Rabu, 29 September 2010

12 Siswa SMA Terjaring Razia

[ Rabu, 29 September 2010 ]
KRAKSAAN-Akibat bolos, sebanyak 12 siswa SMAN 1 Gading Kabupaten Probolinggo harus berurusan dengan Satpol PP Kabupaten Probolinggo. Siswa-siswa itu terjaring dalam razia yang direncanakan dengan baik oleh Satpol PP, kemarin (28/9).

Mereka pun harus memertanggungjawabkan perbuatan mereka itu dengan diangkut ke kantor Satpol PP Kraksaan.

Para siswa itu terjaring saat sedang menikmati acara bolos di pesisir pantai Desa Gejugan Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo. Saat tertangkap, sebagian besar sudah melepas baju seragamnya. Kemudian mengganti dengan kaus. Bahkan ada seorang siswi yang juga ikut terjaring. Namun baju seragamnya masih terpakai.

Para siswa itu adalah M Ikbil, Abdul Rosi, Muhammad Ali, Reynaldi Amansyah, Lutfilah, Junaidi Hidayat. Selanjutnya Ali Haidar, Danang YA, M Iqbil Maulana, Al-Muzammil, dan Agus Mustofa. Sementara seorang siswi yang tertangkap yakni Ela Septiana.

Selain menangkap para siswa itu, petugas juga mengamankan sejumlah barang terlarang. Yakni 6 butir pil penenang yang dibawa seorang siswa. Saat ditanya, siswa tersebut mengaku pusing. "Kalau pusing ya jangan bolos ke pantai. Kalau sakit itu, pasti istirahat di rumah," tegas petugas.

Petugas juga menemukan sebuah botol miras utuh. Namun botol itu ditemukan di tempat berbeda. "Ini kami anggap sebagai barang bukti. Meski belum tentu adalah milik para siswa," sebut Kasi Binmas & Personel Didit.

Razia dilakukan setelah Satpol PP mendapat informasi dari masyarakat. Informan itu tak lain adalah pemilik tambak yang sering ditempati pacaran itu. Namanya Niwan. Niwan bersaudara dengan Muhammad Saleh, seorang staf BLH Kabupaten Probolinggo.

"Kantor BLH dan Satpol PP kan bertetangga. Jadi informasinya pun langsung kami terima. Setelah kami cek di lokasi yang dilaporkan, ternyata ada," kata Kasi Binmas & Personel Satpol PP Didit.

Satpol PP kemudian mengatur strategi. Yakni untuk melakukan penangkapan. Sebab jika tak direncanakan, kebanyakan bisa kabur dari kejaran petugas. Selanjutnya dua petugas Satpol PP, Abdurrahman dan Khoirul Anam melakukan penyamaran. "Setelah positif ada, kami langsung laporan ke kantor," ujar Abdur Rahman.

Sebanyak 8 orang petugas langsung bergerak menuju lokasi tersebut. menyusul Abdur Rahman dan Khairul Anam yang sudah berada di lokasi. Yakni dengan sebuah mobil patroli dan dua buah motor dinas. Tim itu dipimpin Arifin. Sementara anggotanya yakni Mansyur dan Safi'i, keduanya menggunakan sepeda motor. Sementara Hasan, Tomas, Ma'un, Ari Isjuwantoro, dan Razak naik mobil patroli.

Saat aksi penangkapan, petugas tak mengalami banyak kesulitan. Apalagi perjalanan menuju pantai hanya tersedia 1 jalur. Sehingga saat petugas melakukan penggerebekan, para siswa tak bisa kabur. "Sudah dihadang petugas yang lain di jalan itu. Tapi tadi sempat kejar-kejaran, Mas. Semuanya berhasil ditangkap," ujar Arifin, pimpinan tim.

Arifin menjelaskan, sebenarnya ada 14 orang yang berhasil dijaring. Namun 2 di antaranya dilepaskan. Sebab termasuk pengunjung umum saja. Selain itu, juga bukan siswa lagi. "Kami juga tak bisa menemukan bukti penguat. Sehingga 2 orang itu kami lepaskan," ujar Arifin.

Saat diperiksa petugas, sebagian besar siswa itu tak menyebut nama lengkap. Saat ditanya petugas, semuanya menjawab dengan nama panggilan saja. Bahkan ada yang sangat berbeda dengan nama aslinya. Hal itu membuat petugas gusar.

"Kami tidak akan menyiksa kalian. Kami cuma ingin kalian menjawab jujur. Masak, namanya Ela Septiana, ngakunya Evi. Itu bohong namanya," bentak seorang petugas.

Petugas kemudian menghukum para siswa dengan dijemur di halaman kantor. Selama sekitar 1 jam, sekitar pukul 10.00-11.00. Setelahnya, barulah para siswa dimintai keterangan identitas.

Satpol PP kemudian menghubungi pihak SMAN 1 Gading. Yakni agar mendatangi kantor Satpol PP. Sekitar pukul 11.30, dua orang guru sekolah tersebut datang. Yakni Sri Amaljati dan Bayu Andika. "Kepala sekolah menugaskan kami," ujar Sri kepada Didit.

Kepada Sri dan Bayu, Didit kemudian menjelaskan duduk persoalan yang terjadi. Menurut Didit, pihaknya terpaksa mengamankan para siswa. Apalagi hal itu dilakukan saat jam sekolah. "Alias bolos," tutur Didit.

Untuk menjemput siswa itu, Didit mengatakan akan dikembalikan jika dijemput orang tua. Namun kalau hendak dijemput oleh pihak sekolah, Didit pun menyilakan. Sri sendiri sepakat agar para siswa itu dijemput orang tua.

"Agar orang tua juga bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Kalau pihak kami tidak bisa melakukan kontrol. Selama si anak memang tidak masuk di lingkungan sekolah. Siswa ini kan memang bolos. Jadi di satu sisi ini bukan tanggung jawab kami," tutur Sri.

Namun pihak sekolah kata Sri, bukannya lepas tangan. Pihaknya akan tetap memberikan sanksi kepada para siswa itu. Sebab kata Sri, mereka sudah melakukan pelanggaran yang berat. Selain bolos, mereka juga melanggar peraturan lain. "Sanksinya pasti juga berat. Namun kami akan memanggil para orang tua ke sekolah," sebut Sri.

Sementara itu, Didit berharap, perilaku itu tak diulangi lagi oleh para siswa. Sebab kata Didit, hal itu merugikan diri sendiri dan juga orang lain. "Kalian harus insyaf dan sadar. Ini perbuatan yang percuma. Jangan sampai mengulangi lagi," kata Didit. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181941

Tidak ada komentar:

Posting Komentar