Selasa, 03 Agustus 2010

Ketika Kabar Penculikan Anak Meresahkan Wali Murid di Probolinggo

[ Selasa, 03 Agustus 2010 ]
Main di Teras Rumah pun Dipantau

Merebaknya isu penculikan anak dalam beberapa minggu terakhir ini ternyata menimbulkan dampak psikologis bagi para wali murid di Probolinggo. Meski belum terjadi kasus penculikan anak di Probolinggo, kebanyakan wali murid mengaku takut

MUHAMMAD FAHMI, PROBOLINGGO

Beberapa perempuan nampak asyik ngobrol sambil bersandar di dinding pagar SDN Kalisalam, Dringu, Kabupaten Probolinggo sekitar pukul 08.45 pagi kemarin (2/8). Sebagian lagi ada yang sudah masuk di dalam kompleks sekolah sambil berbaur bersama beberapa penjual makanan ringan di bibir pintu gerbang sekolah.

Beberapa di antaranya sudah nampak saling mengenal satu sama lainnya. Ya, mereka adalah wali murid SDN Kalisalam yang berniat menjemput anaknya usai belajar di sekolah. Rata-rata pagi itu yang berkumpul adalah wali murid kelas 1 SD.

Pagi itu sekitar 15 orang wali murid nampak sudah ada di depan sekolah meski sebenarnya siswa kelas 1 sendiri baru pulang sekitar pukul 09.30. "Nanti kalau menjelang pulang, pasti tambah banyak yang ke sini," ujar salah satu wali murid yang kemarin memakai daster warna merah.

Wanita yang enggan namanya dikorankan itu mengatakan, kegiatan menjemput anak usai sekolah merupakan sebuah rutinitas. Namun rutinitas itu dalam beberapa minggu terakhir terasa agak berbeda.

Para wali murid mengaku lebih waspada untuk mengawasi putra-putrinya. "Karena itu beberapa minggu terakhir ini, walaupun jam pulang masih kurang 1 jam, beberapa wali murid sudah ada yang nyanggong," ujar ibu tersebut.

Ia mengatakan merebaknya isu penculikan anak yang beredar beberapa minggu terakhir ini cukup membuat orang tua waswas. "Siapa yang tidak takut kalau ada kabar ramai penculikan anak. Kami semua takut kalau anak kami yang jadi korbannya. Tidak mudah bikin anak Mas," ungkapnya.

"Bikinnya sih mudah dan enak. Cuma mengeluarkannya yang sulit dan butuh banyak uang," celetuk salah seorang wali murid lainnya yang menggunakan baju bermotif batik warna merah hati.

Menurut bebrapa wali murid yang kemarin nongkrong di SDN Kalisalam II, kabar penculikan anak itu menyebar begitu luas. "Kabarnya itu menyebar dari mulut ke mulut. Untuk yang dapat sms penculikan, masih jarang," ucap Nanik, salah satu wali murid yang kemarin memakai kaos putih.

Beredarnya kabar tersebut dijelaskan Nanik cukup membuat orang tua waswas. Bahkan menurut Nanik, orang tua saat ini sangat memperhatikan segala aktivitas buah hatinya.

"Jangankan ke sekolah. Sekarang ini kalau anak saya main di depan teras rumah saja, terus saya perhatikan. Terus kalau berangkat ngaji ke masjid yang biasanya berangkat dengan teman-temannya, sekarang ini juga saya antarkan," ungkap Nanik.

Di saat Radar Bromo asik njagong bersama wali murid di depan gerbang SDN Kedung Dalem, tiba-tiba ada seorang tukang becak yang sempat menyapa beberapa wali murid. Tanpa basa-basi, lalu tukang becak tersebut menyampaikan kabar kepada wali murid. "Tadi pagi di TV ada dua orang penculik anak sudah ditangkap," ungkapnya sambil berlalu pergi mengayuh becaknya.

"Sampeyan dengar sendiri kan beredarnya kabar itu. Kabar itu memang menyebar dari mulut ke mulut. Semoga saja di Probolinggo tidak terjadi. Di Jrebeng (Kota) beberapa hari lalu kan tidak terbukti," ungkap Ninik.

Sementara itu masalah merebaknya isu penculikan anak beberapa hari terakhir ini juga menjadi perhatian DPRD setempat. FKNU bahkan sempat mengangkat hal tersebut dalam rapat paripurna pemandangan umum fraksi soal PAK (Perubahan Anggaran Keuangan).

Dedy Suyanto, ketua FKNU mengatakan cukup ironis sekali kabar penculikan anak itu beredar di tengah perayaan Hari Anak Nasional (HAN). "Awan kelabu masih menggelayuti HAN kali ini. Kasus kekerasan kepada mereka terus terjadi. Bahkan model kekerasannya kerap ada di luar nalar dan sungguh menyentak nurani," katanya.

Menurut Dedy dunia anak yang merupakan dunia awal kehidupan adalah dunia serba warna yang harus diwarnai dengan tangan kebijakan dan pemikiran kearifan. Anak-anak akan tumbuh sesuai warna yang dipoleskan pada mereka.

Karena itu, pengaruh keluarga, lingkungan dan pendidikan sangatlah dominan dalam mengarahkan masa depan mereka. "Hak perlindungan, hak kelangsungan hidup dan hak berkembang telah menjadi hak fundamental dalam kebijakan terhadap anak Indonesia," jelasnya.

Namun menurut Dedy, yang terjadi di lapangan masih belum sesuai dengan harapan. "Saat ini kembali anak-anak dibuat tidak tenang. Setelah ketakutan dengan meledaknya beberapa kompor gas di rumah mereka, isu penculikan kembali menghantui kehidupan mereka," jelasnya.

Dengan merebakya isu tersebut, setiap hari gerak-gerik anak-anak jadi dibatasi. "Itu jelas merupakan elegi atau lagu berirama sedih. Yang seharusnya tidak dialami anak-anak Indonesia. Boleh jadi karena elegi itu, banyak anak tidak bisa menyanyikan lagu gembira tentang indahnya masa kanak-kanak," jelasnya.

"Kebanyakan anak kini justru lebih suka menyanyikan lagu orang-orang dewasa. Akibatnya ada banyak anak yang kebrangas atau cepat menjadi dewasa," beber Dedy.

Amin Haddar, sekretaris komisi D juga mengaku cukup prihatin dengan merebaknya isu penculikan akan tersebut. "Kami berharap masayrakat tidak perlu takut dan percaya begitu saja. Tetapi juga tetap waspada," jelasnya.

Polres Probolinggo sendiri juga sudah melakukan berbagai upaya agar masyarakat tidak terpengaruh dengan isu tersebut. "Sejauh ini di Probolinggo masih belum ada kasus penculikan anak," ujar Wakapolres Kompol Hadi Sucahyo kepada Radar Bromo beberapa hari lalu.

Lebih jauh perwira dengan satu bunga melati di pundaknya itu mengimbau, agar masyarakat juga waspada. Sebab kata Sucahyo, peran orang tua tetap yang utama. Ketika orang tua tidak memperhatikan hal itu, yang muncul adalah dampak negatif. "Saya pikir wajib bagi orang tua untuk hal itu," bebernya. (nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173174

Tidak ada komentar:

Posting Komentar