Selasa, 20 Juli 2010

Banyak Tutup, Dibobol Pula

[ Selasa, 20 Juli 2010 ]
Maling Hanya Ambil Gembok

PROBOLINGGO - Kondisi stan pusat oleh-oleh di kawasan Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) Kota Probolinggo sungguh mengenaskan. Selama ini stan-stan itu banyak tutupnya. Eh, Sabtu (17/7) malam lalu ada dua stan yang dibobol maling. Syukur saja tidak sampai ada barang yang digondol kecuali gembok rolling door.

Dari informasi yang berhasil dihimpun Radar Bromo, peristiwa kriminal itu diperkirakan terjadi pada Sabtu (17/7) malam. Stan yang jadi korban adalah pusat informasi pariwisata milik Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Dispobpar) yang ditempati Madinah Collection untuk jualan souvenir dan handycraft. Lalu, stan Kembar Jasa Lestari, yang menjual produk sepatu dan tas kulit.

Dua stan tersebut bersebelahan, nomor 2 dan 3, terletak di ujung timur dekat musala dan toilet. Saat dikonfirmasi, Ida, pemilik Madinah Collection membenarkan kalau rolling door stannya dibobol oleh seseorang.

"Iya. Hilang. Waktu hari Sabtu itu, saya tutupnya sore. Saya yakin sudah saya gembok. Minggu (18/7) saya datang mau buka toko, ternyata gemboknya sudah tidak ada," ujar Ida kepada Radar Bromo kemarin.

Mengetahui gembok pintu toko raib, Ida buru-buru buka pintu dan melihat barang dagangannya. "Untungnya masih ada semua di etalase. Alhamdulillah barangnya tidak ada yang hilang. Saya heran, terus buat apa kok ngambil gemboknya saja," tuturnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh seorang lelaki yang menjaga stand Kembar Jasa Lestari. Pada Sabtu lalu ia menutup tokonya sore hari. Kemudian malam harinya, sekitar pukul 20.00 ia kembali ke TWSL karena diperintah bosnya mengambil beberapa barang dagangan.

"Malam itu, waktu saya datang masih ada gemboknya. Saya malah keliru buka gembok pintunya Mbak Ida (Madinah Collection). Saya lihat nomernya, eh ternyata keliru. Di depan sini banyak anak pacaran, mulai dari depan stan ini sampai ke depan mushola," tutur lelaki muda berkaos Jinggomania (julukan suporter Persipro).

Pembobolan itu baru diketahui kemarin (19/7), karena Minggu tidak buka. Di stan tersebut juga tidak ditemukan barang hilang kecuali gembok. "Punya Mbak Ida gemboknya bagus, kotak. Kalau punya saya modelnya biasa," sahut lelaki itu lagi.

Pembobolan ini rasanya menambah keprihatinan kondisi stan-stan depan TWSL itu. Puluhan stan yang berada di bawah koordinasi Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) itu memang sedang kritis. Tak banyak yang buka.

Di sisi timur, siang kemarin, hanya ada tiga stand yang buka. Sedangkan di sisi barat justru hanya ada satu stand, itu pun hanya membuka separo rolling door-nya. Stan menjual makanan juga tutup semua.

Beberapa inovasi sudah dilaksanakan oleh pemkot agar kawasan itu ramai traksaksi ekonomi. Mulai dari menjadikan stan TWSL sebagai tempat peristirahatan, mengarahkan bus pariwisata lewat TWSL hingga memberikan snack dan minuman gratis. Namun upaya itu seolah tidak berhasil. Ruang showroom yang sebelumnya dipakai display produk unggulan dari berbagai UKM juga kosong.

Menurut Lukman, salah satu pemilik stan, beberapa waktu lalu telah diadakan rapat yang dipimpin oleh Sekda Johny Haryanto. Dalam rapat itu disebutkan jika dalam beberapa bulan stand tidak buka, maka stan akan diambil alih oleh Dinas Koperindag. "Saya setiap hari tetap buka. Kalau tidak di sini, mau buka di mana lagi. Pelanggan sudah terlanjur tahunya tempat kami di sini," jelas pemilik Lestari Collection itu.

Pemilik stan banyak mengeluhkan tentang keamanan di kawasan tersebut. Pasalnya, hampir setiap malam banyak anak-anak yang minum-minuman keras di stan TWSL sisi timur. Keberadaan mereka dianggap sangat meresahkan.

"Banyak anak pacarannya juga. Percuma polisinya menjaga di sebelah barat, tapi di sini (timur) tidak ada yang jaga. Apalagi lampu penerangan juga tidak ada di sini," tutur seorang pedagang.

Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Koperindag Widiharto mengaku tidak tahu jika ada stan yang gemboknya kebobolan. Soal rencana terhadap stand TWSL, Widiharto sudah menyampaikan kepada mereka yang menggunakan stan agar segera membuka kembali.

"Kami mengimbau kepada yang bersangkutan, supaya ada kesadaran. Kalau tidak dibuka maka kembalikan ke pemkot. Karena akan kami atur lagi penghuninya. Kami tidak memberikan tenggang waktu, tinggal kesadaran yang bersangkutan saja," ucap Widiharto.

Menurutnya, keluhan mereka yang berjualan di stan, barang yang mereka jual tidak laku. Pembeli juga tidak ada. "Makanya akan kami beri pembinaan dan kami atur lagi. Supaya ke depannya ada transaksi jual beli di sana untuk meningkatkan pendapatan UKM," tuturnya. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar