Kamis, 22 Juli 2010

Para PelajarProbolinggo dan Pasuruan yang Sukses di O2SN

[ Kamis, 22 Juli 2010 ]
Nenek Belikan HP, Ayah Belikan Raket

Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) III digelar di Jakarta, 12-16 Juli lalu. Sejumlah pelajar Probolinggo dan Pasuruan yang turun mewakili Jatim, berhasil mendulang prestasi. Dari Probolinggo ada nama Richa Widi Purnamasari dan Arif Dwi Yanto yang sukses di cabang olahraga bulutangkis.

FAMY DECTA MAULIDA, Probolinggo

Dua pelajar SD berseragam jaket dan celana training warna hijau bertuliskan Jawa Timur, pagi kemarin masuk ruang Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Probolinggo Maksum Subani. Mereka saat itu memang sengaja dipanggil, terkait prestasinya di ajang O2SN III.

Dua pelajar itu adalah Richa Widi Purnamasari, 12, siswa SDN Sukabumi 5 dan Arif Dwi Yanto, 12, murid SDN Wonoasih 1. Saat hadir di ruang kepala Dispendik, Richa dan Arif sama membawa raket di dalam tas. Di tangannya tergenggam kotak berkain bludru berisi medali yang diraih dalam O2SN.

Richa berhasil menyabet medali emas juara I ganda putri, berpasangan dengan atlit dari Kabupaten Probolinggo, Sri Fatmawati (SDN Tamansari, Dringu). Sedangkan Arif meraih dua juara. Yaitu juara I tunggal putra dan juara III ganda putra, berpasangan dengan atlet dari Situbondo.

"Mereka adalah putra daerah yang berhasil menunjukkan kehebatannya di tingkat nasional. Setelah melalui tahapan proses dari kota sampai Jawa Timur, mereka berangkat ke Jakarta. Jadi, mereka ini mewakili Jawa Timur," tutur Maksum kemarin (20/7).

Banyak cabang olahraga yang dilombakan di O2SN. Tapi, Kota Probolinggo hanya menyumbangkan dua atlet bulutangkis. Richa dan Arif menceritakan, mereka berangkat ke Jakarta bersama pelatih dan tim dari Jawa Timur. O2SN berlangsung 12- 16 Juli di lapangan Ragunan, Jakarta.

Selain punya darah atlet dari keluarganya, baik Richa dan Arif kerap berlatih di sekolah dengan guru olahraganya. Mereka juga bergabung dalam klub PB Abadi Kota Probolinggo. "Jadi, ini perpaduan antara klub dan latihan di sekolah. Tidak hanya dilatih oleh pelatih di klub, mereka juga mendapat pembinaan dari guru olahraganya," terang Maksum yang juga sebagai Ketua PBSI Kota Probolinggo.

Sebelum berangkat ke Jakarta, Richa dan Arif kerap berlatih keras untuk mendapatkan kepercayaan mewakili provinsi Jatim di laga bulutangkis O2SN. Sayangnya, mimpi Richa untuk menduduki juara I tunggal putri harus kandas di pertandingan delapan besar.

Anak pasangan Jahuri dan Widi Astuti ini kalah saat menghadapi Gabriela dari Papua. "Di delapan besar itu, lawan beratnya Gabriela dari Papua. Tipuannya bagus," kata Richa yang tinggal di Perum Kopian itu.

Namun Richa tetap bisa menunjukkan kehebatannya saat berpartner dengan Sri Fatmawati dari Kabupaten Probolinggo. Mereka berhasil melumpuhkan lawan dari provinsi DKI Jakarta dan Sulawesi Utara, menang dua set dengan skor 21-19 dan 21-19. "Saya senang setelah tahu jadi juara," ujar Richa yang sudah main bulutangkis sejak kelas 2 SD.

Arif pun cerita yang tidak kalah seru. Ia lolos jadi juara I tunggal putra setelah kalah di set pertama dan menang di dua set berikutnya. Lawannya adalah atlet dari Banten.

"Waktu set pertama saya kalah. Set kedua dan tiga menang, skor 21-15 dan 21-10," cerita anak pasutri Husin Siswanto dan Agustina yang berdomisili di Desa Besuk, Kecamatan Bantaran itu.

Richa dan Arif bertekad ingin terus menjadi atlit bulutangkis karena ingin bisa masuk pelatnas. "Idola saya Susi Susanti," kata Richa.

"Kalau saya ingin seperti Taufik Hidayat," sahut Arif yang punya postur tubuh lebih kecil dibanding Richa.

Ternyata Richa pernah dilirik oleh PT Semen Gresik. Bahkan ia pernah tinggal di sana selama 2,5 bulan lalu kembali ke Kota Probolinggo. Itu lantaran pihak keluarga menganggap lebih baik berada di Kota Probolinggo, hingga Richa bisa bersekolah dan tetap berlatih bulutangkis.

"Sekarang katanya mau diambil sama Djarum. Tapi, keluarganya bilang masih mau pikir-pikir," terang Kepala SDN Sukabumi 5 Abdul Salam yang ikut mendampingi anak didiknya ke Dinas Pendidikan.

Di balik kesuksesannya menjadi juara nasional, ternyata ada sebuah motivasi yang membuat mereka menjadi juara. Selain giat berlatih, Richa dan Arif bertekad untuk menang karena dijanjikan sesuatu oleh keluarganya.

"Kalau menang, ayah janji mau belikan saya raket merk Hard," ucap Richa yang sudah punya enam raket bermerk. Karena Richa lolos jadi pemenang, maka Richa bakal punya raket ke tujuh yang harganya mencapai Rp 2 jutaan.

Bagaimana dengan Arif? "Saya dapat HP (handphone). Mbah Uti (nenek) bilang kalau saya menang mau dibelikan HP. Selama ini saya pinjam punya kakak. HP-nya sudah dibelikan waktu pulang dari Jakarta, merknya Nokia C3," jawab Arif dengan bangganya.

Melihat prestasi anak didiknya, Abdul Salam mengaku sangat bangga. Di sekolahnya punya visi misi meningkatkan akademik dan non akademik, termasuk pembenahan manajemen, kedisplinan dan SDM (sumber daya manusia). "Di bidang non akademik sudah terbukti," ujarnya.

Sementara itu, Kepala SDN Wonoasih 1 Sadino Eko Saputro mengatakan kemampuan anak didiknya terbilang lumayan. "Prestasi di non akademik sangat bagus dan membanggakan. Meskipun kami di sekolah pinggiran tetapi anak kami punya prestasi," tutur dia.

Kebanggaan juga diutarakan oleh Maksum Subani. Dengan memiliki prestasi gemilang di non akademik, kedua atlit nasional ini punya nilai plus. "Otak kiri dan kanan seimbang. Akademik dan non akademik sama jalan. Kemampuan mereka ini akan diperhitungkan. Saya berharap prestasi ini bisa memotivasi yang lain," ungkapnya.

Setelah ini, Richa dan Arif tidak bisa bersantai-santai. Artinya, mereka tidak hanya menyandang atlet tingkat lokal di kota atau provinsi. Melainkan kini sudah menjadi atlet nasional. "Pihak Jakarta mengatakan supaya mereka menyiapkan diri karena sebentar lagi ada event bulu tangkis nasional, dan mereka ini akan mewakili Indonesia," tambah Abdul Salam. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=171111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar