Selasa, 21 September 2010

Duka Keluarga Toni Satriyono, Pemuda Kampung Dok yang Tewas Dibantai

[ Selasa, 21 September 2010 ]
Sangkal Putranya Jadi Mata-Mata Polisi

Tewasnya Toni Satriyono, 25, warga Jl Ikan Cumi-Cumi Mayangan Kota Probolinggo menyisakan duka pekat di keluarganya. Pemuda itu pergi selamanya tanpa pesan, justru meninggalkan misteri.

RUDIANTO, Probolinggo

Sejak Sabtu (18/9) lalu di ujung Jl Ikan Cumi-Cumi Kelurahan/Kecamatan Mayangan terpasang bendera putih berukuran sekira 40 x 50 cm. Tengahnya ada gambar palang warna hijau. Itulah bendera kematian, penanda duka keluarga setempat yakni pasangan suami istri (pasutri) Suyono-Jumani.

Pasutri itu kehilangan putranya, Toni Satriyono, untuk selamanya. Pemuda itu keluar dari rumahnya sejak Jumat (17/9) malam. Lalu pada Sabtu (18/9) dini hari, nasib Toni baru diketahui. Dia telah tewas dibantai. Mayatnya ditemukan di sebuah parit di Desa Pabean, Dringu Kabupaten Probolinggo.

Pada tubuh pemuda itu ditemukan banyak luka bacok. Di antaranya di bagian pipi kiri, bahu kanan-kiri dan perutnya. Bacokan pada perut itu membuat usus korban terburai.

Minggu (19/9) lalu sebuah terop masih berdiri di depan rumah bercat kuning di perkampungan yang biasa disebut Kampung Dok itu. Ya, itu adalah rumah pasutri Suyono-Jumani.

Suyono yang merupakan pegawai di Kecamatan Kuripan Kabupaten Probolinggo, hari itu tampak tabah menemui tamu-tamu yang datang bertakziah. Salah satunya adalah Wali Kota Probolinggo Buchori.

Tapi, Suyono tak bisa menyembunyikan kesedihannya ditinggal pergi putra pertamanya untuk selamanya. "Selama ini, dia (Toni, Red) tidak pernah bercerita kalau ada masalah dengan teman-temannya," tutur Suyono.

Lelaki itu berusaha keras menyembunyikan kesedihannya. Ia bercerita tentang kenangan bersama anaknya sebelum pergi untuk selama-lamanya. "Saya berusaha untuk tidak mengingatnya dengan cara memikirkan yang lain," ujarnya.

Mata Suyono sempat terlihat berkaca-kaca ketika mengingat malam kejadian tersebut. Di mana, ia merasa dibangunkan oleh Toni dan menuturkan kepergiannya. Tapi, berkat itu pula Suyono mengaku lebih tenang. Sebab, seakan-akan Suyono sudah mengetahui lebih awal peristiwa yang akan menimpa putranya.

Kini Suyono berharap pihak kepolisian bisa segera menangkap pelakunya. Menurutnya, dengan cara segera menemukan dan menangkap pelakunya, ia akan merasa lebih tenang dan senang. "Saya akan terus menjalankan kasus ini, sampai pelakunya tertangkap," ujar Suyono.

Meski hanya mempunyai seorang putra dan seorang putri, Suyono mengaku tidak begitu mengenal siapa saja yang menjadi teman Toni. Menurutnya, selama ini Toni justru lebih banyak bergaul dengan polisi.

Bahkan, orang-orang ada yang menyebut kalau Toni adalah salah seorang mata-mata polisi. Tapi, Suyono menolak kalau putranya itu dikatakan sebagai mata-mata polisi. "Pergaulannya memang banyak dengan polisi, tapi kalau dikatakan mata-matanya polisi, bukan," ujarnya.

Namun, selama ini memang Toni bergaul dengan siapa saja. Dari kalangan polisi sampai para nelayan. Di usianya yang mencapai 25 tahun, Toni masih belum mempunyai pekerjaan tetap. Untuk mengisi waktu luangnya, Toni juga sering ikut dengan para nelayan memburu ikan.

Pemuda lulusan SMP itu pun dikenal sebagai anak yang tak pernah melawan kedua orang tuanya. Bahkan meski digebuki oleh kedua orang tuanya, ia justru hanya minta maaf. "Penah saya tendang, karena pulang terlalu malam," ujar Suyono.

Kebiasaan Toni yang cukup melekat di benak Suyono adalah bila malam hari. Toni seperti tidak pernah tidur malam. Tapi, bukan keluyuran kebiasaannya, melainkan nonton televisi. "Kalau nonton TV, dari jam 23.00 sampai jam 07.00," ujar Suyono.

Kini Suyono hanya punya kenangan itu tentang putranya. Satu yang menambah duka, Suyono tak punya kenangan foto Toni. "Dia paling tidak suka berfoto. Termasuk di kala disuruh membuat KTP (Kartu Tanda Penduduk). Katanya, males ngantrinya," ucap Suyono. (yud)

Halal Bihalal, Dewan Dihibur Elekton

BANGIL- Agenda rapat paripurna pertama DPRD Kabupaten Pasuruan usai libur lebaran kemarin (20/9) juga dimanfaatkan dengan halal bihalal. Acara yang digelar di kantor dewan itu dihibur dengan alunan musik elektone.

Halal bihalal itu sedianya digelar langsung usai rapat paripurna. Tetapi entah mengapa, agenda halal bihalal itu molor beberapa menit. "Kalau agenda dewan itu sulit untuk mengetahui jam persisnya," celetuk Dailami, sekretaris DPRD sembari tersenyum.

Meskipun beberapa anggota dewan dan undangan belum ada yang hadir, namun hiburan musik elektone sudah dimainkan. Beberapa penyanyi wanita nampak menyanyikan lagu-lagu gambus padang pasir.

Sekitar pukul 13.15, acara halal bihalal itu sudah mulai dipenuhi oleh anggota dewan dan beberapa undangan. Sambil menikmati alunan musik padang pasir undangan bersama anggota dewan dan keluarganya langsung menyantap hidangan yang telah disediakan.

Menu yang ditawarkan pun cukup beragam. Mulai dengan lontong lodeh dan sejenisnya. Ada juga gulai dan sate kambing yang kemarin menjadi idola dan paling banyak diburu oleh undangan.

Menurut sekwan Dailami, agenda halal bihalal tersebut merupakan agenda rutin DPRD. "Cuma baru kali ini digelar di sini (halaman timur kantor DPRD) dan ada hiburannya (elekton)," jelasnya.

Adanya agenda halal bihalal tersebut diharapkan bisa merekatkan silaturahmi. Selain anggota dewan, halal bihalal kemarin juga diikuti oleh sejumlah pejabat dari eksekutif dan beberapa jajaran muspida.

Usai beramah tamah menyantap hidangan, agenda halal bihalal itu dilanjutkan dengan seremoni pembukaan. Dalam sambutannya, ketua DPRD Irsyad Yusuf mengatakan, dirinya mewakili anggota dewan mengucapkan permohonan maaf bila ada kesalahan.

Melihat mewahnya acara tersebut, tentu saja agenda halal bihalal tersebut cukup merogoh kocek cukup besar. Berapa besarannya. "Waduh jangan tanya berapa anggarannya, ya mas?" ungkap Dailami sambil tersenyum. (mie/day)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180228

Tidak ada komentar:

Posting Komentar