Selasa, 21 September 2010

Hujan, Harga Kopi pun Turun

[ Senin, 20 September 2010 ]
TIRIS - Keresahan yang dirasakan petani karena tingginya intensitas hujan semakin meluas. Tidak hanya meresahkan petani Tembakau dan garam. Petani Kopi pun merasakan keresahan yang sama. Sebab cuaca yang tidak bersahabat itu menyebankan harga jual Kopi turun.

Seperti yang dirasakan petani di perkebunan Kopi Desa Ranu Gedang, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Berbeda dengan tembakau dan garam yang harganya masih stabil. Saat ini harga jual Kopi malah turun hingga 50 persen.

Dalam pantauan Radar Bromo, kebanyakan petani di Desa Ranu Gedang sedang mengeluh. Seperti yang diutarakan Awir, 35, petani Kopi setempat. Menurutnya saat ini harga Kopi turun drastis. Kondisi itu membuat banyak petani kopi putus asa. "Harganya turun drastis, Mas," ujarnya.

Petani pun dibuat khawatir dengan kisaran harga jual Kopi saat ini. Harga tertinggi, yakni Rp 14 ribu. Sementara terendah Rp 8 ribu-Rp 9 ribu.

Awir lantas menjelaskan, ada tiga jenis kopi yang biasa ditanam masyarakat. Yakni kopi jenis Nangka, Torabika dan biasa. Dari jenis tersebut, yang paling baik adalah jenis Nangka. Kemudian jenis Torabika dan biasa.

Harga jenis Nangka saat ini berkisar Rp 14 ribu. Padahal selama Ramadan, harganya mencapai Rp 24 ribu. "Turun sampai 10 ribu rupiah," ujar Awir.

Sementara kopi Torabika saat ini berkisar pada angka Rp 12 ribu. Padahal sebelumnya harganya sekitar Rp 20 ribu. Sedangkan kopi biasa harganya jatuh hingga Rp 9 ribu rupiah. "Kopi biasa sebelumnya 16 ribu rupiah," sebut Awir.

Awir mengatakan, turunnya harga itu salah satunya disebabkan hujan. Sebab sifat tanaman Kopi memang cenderung rentan terhadap hujan. Jika hujan terus turun, maka daun-daun Kopi akan runtuh. "Selain itu aroma Kopi juga berkurang," terang Awir.

Belum lagi penanganan pasca panen atau saat penjemuran. Hujan yang terus turun membuat Kopi yang dijemur susah kering. Bahkan terguyur hujan. "Ya sudah (terguyur hujan, Red), dibiarkan saja. Meski ditolong, tetap saja basah," ujarnya.

Menurutnya, Kecamatan Tiris memang memiliki curah hujan cukup tinggi. Sebelum kecamatan lain hujan, biasanya hujan turun lebih dulu di Tiris. Hal ini juga berlaku di beberapa kecamatan di dataran tinggi.

Hal serupa disampaikan Ny Miran, 30, tetangga Awir yang juga petani Kopi. Miran mengaku mengalami kerugian cukup besar. Tak lain karena harga Kopi sedang turun. Padahal modal tanamnya cukup besar. "Itupun pinjam," ujarnya.

Menurutnya, dirinya sudah panen kopi. Namun hasilnya sama sekali tak memuaskan. "Bagaimana ini, kok semrawut," keluhnya.

Sementara Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Probolinggo Ir. Nanang Trijoko Suhartono membenarkan turunnya harga kopi saat ini. Namun menurut Nanang, penurunannya tak terlalu signifikan. Selain itu, petaninya tak terlalu banyak. "Tak seperti petani Tembakau," ujar Nanang kepada Radar Bromo.

Salah satu penyebabnya kata Nanang karena komoditas Kopi juga bergantung pada curah hujan. Terutama penjemuran Kopi pasca panen. Nanang pun berharap, hujan tak terlalu sering terjadi. Setidaknya tidak sampai membuat kerugian bagi petani.

Namun, Nanang mengaku tidak bisa memberikan banyak komentar tentang hujan yang intensitasnya cukup tinggi akhir-akhir ini. "Terkait hujan kita tak bisa banyak berkomentar. Itu sudah faktor alam," kata Nanang. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=180047

Tidak ada komentar:

Posting Komentar