Selasa, 03 Agustus 2010

Seminar Tutup Olimpiade

[ Senin, 02 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Rangkaian olimpiade kepustakaan yang digelar Perpustakaan Umum Daerah (Perpusda) Kabupaten Probolinggo ditutup dengan gelaran seminar, Sabtu (31/7). Juga dilakukan penyerahan hadiah bagi para pemenang beragam lomba dalam olimpiade.

Seminar sendiri dibuka sekitar pukul 11.00 WIB oleh Asisten II (Pembangunan Ekonomi) Pemkab Probolinggo Ibrahim Muhammad. Ibrahim menekankan dalam sambutannya bahwa masyarakat perlu berkompetisi membaca. Termasuk, instansi pemerintah dan swasta.

"Bagaimana cara untuk meningkatkan minat baca? Berapa koleksi buku yang dipunyai?" tanya Ibrahim pada peserta seminar bertema 'Membangun Keluarga Senang Membaca dan Cinta Perpustakaan' itu.

Undangan lantas disuguhi pantomim "Ayo Membaca" oleh siswa SDN Maron Wetan 1. Pantomim ini diiringi lagu berjudul "Ayo Membaca" ciptaan Kepala Perpusda kabupaten Bambang Soemanto. "Untuk memotivasi masyarakat agar rajin membaca," ujar Bambang.

Baru kemudian seminar dimulai dengan dua nara sumber, yakni KH. Ahmad Fauzi Imron serta Kepala Perpusda Bambang. Dalam paparannya Kiai Ahmad Fauzi Imron menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk membaca.

Dikatakannya, kesadaran memiliki kunci penting untuk membaca. "Dalam Alquran disebutkan, Allah tidak akan mengubah suatu kaum jika kaum tersebut tak mau mengubah dirinya sendiri," terangnya.

Sementara Bambang Soemanto menyampaikan materi secara praktis. Menurutnya, akan banyak manfaat yang didapat melalui gemar membaca dan menulis. Yakni, dapat melejitkan kecerdasan dan kreatifitas. "Banyak membaca dan menulis akan menguntungkan bagi masyarakat. Karena akan menambah kecerdasan. Selanjutnya kita manfaat kecerdasan itu menjadi kreatifitas," tuturnya.

Di waktu yang sama PMII Cabang Probolinggo juga menggelar kegiatan ilmiah. Yakni, bedah buku "Pasang Surut Politik Kaum Sarungan" karya Suhermanto Ja'far, dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Kegiatan digelar di kantor PCNU Kraksaan, sekitar pukul 11.00 WIB. Suhermanto hadir sebagai pembicara pada kegiatan itu. Selain dia, ada 3 pembicara lain. Yakni, pengasuh Ponpes Badridduja Kraksaan KH. Tauhidillah Badri, anggota DPRD kabupaten Agil Bafaqih dan anggota DPRD Jawa Timur Mahdi.

Dalam buku tersebut, Suhermanto menekankan pentingnya memasyarakatkan civic religion. Terutama di kalangan NU. Sebab, selama ini konsep tersebut jarang didiskusikan. "Meski prakteknya berjalan," ujarnya.

Suhermanto lantas menyebutkan, ada beberapa jenis kiai yang dibahas di bukunya. Yakni, kiai post modernis. Di tangan kanan pegang handphone, sementara tangan kiri pegang proposal. "Yang disayangkan, tasbihnya hilang," katanya disambut tepuk tangan peserta.

Selanjutnya 3 narasumber lain memberikan paparan tak kalah menarik. Secara umum para narasumber sepakat tentang perlunya filter bagi kiprah kiai di bidang politik. "Harus disesuaikan. Jangan sampai syahwat politik lebih besar daripada kepentingan rakyat," ujar Agil. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173051

Tidak ada komentar:

Posting Komentar