Jumat, 27 Agustus 2010

KTP Ganda Dipolisikan

Jumat, 27 Agustus 2010

Probolinggo - SURYA- Gara-gara diduga memiliki KTP ganda, Ahmad, asal Desa Condong, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo dilaporkan ke Polres Probolinggo oleh LSM Aliansi Masyarakat Peduli Probolinggo (AMPP), Kamis (26/8).

Namun, para pelapor yang berjumlah sekitar 10 orang ini, terkesan salah sasaran, karena sempat melapor ke Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Kraksaan.

Mereka akhirnya balik kucing menuju mapolres, setelah mendapat penjelasan dari staf kejaksaan, jika materi laporannya termasuk pidana umum.

“Kita sebenarnya tidak salah sasaran. Karena, akibat pemalsuan KTP itu berakibat kerugian negara, karena KTP ganda tersebut digunakan untuk menerima BLT ganda dari pemerintah,” ujar Ketua LSM AMPP H Lutfi Hamid kepada Surya.

Sementara itu, Kasat Reskrim AKP Heri Mulyono mengaku akan memproses laporan tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang ada. n tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/08/27/ktp-ganda-dipolisikan-2.html?utm_source=feedburner&utm_medium=twitter&utm_campaign=Feed%3A+surya-online+%28SURYA+Online+-Portal+Berita+Jawa+Timur+Sebenarnya%29

Jumlah Calhaj Lansia Jatim 7 Persen

Jumat, 27 Agustus 2010 | 13:03 WIB

SURABAYA-Di antara daftar tunggu (waiting list) haji jumlah yang berusia 70 tahun ke atas di Jawa Timur mencapai 7 persen. Dikhawatirkan calon haji lansia ini tidak sempat berangkat karena usia makin uzur atau keburu meninggal.

Di Kabupaten Mojokerto misalnya, JCH berusia 70 tahun untuk keberangkatan tahun 2017 ada 87 orang dari total 1.219 jamaah. ”Rata-rata jumlah jamaah usia 70-90 tahun sekitar 7,1% dari total,” ujar Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh Kantor Kementerian Agama Kab. Mojokerto Drs H Gatot Machfudi MM, Jumat (27/8).

Sementara untuk keberangkatan 2010, yang usianya 70 ke atas tahun ada 105 orang dari 1561 jamaah.

Di Madiun, ada 10 orang JCH lansia dari 340 orang yang mendaftar melalui Kantor Kementerian Agama Kab. Madiun untuk keberangkatan 2017.

Sementara di Probolinggo, dari sekitar 700 calon jamaah haji yang berangkat ke Mekkah tiap tahunnya, sekitar 5% di antaranya merupakan lansia. Di Pamekasan JCH yang akan berangkat tahun 2017 dengan usia di atas 70 tahun sebanyak 18 orang. bas, swd, isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=33349e909eba71677299d2fc97e158b7&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Pekerjakan 6 WNA, KM Sumber Rezeki Ditangkap

Jumat, 27 Agustus 2010 | 11:35 WIB

PROBOLINGGO - Kapal Motor (KM) Sumber Rezeki asal Tanjung Balai, Sumut, yang mempekerjakan enam nelayan Vietnam diamankan Polair Probolinggo. Sesuai Pasal 35A Undang-Undang 45/2009 tentang perikanan, kapal berbendera Indonesia tidak diperbolehkan mempekerjakan nelayan asing.

Kapal bertonase 34 gross tons (GT) itu bertolak dari Tanjung Balai dinakhodai Lili Romli. Kamis (26/8) pagi kapal tersebut bermaksud singgah di dermaga Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) solar.

Keenam nelayan Vietnam langsung digiring ke markas Polair di kompleks Pelabuhan Tanjung Tembaga. Masing-masing, Phong Xoan Tien (32), Phu Len (32), Phan Lan Hau (25), Nguyen Huuphuoc (38), Phan Vain Lai (22), dan Nguyen Chi (42).

Namun tidak satu pun nelayan itu yang bisa berbahasa Inggris apalagi bahasa Indonesia. Mereka hanya bisa berbicara dengan bahasa isyarat. ’’Mereka menggunakan ‘bahasa Tarzan’ menunjuk-nunjuk perutnya tanda kelaparan,” ujar Kasat Polair AKP Purwanto.

’’Mereka melanggar. Kapal berbendera Indonesia, 6 ABK-nya dari Vietnam,” ujar seorang penyidik Polair. Pemilik kapal bisa dijerat hukuman maksimal 1 tahun penjara dan denda Rp 250 juta.

Disinggung apakah sudah ada yang dijerat sebagai tersangka, Kasat Polair AKP Purwanto mengatakan, “Belum, mereka baru kami periksa. Itu pun kami kesulitan karena mereka tidak bisa bahasa Inggris dan Indonesia.” Yang jelas, KM Sumber Rezeki diamankan di dermaga di sebelah barat markas Polair. Polisi juga mengamankan sejumlah dokumen kapal.

Polisi memeriksa nakhoda KM Sumber Rezeki, Lili Romli (30). Lili yang juga mengaku tekong tenaga kerja itu mengatakan, ke-6 nelayan Vietnam itu mengantongi visa kerja. ’’Mereka resmi, ada paspor dan visa kerja sebagai nelayan,” ujarnya.

Disinggung mengapa harus menggunakan tenaga kerja asing, sementara tenaga kerja lokal juga banyak, Lili mengaku, semuanya kebijakan pemilik kapal. ’’Itu semua kebijakan Pak Otowijaya, pemilik kapal di Tanjung Balai sana,” ujarnya.

Lili juga mengaku, ke-6 nelayan Vietnam itu baru sekitar sebulan lalu bekerja di kapalnya. “Mereka ahli dalam mencari menemukan kumpulan ikan yang bakal kami tangkap,” ujarnya.

Selain diperkuat 6 nelayan Vietnam, KM Sumber Rezeki juga mempekerjakan 7 nelayan dari Indonesia sendiri. “Dokumen kapal kami lengkap termasuk dokumen para nelayan dari Vietnam,” ujar Lili.

Lili juga mengaku, sejumlah kapal asal Tanjung Balai lainnya juga biasa menggunakan tenaga kerja nelayan asing. Disinggung soal pelanggaran UU 45/2009 tentang Perikanan, ia mengaku tidak tahu. “Kenyatannya di Tanjung Balai sana, sudah biasa nelayan asing bekerja di kapal-kapal perikanan Indonesia,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Adpel Tanjung Tembaga, Wiliyanto yang dihubungi terpisah. “Tidak ada masalah, dokumen kapal dan pekerja, semuanya lengkap,” ujarnya kepada wartawan.isa

UU 45 Tahun 2009 tentang Perikanan

Pasal 35A (1): Kapal perikanan berbendera Indonesia yang melakukan penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia wajib menggunakan nakhoda dan anak buah kapal berkewarganeraaan Indonesia

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=a107ff1882aacc827822d2471c9b1edb&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Luruskan Bacaan, Dua Karib Carok Usai Tadarus

Jumat, 27 Agustus 2010

PROBOLINGGO - Surya- Tomi, 28, warga Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo akhirnya harus melupakan keinginannya untuk bisa ikut merayakan Idul Fitri. Pemuda yang masih lajang ini meninggal dunia setelah terlibat carok dengan temannya sendiri, Feri Romadhon, 20, warga RT 4 RW 1 Kelurahan Kebonsari Wetan.

Akibat peristiwa berdarah usai Salat Tarawih, Rabu (25/6) sekitar pukul 21.35 WIB ini, Tomi mengalami luka bacok di bagian lengan kiri, dada kiri hingga tembus tulang rusuk dan luka di pantat bagian belakang sebelah kiri. Kendati sempat dibawa ke RSUD dr Muhammad Saleh Kota Probolinggo, namun nyawa Tomi tidak tertolong lagi. Ia mengembuskan nafas terakhirnya karena terlalu banyak darah keluar dari lukanya.

Sedangkan Feri Romadlon hanya mengalami luka di lengan bagian kiri. Akibat perbuatannya, kini Feri diamankan di Mapolres Probolinggo untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pria yang memiliki anak yang masih berusia 4 bulan itu digelandang petugas ke Mapolresta Probolinggo usai dirawat di rumah sakit PG Wonolangan PTP Perkebunan XI, Dringu, Kabupaten Probolinggo.

Menurut M Rofii, Lurah Kebonsari Wetan, kedua pemuda yang terlibat perkelahian menggunakan celurit ini sebenarnya dilatarbelakangi persoalan sepele. Malam itu, usai Tarawih, keduanya ikut kegiatan tadarus di Musalla Ar-Ridho, Kelurahan Kebonsari Wetan yang tak jauh dari rumahnya. Dirasa pelafalan tajwid (bacaan) Alquran yang dilakukan Feri kurang tepat, Tomi menegurnya.

Tidak terima ditegur teman tadarusnya, Feri marah-marah dan menantang carok. Tomi yang kesehariannya bekerja mencari penumpang di terminal bus Bayuangga, Kota Probolinggo ini langsung menyambut tantangan Feri. Keduanya pun pulang ke rumah masing-masing untuk mengambil senjata tajam berupa celurit.

Tidak berselang lama, keduanya berpapasan di luar halaman musala. Tanpa ada komando, keduanya saling serang dengan senjata tajam. Nahas, sabetan Feri berkali-kali mengenai tubuh Tomi sehingga membuatnya terkapar bersimbah darah.

Begitu melihat Tomi roboh, Feri melarikan diri dengan sepedanya. “Informasinya begitu, Cuma saya enggak tahu persis, dia kabur dengan sepeda motor atau sepeda pancal,” jelas Lurah Kebonsari Wetan.

Sebenarnya saat berlangsung carok, ada beberapa warga yang mengetahui pertarungan tersebut. Namun mereka mengaku tidak berani memisah karena masing-masing memegang celurit. Bahkan warga memilih menyingkir. Sehingga Tomi yang kala itu sudah roboh, tidak segera mendapat pertolongan, karena warga telanjur menyingkir.

Sementara itu, warga sekitar mengaku prihatin dengan peristiwa carok tersebut. Mestinya, menurut mereka, persoalan yang dipicu masalah sepele itu diselesaikan dengan cara damai. Apalagi, kata warga, keduanya merupakan sahabat dan sering tadarus bersama.

Kapolresta Probolinggo melalui Kasat Reskrim AKP Agus I Supriyanto mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan penyebab terjadinya saling bacok tersebut. Namun pihaknya mengaku telah mengamankan barang bukti berupa sandal dan sarung celurit di tempat kejadian. “Kami masih mendalami peristiwa ini,” jelas Kasat saat berada di kamar mayat RSUD dr Muhammad Saleh, Kamis (26/8).nst35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/08/27/luruskan-bacaan-dua-karib-carok-usai-tadarus.html

Doa Bersama Tokoh Agama di Yadnya Kasada

Kamis, 26 Agustus 2010 | 23:40 WIB
afterthisandthat.com
ilustrasi

PASURUAN, KOMPAS.com--Para pemuka Agama Islam, Hindu, dan Kristen memimpin doa bersama pada perayaan "Yadnya Kasada" di Pendapa Agung Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa timur, Rabu (25/8) malam.

Doa bersama tersebut merupakan bukti kerukunan warga suku Tengger di Gunung Bromo yang masih kental. Juga merupakan penghormatan warga suku Tengger terhadap pelestarian tradisi para leluhurnya.

Perayaan Yadnya Kasada merupakan tradisi warga suku Tengger yang masih tetap lestari di Gunung Bromo.

Yadnya Kasada masih tetap dilaksanakan selurubn warga suku Tengger di kawaswan Gunung Bromo yang meliputi empat daerah, yakni Pasuruan, Probolinggo, Malang, dan Lumajang. Puncak Yadnya Kasada diakhiri dengan Kurban Suci, yakni melarung sejaji berupa hasil bumi dan ternak di kawah Gunung Bromo.

Di Pasuruan, perayaan Yadnya Kasada dilaksanakan di Pendapa Agung Desa Wonokitri. Diikuti seluruh warga suku Tengger yang tersebar di Tosari, Nongkojajar, dan Puspo.

Para pejabat baru di Kabupaten Pasuruan yang hadir dalam perayaan tersebut mendapat kehormatan mendapat udeng dari Dukun Tengger, Supayadi sebagai keluarga kehormatan suku Tengger.

Para pejabat yang mendapat kehormatan itu masing-masing Wakil Bupati Pasuruan Eddy Paripurna, Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan Irsyad Yusuf, Kapolres Pasuruan AKBP Syahrdiantono, dan Dandim Pasuruan Letkol Abu Bakar.

Dalam perayaan Yadnya Kasada di halaman Pendapa Agung Wonokitri semalam, digelar pergelaran wayang kulit hingga dini menjelang warga suku Tengger berangkat melaksanakan Kurban Suci di kawah Gunung Bromo.

Camat Tosari Gatot Suprapto, menjelaskan pergelaran wayang kulit dilaksanakan sebagai upaya melestarikan budaya lokal untuk mendukung Gunung Bromo sebagai obyek wisata andalan Jawa Timur.

Untuk mendukung Gunung Bromo yang telah ditetapkan sebagai ikon Jawa imur, lanjut dia, akan terus menghidupkan kembali budaya-budaya lokal Tengger maupun Jawa Timur.

Selain itu, infrastruktur di kawasaab Gunung Bromo juga akan terus ditingkatkan. Ia menyebutkan, jalan menuju kawah Gunung Bromo antara ruas Dingklik hingga laut pasir yang kini rusak juga akan diusulkan perbaikannya ke Provinsi Jawa Timur.

Gatot menjelaskan, ruas jalan yang rusak tersebut merupakan wilayah Tosari, Kabupaten Pasuruan. Namun lokasinya berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Selain itu, jalan tersebut juga merupakan jalan perlintasan antardaerah, yakni Pasuruan dan Probolinggo. "Usulan perbaikan jalan tersebut telah disampaikan ke Provinsi Jawa Timur," ujar Gatot menegaskan.

Sumber: http://oase.kompas.com/read/2010/08/26/23402241/Doa.Bersama.Tokoh.Agama.di.Yadnya.Kasada-3

Umat Antusias Hadiri Yadnya Kasada

Ritual
Kamis, 26 Agustus 2010 | 22:09 WIB
Kompas/set

SURABAYA,KOMPAS--Ribuan masyarakat Tengger yang berasal dari empat kabupaten, yaitu Lumajang, Pasuruan, Probolinggo, dan Malang bersama-sama merayakan puncak perayaan Yadya Kasada di Pura Luhur Poten, Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (26/8) pagi. Ritual khusus pemeluk agama Hindu di Jawa ini tampak semarak karena dihadiri umat Hindu dari Bali serta wisatawan dalam negeri dan mancanegara.

Kerumunan umat Hindu serta wisatawan mulai terlihat sejak pukul 00.00. Mereka berkumpul di sekitar Pura Luhur Poten.

Made Yasa (57) umat asal Denpasar, Bali bersama 15 umat Hindu asal Bali lainnya datang ke Bromo sejak Rabu (25/8) kemarin. Kami ingin merasakan bagaimana bersembahyang dengan umat serumpun di sini. Di Bali, kami juga memiliki ritual serupa seperti Kesada, yaitu Pakelem di mana sesaji-sesaji kami larung ke danau atau laut, ucapnya.

Hadir juga dalam perayaan Yadnya Kasada, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik serta Wakil Gubernur Jat im Saifullah Yusuf. Sebelum dimulai ritual, Rabu (25/8) malam oleh sesepuh masyarakat Tengger Jero Wacik dikukuhkan sebagai warga kehormatan Tengger di Pendopo Agung, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Tahun lalu, gelar serupa diku kuhkan kepada Wakil Gubernur Jatim.

Tak hanya itu, para wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara juga sangat antusias menyaksikan jalannya perayaan Yadnya Kasada. Kevin (45) wisatawan asal London mengaku sangat tertarik dengan ritual masyarakat T engger. Ia juga sangat takjub dengan pemandangan Bromo yang indah.

Rangkaian ritual

Sekitar pukul 01.30 dini hari, rangkaian perayaan Yadnya Kasada dibuka dengan lantunan gamelan bernuansa Bali yang dimainkan di Pendopo Pura Luhur Poten. Selanjutnya, Ketua Perkumpulan Dukun Sekawasan Tengger Mujono membacakan sejarah Kasada yang menceritakan sejarah awal mula leluhur masyarakat Tengger yang merupakan keturunan pasangan Joko Seger dan Rara Anteng.

Dalam sejarah disebutkan, dahulu kala, setelah menikah Joko Seger dan Rara Anteng tak juga dikaruniai anak. Lalu, Joko Seger bersamadi dan mohon petunjuk Sang Hyang Widi Wasa. Akhirnya, berdasarkan petunjuk gaib, pasangan tersebut dikaruniai 25 anak.

Namun, ada satu syarat dimana salah satu anak Joko Seger dan Roro Anteng suatu saat akan diambil. Raden Kusuma, putra bungsu pasangan Joko Seger dan Roro Anteng yang akhirnya diambil melalui jilatan api saat meletusnya Gunung Bromo.

Saudara-saudara yang saya tinggalkan saya mewakili kalian. Kalian akan hidup rukun, tentram, dan bahagia. Setiap bulan purnama tanggal 15 Kasada persembahkanlah sesaji ke kawah Bromo, kata Mujono menirukan suara Raden Kusuma saat menyampaikan pesan kepada keluarganya. Dari kisah inilah, awal mula Kesada yang hingga kini dilestarikan dengan tradisi labuh sesaji ke kawah Bromo.

Setelah pembacaan sejarah, para dukun dan pemangku melakukan puja stuti atau puji-pujian yang kemudian dilanjutkan dengan acara wisuda dukun. Sebanyak empat calon dukun menjalani ujian dengan membaca mantra. Dar i empat calon tersebut, tiga di antaranya dinyatakan lulus dan sah menjadi dukun, sedangkan satu calon dukun mengundurkan diri.

Setelah wisuda dukun, ritual selanjutnya adalah labuh sesaji. Sebelum dilabuh, sesaji didoakan dulu di Pura Luhur Poten. Seluruh dukun dan pemangku mendoakan sesaji didampingi para umat.

Sekitar pukul 06.00 sesaji diarak naik ke kawah Bromo. Sesaji tersebut berupa ongkek atau pikulan berisi makanan, sayur serta buah-buahan, gunungan berisi hasil bumi, serta kepala kerbau. Di belakangnya, ribuan masyarakat Tengger juga turut melarung sesaji mereka masing-masing, entah berupa hasil bumi, uang, atau ternak.

Desa wisata

Di sela perayaan, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan mengembangkan kawasan Bromo dengan konsep desa wisata. Beberapa perlengkapan yang menunjang pariwisata akan dilengkapi, mulai dari teropong pandang, tempat singgah/penginapan, dan pendidikan sekolah menengah kejuruan khusus pariwisata.

Kami bekerjasama dengan Pemprov Jatim akan serius mengembangkan kawasan Bromo. Semua pihak sudah mengakui jika kawasan ini sangat indah dan penduduknya ramah-ramah. Ini adalah potensi luar biasa, ujarnya.

Sumber: http://oase.kompas.com/read/2010/08/26/2209599/Umat.Antusias.Hadiri.Yadnya.Kasada-3

BAKSO RUSUK

Kraksaan(24/08) Kota kraksaan betul betul akan menyuguhkan beberapa kuliner kuliner dengan inovasi baru contohnya munculnya bakso rusuk tepatnya di jalan yos sudarso kraksaan wetan ,di Gang krajan di daerah kraksaan wetan atau gang pertama dari arah lampu merah masuk ke jalan arah ke kali buntu atau apabila anda dari arah kali buntu maka letak bakso rusuk ini di gang ke 2 . Di kraksaan wetan sudah mempunyai kuliner primadona yang pertma W@po Pondok Lesehan" nasi jagung"yang tetap menjadi primadona masyrakat kraksaan wetan dan kini muncul primadona baru bakso rusuk yang tidak kalah juga banyak penggemarnya .


Terutama pas lagi berbuka puasa ehmmm tidak bisa di banyangakan semua kuliner tersebut penuh dengan pengunjung Sendok dan garpu tentunya tidak akan "menolong" untuk dapat menikmati bakso rusuk secara maksimal. Anda harus mencoba memakai kedua tangan agar potongan daging yang menempel di tulang bisa Anda habiskan dengan "tuntas".Bila anda penasaran langsung saja ke TKP di jamin top markotop bakso rusuknya(ary)

Sumber: http://www.kraksaan-info.co.cc/2010/08/bakso-rusuk.html