Jumat, 16 Juli 2010

Mebel Antik dan Multifungsi

Jumat, 16 Juli 2010 | 11:13 WIB

Oleh ASEPTA YP

Jangan kaget kalau menemui mebel antik multifungsi made in Probolinggo mengisi showroom mebel di Australia. Meski nilainya ekspornya belum banyak, masih Rp 80 juta/bulan, tapi pengiriman ini ajeg dilakukan.

Ketika jenuh pada nuansa serba modern dan mewah, banyak orang memilih kembali ke antik atau kuno tapi yang multifungsi. Realitas ini dibaca Darusman dengan mengaplikasikannya menjadi peluang bisnis mebeler.

Darusman mengakui lesunya pasar membuat sebagian besar pebisnis mebeler gulung tikar. Namun pria asli Probolinggo ini mencoba keluar dan ternyata berhasil mengemas produknya menjadi alternatif usaha yang menjanjikan.

Fokus usaha Darusman adalah duplicat antique. Kesan kuno dan antik menjadi ciri khas produk-produk mebeler miliknya. Dengan ciri inilah usaha Darusman terus berkembang di tengah keterpurukan pengusaha mebeler lainnya. Bahkan berhasil menembus pasar internasional.

Darusman melekatkan nuansa antik pada produkya dengan berbagai cara. Salah satunya merepro produk perabot zaman dulu, seperti kursi, meja, tempat tidur, dan lemari yang biasanya berukuran jumbo, dengan dilengkapi berbagai macam ukiran sebagai ornamennya.

Kemampuannya merepro seperti aslinya inilah yang membuat banyak orang ingin dibuatkan mebel yang sama dengan mebel warisan leluhurnya yang sudah rusak. Dan hasilnya, produk baru yang persis aslinya

Tidak hanya merepro mebeler kuno, Darusman juga mampu menampilkan kesan antik pada produk-produk kebutuhan modern yang dia garap. Misalnya pada meja bar. Pada tiang meja bar, ukiran dan polesan warnanya, semua dibuat bernuansa Jawa kuno, sehingga meja bar yang selama ini kita kenal sebagai perangkat modern berhasil dikemas dengan gaya kuno.

Bahan bakunya pun demikian, Darusman memilih kayu bekas untuk diolah menjadi perabot baru. “Saya menggunakan kayu lama karena mampu memperkuat kesan antiknya, terutama urat-uratnya” kata pria nyentrik itu.

Jadi, tidak heran jika di tempat usahanya di Jl Banjarsari kilometer 90 Kecamatan Suberasih Kabupaten Probolinggo banyak dijumpai perahu-perahu bekas, kentongan rusak, cikar, roda delman, dan sejumlah perangkat kayu yang tidak terpakai lagi.

“Bahan baku produk saya dari kayu bekas tersebut, sehingga serat-serat yang ditampilkan natural. Bahan baku ini saya peroleh dari Probolinggo, Bojonegoro, dan Ngawi,” ujarnya.

Selain itu, dia lebih mengutamakan produk-poduk yang mulifungsi, misalnya meja tamu bisa digunakan juga sebagai tempat tidur. “Model desainnya memang baru, menyesuaikan dengan kebutuhan, tapi kesannya tetap kuno. Selain bahan bakunya, ornamen yang kita tampilkan juga gaya lama. Mebeler ini multifungsi, cocok untuk perumahan di kota-kota yang umumnya sempit, jadi tidak banyak membutuhkan ruang,” jelasnya.

Berkreasi menciptakan desain-desain baru yang multifungsi dan bernuansa antic, intulah yang jadi resep utama Darusman dalam berusaha. “Agar mampu bersaing dengan produk lainnya, saya terus membuat desain baru yang belum pernah dibuat orang. Jika nanti telah ada yang meniru produk saya itu, saya akan mencari kreasi baru lagi. Dengan begitu konsumen tidak bosan dengan produk-produk saya,” ungkap Darusman.



Tembus Pasar LN



Selama 14 tahun bergelut di bidang mebeler, Darusman tak hanya memenuhi pasar lokal. Sejak setahun lalu, produknya merambah pasar Australia dan Iran. “Untuk Australia kami mendapatkan pesanan rutin satu kontainer per bulannya dengan berbagai jenis mebel. Sedangkan ke Iran, per tiga bulan kami harus mengirim satu kontainer,” terangnya.

Nilai ekspor ke Australia itu diakui masih belum terlalu besar, Rp 80 juta per bulan. Tapi itu ajeg dilakukan. Begitu pun ke Iran yang masih 3 bulan sekali dengan nilai Rp 30 juta untuk sekali pengiriman. Sedang untuk pasar local omset per bulannya mencapai Rp 300 juta.

Untuk lokal, pasar lebih difokuskan ke Jogjakarta dan Jakarta. Meski dekat, dia tak pernah memasarkan produknya di Bali seperti pengusaha mebel pada umumnya. “Bali sudah menjadi jujugan banyak pengusaha mebeler, sehingga terjadi penumpukan. Kami lebih fokus ke daerah-daerah yang belum banyak digarap,” tandsnya.

Terkait omset, Darusman mengaku usaha yang awalnya hanya bermodal kepercayaan ini, sekarang telah mampu menghasilkan ratusan juta tiap bulannya. “Dulu saya hanya seorang pelukis yang tidak laku, kemudian ikut orang bekerja di mebeler. Ketika pemilik mebeler itu bangkrut, bahan bakunya dipinjamkan saya untuk memulai usaha ini. Sekarang omset saya sudah ratusan juta tiap bulannya,” ungkapnya.

Saat membuka stan di expo Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) di Sarana Olahraga (SOR) Tri Dharma PT Petrokimia Gresik pada 12-15 Juli , dia mampu menjual puluhan set produknya. “Dirut PT Petrokimia Gresik, Arifin Tasrif membeli produk saya tujuh set dengan total harga Rp 25 juta,” katanya bangga.

Per set, seperti meja ukuran 200x60x80 cm dia bandrol Rp 2,5 juta, lemari sekitar Rp 6 jutaan.

Sedangkan untuk pangsa pasar, Darusman mengaku membidik konsumen di kota-kota besar, karena itu dia mengutamakan multifungsi dan kesan antik pada produknya. “Orang kota lebih menyukai efisiensi,” katanya. *

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=575c46124aa48ed3da9541f3bb7e07e0&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5


Tidak ada komentar:

Posting Komentar