Kamis, 30 September 2010

Nur Subiyanto, CJH Kota Probolinggo dengan Risiko Kesehatan Tinggi

[ Kamis, 30 September 2010 ]
Terserang Stroke, Tetap Ingin Berangkat

Sejumlah calon jamaah haji (CJH) asal Kota Probolinggo dinyatakan Risti (Risiko Tinggi) karena kesehatannya. Salah satunya adalah Nur Subiyanto, 54, warga Jl Basuki Rahmad, 29. Dia menderita stroke sejak 2005 lalu. Sampai kini sakitnya belum sembuh, tapi ia tetap berniat ke tanah suci.

RUDIANTO, Probolinggo

Selasa (28/9) lalu, ratusan CJH asal Kota Probolinggo memadati alun-alun kota. Mereka melaksanakan manasik masal untuk kali terakhir sebelum berangkat ke tanah suci November nanti.

Dengan pakaian ihram lengkap, para CJH itu melakukan setiap tahapan-tahapan haji. Runtutan kegiatan dilaksanakan sambil menghafal doa-doa. Seperti niat umrah, ihram/haji. Mereka juga memeragakan cara tawaf, sa'i, jumrah dan rangkaian ibadah haji lainnya.

Dari ratusan CJH itu, ada salah seorang yang terlihat lain dari pada yang lain. jalannya agak pincang dan sekali-kali menggandeng tangan seorang perempuan di sebelahnya. Dialah Nur Subiyanto yang terlihat sering menggandeng tangan istrinya, Endang Supiyati.

Bapak dua orang anak itu menderitak stroke sejak 23 Agustus 2005 lalu. Waktu itu, tiba-tiba saja tangan kirinya tidak bisa digerakkan. Bahkan, wajahnya pun berubah agak mencong. Hal itu, berlanjut kepada kaki kirinya yang juga sulit digerakkan.

Mendapati hal tidak mengenakkan itu, Nur langsung memeriksakan diri ke dokter. Ternyata, dokter memvonis Nur telah terserang stroke dan harus opname. Saat itu pula, ia langsung berobat di RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo dan opname selama 6 hari.

Selama hampir sepekan nginap di RSUD Moh Saleh, Nur tidak mengalami banyak perubahan. Dokter pun menyarankan untuk melakukan perawatan di Surabaya. Akhirnya, Nur memutuskan untuk berobat ke RSUD dr Soetomo Surabaya.

Tak tanggung-tanggung, Nur menjalani opname selama 30 hari. Tapi, lagi-lagi tidak banyak hasilnya. Karena itulah, akhirnya Nur pulang dan menjalani rawat jalan. "Tidak ada perubahan, tangan dan kaki tetap tidak bisa digerakkan," ujar mantan karyawan PT Kertas Leces itu.

Meski berobat kesana-kemari belum ada hasilnya, bukan berarti Nur putus asa. Ia masih tetap berusaha sembuh dari penyakitnya. Ia pun menjalani berbagai macam terapi. Bahkan, pada 2007 ia sampai menjalani terapi di Kraksaan selama 100 hari. Tapi, lagi-lagi belum ada perubahan.

Karena sudah tidak ada hasil yang memuaskan, akhirnya Nur memilih kembali sepenuhnya kepada Allah. "Akhirnya, berserah diri kepada Allah dan diet. Tidak makan makanan yang mengandung kolesterol. Dengan seperti itu, akhirnya lebih baik. Hati lebih tenteram," ujarnya.

Meski penyakitnya tak sembuh-sembuh, keinginannya untuk menunaikan ibadah haji makin membuncah. Buktinya, pada 2007 selain melakukan terapi atas kesembuhan penyakitnya. Nur juga mendaftarkan diri bersama istrinya untuk menunaikan ibadah haji.

Sejak itu pula, nama Nur dan istrinya tercatat sebagai salah satu CJH. Setelah menunggu selama 3 tahun, akhirnya nomor porsinya katut untuk menunaikan ibadah haji tahun ini. "Kesempurnaan Islam" jawabnya, ketika ditanya apa motivasinya menunaikan ibadah haji dengan kondisi fisiknya sekarang.

Meski kondisi fisiknya sungguh sangat tidak fit, tapi kebesaran hatinya telah menyakinkannya untuk bisa melakukan rukun islam yang ke lima itu. Padahal, ibadah haji sangatlah berkaitan dengan kondisi fisik.

Tapi, Nur tidak gentar untuk menghadapi itu. Ia mengaku sudah siap dengan segala risikonya. Termasuk, ketika harus berjuang melakukan setiap ibadah yang akan dilakukan di Makkah nanti. "Saya pasrahkan kepada Allah, dengan seperti itu hati saya bisa lebih lapang. Yang penting itu ikhlas kepada Allah, pasti ditolong oleh Allah," ujarnya.

Laki-laki yang dilahirkan di Jogja, 27 Desember 1953 lalu itu mengaku, dirinya bisa menunaikan ibadah haji itu bukan karena siapa-siapa. Tapi, keinginan dan dorongan yang kuat dari putra putrinya yang kini sudah menjadi orang-orang sukses.

Tak hanya itu, ayah dari Doni Lukman Hakim, 32, dan Ani Nurhayani, 30, itu mengaku sangat berterima kasih kepada teman karibnya, Suparmo. Karena, dia juga telah banyak membantu atas ibadah yang akan diikutinya tahun ini. "Kalau manasik, terkadang saya bersama dia," ujarnya.

Semakin dekatnya jadwal keberangkatannya, Nur pun mengaku sudah memersiapkan segalanya. Tapi, yang lebih diutamakan adalah tetap menjaga kesehatannya. Selain masalah kesehatan, Nur juga sudah memersiapkan apa yang hendak dibawa ke Makkah. "Pengetahuan ibadah haji dan perlengkapan untuk ibadah," ujarnya.

Selain itu, laki-laki yang menikah pada 1976 lau itu, juga sudah memersiapkan pakaian yang hendak dibawanya ke Makkah. Utamanya baju ihram yang memang jelas-jelas akan dibutuhkan nanti. "Tapi, masih belum dimasukkan koper karena belum dapat koper," ujarnya.

Dalam melaksanakan ibadah haji ini, Nur megaku tak berharap banyak. Meski kini ia sedang dalam keadaan sakit yang telah dideritanya bertahun-tahun. Harapan utamanya, bukan kesembuhan penyakitnya itu.

Tapi, ia lebih berharap menjadi haji mabrur dan lebih bertakwa kepada Allah. "Motivasi saya, karena ingin menyempurnakan rukun Islam. Yang terakhir penyakit bisa sembuh, yang itu terakhir saja," ujarnya. "Kalau masalah kesembuhan, itu bukan motivasi. Sebab, kalau nanti datang ternyata tidak sembuh bisa tambah makin ngenes," lanjutnya. (nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=182132

Tidak ada komentar:

Posting Komentar