti pucuk pimpinan. Selain itu beberapa wakil ketua dewan yang juga bakal dikukuhkan.

Dijelaskan Tutug, agenda peringatan Yadnya Kasada tahun ini dibagi menjadi dua kegiatan. Yakni agenda penunjang dan ritual peringatan Yadnya Kasada. "Saat ini kedua jadwal agendanya sudah kami susun," ungkapnya.

Untuk agenda penunjang yang sudah dibuka dengan festival rawon beberapa hari lalu, juga bakal digelar beberapa acara. "Agendanya kegiatan itu sekalian dibarengkan dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI," beber Tutug.

Agenda penunjang Kasada yang bakal digelar di antaranya lomba voli, gebyar tayub, layang-layang sambitan, pawai sepeda motor hias dan lomba pacuan kuda. "Beragam kegiatan penunjang itu untuk memerihkan acara ritual Yadnya Kasada dan HUT Kemerdekaan RI," jelas Tutug.

Sementara untuk rangkaian ritual Yadnya Kasada sendiri bakal dimulai pada 21 Agustus dengan acara kerja bakti (nanjep karya) membersihkan pura. Keesokan harinya (22/8) bakal dilanjutkan dengan pemasangan penjor dan umbul-umbul.

Pada 23 Agustus bakal dilanjutkan mendhak tirta dan sepeninga serta makemit yang dimulai pukul 13.00. Keesokan harinya (24/8) bakal digelar piodalan atau ulang tahun Pura Luhur Poten Bromo. Hari selanjutnya (25/8) dilanjutkan dengan resepsi Yadnya Kasada yang dimulai pukul 20.00.

Dan pada 26 Agustus dini hari dimulai puncak ritual Yadnya Kasada. Semua umat Tengger bakal berangkat dari pintu gerbang lawang masing-masing daerah. Malam harinya bakal digelar pujian Kasada di tiap-tiap rumah kepala desa.

Sampai sejauh ini menurut Tutug, persiapan semua kegiatan itu sudah klir. Tapi, masih ada yang perlu disiapkan. "Karena tamunya diprediksikan cukup banyak, yang perlu diantisipasi adalah parkir kendaraan bermotor," ungkap Tutug.

Seperti diketahui, di kawasan Ngadisari, kondisi geografisnya naik turun. Sehingga sulit menemukan tanah lapang yang luas untuk lahan parkir. Sementara jumlah kendaraan bermotor yang hadir diprediksikan banyak.

"Untuk mengantisipasinya, dari rapat koordinasi termasuk dengan polres, kami bakal memanfaatkan gang-gang di sekitar Ngadisari untuk tempat penampungan kendaraan sementara," beber Tutug. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174438

Sepi Petasan

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Di Kota Probolinggo awal Ramadan ini praktis sepi pedagang kembang api, apalagi petasan alias mercon. Tak seperti Ramadan sebelumnya yang banyak bermunculan pedagang kembang api di pinggiran jalan protokol.

Dari pantau Radar Bromo, satu toko yang konsisten berdagang aneka kembang api ada di Jl Gatot Soebroto. Di ruas jalan itu, ada sebuah toko agak besar yang didalamnya penuh dengan segala macam kembang api dari berbagai jenis ukuran. Dari yang paling kecil, hingga yang berukuran paling besar. Toko itu, adalah milik Ho Sio Poo, 73.

Ho mengaku sudah lama menjalankan bisnis tersebut. Tidak hanya di kala Ramadan tiba. Tapi, perjalanan bisnisnya tak selancar bulan puasa. Cuma, dia merasa tahun ini bisnisnya masih lebih baik. "Tahun ini, jauh lebih ramai dibanding tahun sebelumnya. Sejak Juli lalu, pembelinya sudah banyak," ujarnya.

Meski sudah menjadi pemain lama dalam bisnis kembang api, Ho mengaku tidak berani menjual petasan alias mercon. Pasalnya, Ho masih merasa trauma dan tidak mau berurusan dengan polisi lagi. "Dulu, saya pernah dipanggil dan diperiksa polisi sampai enam kali," ujarnya.

Itu dialami Ho saat masih belum mengantongi izin dalam menjalankan usahanya. Karena itulah, akhirnya ia berusaha keras untuk mendapatkan izin. Sekitar tiga tahun lalu, ia sudah mengantongi izin. Sehingga tidak khawatir lagi dipanggil oleh polisi.

Tapi, izin itu hanya sebatas menjual kembang api. Untuk petasan alias mercon, Ho masih belum mendapatkan izinnnya. "Kalau mercon tidak boleh, yang boleh hanya kembang api saja," ujarnya.

Menurutnya, dulu untuk mendapatkan izin itu tidaklah sulit dan tidak dipungut biaya. Hanya saja, segala persyaratannya harus dipenuhi. Misalnya, surat izin perusahaan pemasok barang-barang dan daftar barang-barang yang akan di jual di tokonya. "Semua barang-barang yang saya jual sudah ada izinnya," ujarnya.

Dengan menjual barang-barang berizin, Ho mengaku lebih tenang. "Dulu waktu saya masih tidak punya izin, didatangi wartawan gemetaran, tapi sekarang tidak lagi," ujarnya.

Dengan pengalaman itu, Ho menyarakan para pedagang yang hendak berjualan kembang api, hendaknya mengantongi izin. Menurutnya, dengan adanya izin akan membuat lebih nyaman. "Wong izinnya gampang, yang penting kan tidak neko-neko. Dengan menjual barang-barang yang dilarang seperti mercon," ujarnya.

Berkaitan dengan mercon, Jumat (6/8) lalu Polresta Probolinggo sudah mengirim surat ke masjid-masjid. Dalam surat itu, tertuang imbauan kepada umat muslim untuk memanfaat Ramadan dengan sebaik-baiknya.

Seperti, melakukan salat tarawih dan tadarrus, baik di rumah, musalah maupun di masjid. Juga diharapkan warga yang menggunakan kendaraan agar diparkir di tempat yang aman.

Dalam surat itu, juga tertuang larangan bagi warga untuk menjual, menyimpan, mengedarkan, dan membunyikan petasan (mercon). Sebab, itu dapat merugikan diri sendiri dan orang lain dan dapat berakibat pidana. Surat itu, ditanda tangani oleh Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijaynto. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174437

Sukses Rumah Tahanan (Rutan) Kraksaan Raih ISO 9001:2008

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
Penghuni Jadi Santri, Manfaatkan Pemberian Pengunjung

Rumah Tahanan (Rutan) Kraksaan berupaya menghilangkan kesan angker yang biasa melekat. Kini di Rutan Kraksaan diciptakan suasana pondok pesantren. Dengan langkah itu, Rutan Kraksaan pun bisa meraih sertifikat ISO 9001:2008.

ABDUR ROHIM MAWARDI, Probolinggo

Rutan Kraksaan berada sisi ruas utama Jl PB Sudirman, Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Dari depan, pintu masuk rutan memang tipikal. Pintu besar dengan sebuah jendela kecil. Sekali pencet tombol, petugas akan mengintip siapa tamunya melalui jendela itu. Baru kemudian pintu besar akan dibuka.

Itu pula yang terjadi ketika Radar Bromo berkunjung pada Selasa (10/8) lalu. Setelah melewati pintu utama, sudah langsung terlihat blok-blok tahanan. Ada 9 blok dengan kamar sejumlah 28. Luas tanah yang dibangun Rutan yakni sekitar 6 ribu meter persegi. Sementara luas bangunan sekitar 2.500 meter persegi.

Namun, ada pemandangan tak jamak di pintu masuk bagian dalam. Berbeda dengan pintu luar. Jika di pintu luar tertulis "Rutan Kraksaan", maka di dalam tertulis "Selamat datang di Pondok Darut Taubah".

Ya. Rutan Kraksaan kini dikonsep menjadi pondok pesantren. Bahkan juga dibangun sebuah masjid di dalam Rutan. Namanya masjid At-Taqwa. Seiring dengan diresmikannya ponpes dan masjid itu, status warga binaan pun sengaja digeser. "Kami sebut dengan santri ponpes. Bukan lagi sebutan tahanan, napi, atau lainnya. Demi alasan moral," kata Kepala Rutan Kraksaan Krismono saat ditemui Radar Bromo Selasa itu.

Selanjutnya Krismono menceritakan apa saja yang dilakukannya selama menangani Rutan Kraksaan hingga bisa meraih ISO 9001:2008 pada 30 Juli lalu. Menurutnya, ISO 9001:2008 bagi Rutan Kraksaan dicanangkan di LP Klas I Porong oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Patrialis Akbar. Penerima ISO itu berarti sudah menerapkan sistem pengendalian mutu terpadu. "Demikian juga dengan Rutan ini," sebut Krismono.

Krismono mulai memimpin Rutan Kraksaan pada 1 Januari 2010. Ia menggantikan Agus Irianto yang dimutasi ke luar Jawa. Krismono mengaku, cukup mudah meneruskan prestasi yang ditinggalkan Agus. Sebab pondasi yang dibangun sudah cukup kokoh.

Tak mengherankan jika Rutan Kraksaan berhasil meraih status sebagai Rutan terbaik se-Indonesia pada 2009. "Jadi beliau (Agus Irianto) membangun pondasi yang kuat. Saya meneruskan saja," kata Krismono.

Meski demikian, perjuangan mendapat ISO bukannya mudah. Sebab butuh banyak pembenahan. Terutama, kata Krismono, pembenahan di bidang SDM. Hal ini kata Krismono, cukup penting. Bahkan mencakup SDM karyawan dan juga warga binaan. "Artinya, sertifikat ISO itu seimbang dengan kesadaran dan pengetahuan (penghuni dan penjaga) Rutan ini," tuturnya.

Untuk meningkatkan hal tersebut, pihaknya kata Krismono, melakukan beberapa hal. Di antaranya membangun perpustakaan, kelas kejar paket A dan B, pertukangan kayu, pertukangan batu, kerajinan, hingga potong rambut.

Upaya selanjutnya, warga binaan dilatih untuk bisa memanfaatkan kemampuannya. "Agar ketika kembali ke masyarakat nanti, bisa memiliki skill yang merubah jalan hidupnya," kata Krismono.

Selain itu, fisik Rutan juga dibangun cukup unik. Banyak hiasan maupun arsitektur yang cukup menarik. Rupanya juga dibuat oleh warga binaan. "Semua arsitektur di sini, murni ditukangi warga binaan. Kami tidak sewa tukang dari luar. Secara fisik, sebagian juga peninggalan sebelum saya (Agus Irianto)," tegas Krismono.

Bagaimana soal pungutan liar alias pungli? Krismono mengatakan, tidak mungkin Rutan Kraksaan bisa mendapat ISO, jika masih ada pungli di dalamnya. Namun Krismono tidak menyangkal adanya pemberian dari keluarga pengunjung.

"Tapi manfaatnya bukan untuk pribadi. Tapi untuk pembangunan ponpes maupun kegiatan para santri. Namun kami tidak minta. Justru warga binaan atau keluarganya yang memberikan secara ikhlas. Sehingga tidak mungkin kami tolak. Namun kami open (manajemen)," sebut Krismono.

Pembenahan selanjutnya kata Krismono, meliputi hal administratif. Kendalanya tak kalah sulit dengan SDM. Misalnya jika ada pengunjung hendak menemui keluarganya yang di Rutan. "Dulu lama (untuk bertemu). Paling tidak butuh 30-60 menit. Kalau sekarang, 15 menit sudah bisa bertemu. Prinsipnya cepat, tepat, mudah, dan ramah," ujar pria yang sebelumnya juga pernah menjabat di Rutan Trenggalek ini.

Khusus Ramadan, Krismono mengatakan pihaknya juga sudah menetapkan program khusus. Bahkan jadwalnya cukup padat. Sebab hampir selama 24 jam kegiatan silih berganti dilakukan. "Santri petugas kegiatan pun bergantian. Semua santri harus terlibat. Baik secara berjamaah, maupun individu," tutur Krismono.

Untuk memberikan bimbingan, ada 4 ustadz yang diminta menjadi pengasuh. Yakni Taufik, Imam, Hasyim Samhudi, dan H. Kholik. Sejauh ini kata Krismono, ada sejumlah 319 santri. Terdiri dari 130 narapidana, dan 189 tahanan. Dipilah secara kelamin, ada 310 pria dan 9 wanita. Sementara jika dipisah dengan usia, dewasa berjumlah 274, pemuda 39 orang, sementara anak-anak 9 orang.

Meski sudah mendapat ISO, Krismono tak mau disebut prestasi Rutan cukup. Sebab banyak hal yang harus dipenuhi. Sambil bercanda Krismono menyarankan agar tidak sampai masuk ke ponpesnya. "Lebih baik masuk ponpes di luar. Ini penjara lho," kata Krismono.

Oleh karena hal itu, Rutan Kraksaan masih punya pekerjaan rumah (PR). Dikatakan Krismono, tujuan utama Rutan Kraksaan dikemas dengan pesantren adalah untuk membangkitkan semangat para tahanan.

Sebab sebelumnya mereka adalah orang-orang terpuruk. "Salah atau apes kemudian dipenjara. Bagaimana caranya ketika keluar tidak salah lagi. Bahkan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya," ujar Krismono. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174436

Sebagian Tembakau Dipanen

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
Baru Daun Bawah, Belum Masuk Gudang

KREJENGAN - Petani tembakau Kecamatan Krejengan mulai memasuki masa panen. Meskipun hanya segelintir petani, namun kabar panen cukup banyak diketahui warga.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, panen sudah terjadi di beberapa desa di Kecamatan Krejengan. Namun skalanya masih cukup kecil. Yakni di Desa Opo-opo, Dawuhan, Jatiurip, Sokaan dan Sumberkatimoho. Bahkan sudah ada petani yang menjual tembakaunya.

Karena baru panen, kebanyakan tembakau yang dijual adalah daun bagian bawah. Biasanya daun bawah hanya dijadikan konsumsi rokok mentah. Artinya, tembakau daun bawah tidak bisa dimasukkan ke gudang. "Biasanya jadi krosokan," ujar Surur, petani tembakau asal Desa Opo-opo.

Menurut Surur, sejauh ini hanya ada seorang petani Opo-opo yang panen. Yakni, H. Halili. Itupun kata Surur, panen daun bawah. "Biasanya untuk mengoptimalkan pertumbuhan tembakau. Jadi lebih dulu panen daun bawah," jelasnya.

Tidak hanya Halili, panen juga dilakukan Prawito, petani di blok Citra, Desa Dawuhan. Bahkan Prawito sudah panen beberapa hari lalu. Sama dengan Halili, hanya daun bawah saja yang dipanen.

Saat dikonfirmasi pimpinan UPTD Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kecamatan Krejengan Iskandar mengakui hal tersebut. Dikatakan Iskandar, sebagian petani memang sudah panen. "Tapi sebagian yang panen, sebagian kecil saja," kata Iskandar.

Meski begitu kata Iskandar, masa panen di Kecamatan Krejengan masih lama. Setidaknya masih akan terjadi pada pertengahan sampai akhir bulan September. "Itupun tergantung kapan petani menanam," tuturnya.

Penjelasan Iskandar sejalan dengan keterangan dari pimpinan unit PT Gudang Garam Paiton Boy Jonathan. Gudang ini sudah buka sejak beberapa hari lalu. Mendahului gudang-gudang yang lain.

Namun menurut Boy, sejauh ini pihaknya belum menerima seorang petani tembakau pun. Artinya, belum ada tembakau petani yang masuk ke Gudang Garam. "Karena belum masuk masa panen," kata Boy.

Meskipun ada panen kata Boy, kemungkinan itu daun bagian bawah. Biasanya kata Boy, daun bawah tembakau tak bisa masuk gudang. "Sebab tidak termasuk kualitas yang diharapkan gudang," imbuhnya.

Seperti sebelumnya Boy memperkirakan, panen baru dilakukan setelah 17 Agustus. Berbeda dengan penuturan Iskandar. Menurut Boy, panen itu akan terjadi di Kecamatan Krejengan.

Selanjutnya kata Boy, akan berlangsung berurutan di Kecamatan Besuk, Pakuniran, Paiton dan Kotaanyar. "Biasanya nanti berurutan," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174431

Ramadan, Pasar pun Ubah Jadwal

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Hari pertama puasa memberikan perubahan aktifitas yang mencolok pada masyarakat Kraksaan dan sekitar. Khususnya di pasar. Pasar Kelurahan Kraksaan Wetan, Kecamatan Kraksaan misalnya. Tidak ada aktivitas berarti di pasar itu pada pagi hari. Nyaris, semua aktivitas dimulai siang hari.

Sekitar pukul 13.00 WIB, para penjual ikan mulai datang. Sebagian kecil ada pedagang bahan-bahan dapur. Para pembeli datang hampir bersamaan dengan pedagang. Selanjutnya aktifitas transaksi segera berlangsung.

Dalam pantauan Radar Bromo, aktifitas tersebut berlangsung tak lama. Hanya sekitar satu jam. Mulai pukul 13.00 WIB-14.00 WIB. Sebab para pembeli yang datang juga cukup banyak dan berjubel. Bahkan juga berasal dari luar Kraksaan.

Seperti Heri, 38, warga Desa, Sumberkerang Kecamatan Gending. Menurut Heri, keluarganya biasa berbelanja di pasar tersebut. Apalagi ikan segar biasanya hanya ada di pasar sore. "Juga ada di pasar Semampir. Tapi saya sreg belanja di sini," kata Heri.

Kebanyakan pembeli berasal dari kalangan PNS. Bahkan saat dibuka, cukup banyak PNS berseragam menyerbu stan-stan ikan di pasar tersebut.

Hal itu diakui Suham, 55, pedagang ikan asal Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan. Menurutnya, kebanyakan para pegawai pemerintah itu berbelanja Bandeng. "Bapak-bapak itu suka Bandeng," kata Suham.

Demikian juga dengan Marsiati, 45, tetangga Suham. Marsiati berjualan di pasar itu sudah lama. Jadi, dia sudah tahu jadwal berjualan di pasar itu. "Sudah dari dulu begitu," kata Marsiati.

Lalu selepas pukul 14.00 WIB, aktifitas di pasar yang sering disebut pasar sore itu kembali landai. Selanjutnya giliran pedagang sayur-mayur berjualan. Namun keramaiannya sudah tak seperti sebelumnya.

Sekretaris Kelurahan Kraksaan Wetan Mohammad Yasin saat dikonfirmasi menjelaskan, pasar itu sering disebut Ramadan. Adanya setahun sekali, setiap Ramadan tiba. Dikatakan pasar Ramadan, karena buka pukul 13.00 WIB. Padahal di luar Ramadan, pasar itu biasanya buka pukul 06.00 WIB.

Biasanya kata Yasin, pasar dibuka hingga akhir Ramadan. Bahkan saat lebaran, pasar itu masih buka. Tapi sebagian saja. Itupun dengan stok dagang yang tidak banyak. "Jadi pasar ini mengganti pasar pagi hari. Karena puasa, akhirnya (jadwal buka) diundur," tutur Yasin.

Kondisi tak jauh berbeda juga terjadi di pasar Semampir. Hanya saja, aktifitas di pasar tersebut dimulai lebih awal. Yakni, sekitar pukul 11.00 WIB. "Karena di sini kan lebih banyak jenis pedagangnya. Tidak hanya pedagang ikan," kata Mulyadi, 41, pedagang sayur asal Desa Bulu, Kecamatan Kraksaan. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174430

Bawa Ribuan Dextro, Dibekuk

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Polres Probolinggo terus memburu pengedar dextro. Kali ini yang berhasil dibekuk, yakni Agus Marucu, 32, warga Desa Banyuglugur, Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo.

Tersangka dibekuk Satuan Reskoba Polres Probolinggo, Senin (9/8) setelah kedapatan membawa ribuan pil dextro. Saat itu tersangka baru turun dari bis yang ditumpanginya, sekitar pukul 14.30 WIB. Dia turun di simpang tiga Desa Sumberanyar, Kecamatan Paiton.

Saat itulah tim yang dipimpin Kasat Reskoba AKP Didik Suhardi langsung membekuk. Saat dibekuk, tersangka sempat memberikan perlawanan. Namun, polisi sigap bertindak. Sehingga, tersangka berhasil dilumpuhkan tanpa perlawanan berarti.

Tak hanya menangkap tersangka, polisi juga mengamankan ribuan pil. Terdiri dari 5 ribu butir pil dextro, 300 butir pil jenis Trihexy Fenidil dan uang tunai Rp 62 ribu. Barang-barang itu dibungkus dengan sebuah tas berwarna merah.

Kasubag Humas Polres Probolinggo AKP Bambang S saat dikonfirmasi mengatakan, saat ini tersangka masih dalam penyidikan. Dikatakan Bambang, sangat dimungkinkan ada pengembangan pelaku.

Sebab, wilayah edar tersangka juga meliputi Paiton dan sekitarnya. Sementara tersangka membawa barang dari Kecamatan Besuki, Situbondo. "Asalnya juga dari Situbondo. Lalu barangnya di bawa ke sini," kata Bambang.

Karena itu kata Bambang, pihaknya terus mengusut asal pil tersebut. "Terus kita pantau perkembangannya," tuturnya.

Atas tindakannya, tersangka terbukti melanggar pasal 196 Junto 197 UU RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Ancaman hukuman yang bakal ditimpakan, yakni hukuman maksimal 10 tahun penjara. Subsider denda sebesar Rp 1 Miliar. "Ini sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Yang jelas, Agus akan kita proses sesuai prosedur yang berlaku," pungkas Bambang. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174429

Tak Ada Mamin Kadaluwarsa

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Dua hari sebelum puasa (9/8), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Probolinggo melakukan inspeksi mendadak (sidak) makanan dan minuman (mamin). Sidak dilakukan di sejumlah tempat untuk mengecek mamin yang expired atau kadaluwarsa.

Yakni, swalayan Diva dan Delta di Kraksaan. Lalu pasar Leces, Kecamatan Leces. Hasilnya, tidak ditemukan satupun mamin yang kadaluwarsa.

Tim sidak berjumlah 10 orang dan dipimpin Bambang Soesilo, kepala bidang (Kabid) Perlindungan Konsumen, Disperindag. Juga ada Kepala Satpol PP Sjaiful dan perwakilan dari dinas kesehatan.

Sekitar pukul 10.30 WIB, tim tiba di Diva swalayan dan langsung masuk dengan didampingi manager Diva, Rudi. Selanjutnya tim langsung memeriksa mamin yang dijual selama sekitar 45 menit. Tidak ditemukan mamin expired di tempat itu.

Tim lantas bergerak menuju Delta. Di sini, tim langsung menuju bagian penjualan sembako dan rumah tangga dengan didampingi manager setempat. Sidak di Delta juga berlangsung sekitar 45 menit. Hasilnya sama dengan sebelumnya, tim tidak menemukan mamin expired.

Sebelum berangkat ke pasar Leces, lebih dulu Bambang Soesilo memberikan keterangan. Menurut Bambang, sidak merupakan kegiatan rutin Disperindag. Pelaksanaannya dilakukan secara acak. Bahkan tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pengelola. "Seperti sekarang ini. Kita tidak koordinasi dengan pengelola. Baru (koordinasi) ketika sampai di sini," jelas Bambang.

Bambang melanjutkan, sidak umumnya dilakukan saat menjelang Ramadan. Sebab, biasanya barang-barang expired sering dikeluarkan atau dijual lagi saat ramai. Apalagi selama Ramadan. "Masyarakat mudah sekali membeli barang. Karena khawatir stok habis. Padahal pengelola bisa saja menaruh barang (expired) karena banyaknya pembeli," ujarnya.

Karena itu Bambang menghimbau agar pengelola memperhatikan masa expired sebuah produk. Sebab hal itu akan menjadi penilaian masyarakat. "Masyarakat kita bisa tahu tentang produk tak layak. Jadi lebih baik pengelola atau pengusaha juga menjaga citra," pintanya.

Sementara pada masyarakat, Bambang berharap agar selalu berhati-hati dengan produk mamin yang akan dikonsumsi. Sebab, saat ini menurutnya banyak produk expired yang masih dipasarkan. "Itu jelas menyalahi aturan," tegas Bambang.

Jika ditemukan produk expired, maka Diperindag kata Bambang memiliki kewenangan untuk menyita. Namun selama 2 tahun terakhir, belum pernah ada penyitaan. "Kabupaten Probolinggo cukup aman dari hal itu," pungkasnya.

Selanjutnya, tim sidak langsung meluncur ke pasar Leces. Saat dikonfirmasi lebih lanjut, juga tidak ditemukan produk expired di pasar tersebut. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174428

Tingkatkan Nasionalisme

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
Semangat nasionalisme sudah sepatutnya tumbuh di hati dan pikiran warga negara. Sebab, nasionalisme akan menjadi kekuatan dari negara.

Demikian dikatakan Setya Kurniawan, Pengurus Kaukus Pemuda Probolinggo (KPP). Setya mengatakan, seiring perkembangan jaman, semangat nasionalisme justru semakin menurun. Saat ini banyak masyarakat yang mengikuti budaya asing. "Apalagi sering nonton televisi, pasti terkontaminasi," tuturnya.

Menipisnya jiwa nasionalisme masyarakat ini selanjutnya berdampak besar bagi pelajar. Sebab umumnya pelajar masih labil sifatnya. Selain itu, mereka cenderung meniru hal yang mereka anggap hebat. "Gaul, kata pemuda sekarang," kata Setya.

Namun kata Setya, banyak hal yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme. Khususnya untuk pelajar. Mereka perlu ditekankan tentang semangat nasionalisme. Sebab, pelajar yang akan meneruskan kepemimpinan di masa depan.

Lebih jauh Setya berharap, pelajar bisa memaknai kemerdekaan. Bukan hanya merayakan saja. Lebih lagi, pelajar juga harus bisa mempertahankan kemerdekaan itu. "Caranya dengan belajar giat dan meningkatkan kemampuan mereka. Agar prestasinya bisa mengharumkan nama bangsa," pungkas Setya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174427