Kamis, 22 Juli 2010

Bau Elpiji Akan Mirip Bau Duren

Kamis, 22 Juli 2010

Jika Bocor Mudah TerciumDitambah Ethyl Mercaptan
Jakarta - Surya-
Untuk memudahkan deteksi dini (early warning) agar ledakan gas elpiji bisa dihindarkan, pemerintah telah memerintahkan PT Pertamina untuk menambah zat pembau yang lebih menyengat pada gas elpiji.

Zat pembau yang lebih tajam aromanya ini, terutama ditambahkan ke elpiji tabung 3 kg, yang akhir-akhir ini sering bocor dan memicu ledakan. Instruksi kepada Pertamina tersebut sudah muncul beberapa waktu lalu dalam rapat koordinasi teknis (rakornis) di Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kesra), yang khusus membahas permasalahan tabung elpiji 3 kg dan aksesorinya. Selama ini, Pertamina memang menjadi penanggung jawab program pengalihan (konversi) pemakaian minyak tanah ke elpiji.

“Hasil rapat koordinasi beberapa kali, Pertamina sudah memasukkan program meningkatkan kadar zat pembau pada gas elpiji,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka pada Kementerian Perindustrian, Ansari Bukhari, di Jakarta, Rabu (21/7).

Zat pembau yang ditambahkan ke gas elpiji itu, yang membuat baunya lebih tajam adalah ethyl mercaptan. Secara awam, bau yang ditimbulkan oleh zat ethyl mercaptan adalah seperti bau durian atau duren. Tapi, ada yang menyebut pula baunya seperti bau telur busuk. Zat ini merupakan senyawa belerang.

“Jadi, jika di dapur tercium bau khas seperti ini cukup tajam, sementara kita tidak punya telur busuk atau durian, jangan menyalakan listrik atau api di sekitarnya. Karena mungkin tabung gas Anda bocor. Bukalah jendela atau pintu, keluarkan tabung gas ke halaman. Bila bau telah hilang, dapur sudah aman,” papar Taufik Mahlan, konsultan independen terminal BBM dan elpiji.

Menurut Taufik, kalau kita tidak mencium bau apa-apa pada elpiji saat kita endus, berarti ada yang salah dengan elpiji kita. Mungkin gas elpijinya belum diberi pembau, atau kurang kadar pembaunya. Jika itu terjadi, maka kita bisa segera menghubungi Pertamina Gas Domestik terdekat untuk meminta kejelasan.

Sebelumnya, karena seringnya terjadi ledakan akibat kebocoran gas elpiji 3 kg, mantan Wapres Jusuf Kalla telah mengimbau agar Pertamina memerhatikan bau gas elpiji.

Menurut Kalla, yang merupakan pencetus ide konversi minyak tanah ke gas elpiji, dengan gas elpiji yang baunya lebih menyengat hidung, maka tatkala terjadi kebocoran, pengguna bisa lebih mudah mengendusnya. Dengan begitu, ledakan bisa dihindari sejak awal.

Berdasarkan hasil penyelidikan Kementerian Koordinator Kesra, pemerintah memastikan bahwa penyebab kecelakaan penggunaan gas elpiji 3 kg adalah tiga hal, yaitu selang bocor, katup tabung rusak, serta regulator yang tidak berfungsi. Belum dijumpai kecelakaan yang diakibatkan oleh bocornya tabung gas 3 kg.

Sepanjang periode 1 Januari-31 Mei 2010, pemerintah mencatat telah terdapat 33 insiden kecelakaan tabung gas elpiji 3 kg di seluruh wilayah Indonesia. Dipastikan, jumlah insiden ledakan akibat kebocoran tabung itu bertambah. Sebab, selama bulan Juni dan Juli ini, diberitakan lebih banyak lagi terjadi ledakan elpiji di mana-mana.

Sejumlah orang menjadi korban akibat ledakan itu, di antaranya meninggal dunia. Di Jawa Timur, terutama di wilayah Pertamina Rayon III (meliputi Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jember, Lumajang, Probolinggo, dan Malang Raya), setidaknya empat orang telah meninggal akibat ledakan elpiji 3 kg.

“Jumlah kecelakaan elpiji sejak tahun 2007 hingga saat ini tercatat 30 kasus, dan kurang dari lima orang yang meninggal dunia akibat kecelakaan elpiji,” kata Sales Representative Pertamina Rayon III, Hanggowo Wicaksono, dalam dengar pendapat dengan DPRD Jember, kemarin.

Menurut Hanggowo, banyaknya kecelakaan akibat ledakan tabung elpiji atau kebocoran gas karena ruangan dapur warga tidak memiliki ventilasi (lubang angin) bawah dan ruangan dapur tertutup rapat.

“Hasil pengamatan kami di sejumlah lokasi kecelakaan elpiji, ruangan dapur milik warga masih model dapur yang menggunakan minyak tanah. Karena itu dapur warga harus diubah,” kata Hanggowo.

Pertamina akan memberikan santunan kepada korban ledakan elpiji ukuran 3 kg sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Pertamina, di antaranya harus menunjukkan kartu penerima bantuan konversi.

Ia mengimbau warga yang menggunakan kompor gas harus memiliki ruang dapur dengan ventilasi di bawah, dekat kompor gas, sehingga bila ada kebocoran gas, maka gas tersebut akan menguap dan menghilang di udara.

“Berat jenis gas elpiji lebih besar dibandingkan dengan udara, apabila ada ventilasi di bawah maka gas itu cepat menghilang bersama udara dan tidak akan menimbulkan ledakan,” katanya.

Untuk itu, katanya, masyarakat harus mengubah model dapur yang biasanya memiliki ventilasi di atas ruangan atau samping, supaya tidak terjadi lagi kecelakaan elpiji.

“Hasil analisa kami, sebanyak 80 persen kecelakaan elpiji terjadi pada pagi hari karena pemilik rumah tidak mengetahui adanya kebocoran gas yang terjadi pada malam hari sebelumnya,” ujarnya.

Ia menjelaskan biasanya ibu rumah tangga memasak pada pagi hari tanpa membuka pintu dapur. Ketika terjadi kebocoran gas, api mudah tersulut dan menimbulkan ledakan seperti petasan, apabila ruangan tertutup rapat.

“Saya imbau ibu rumah tangga yang menggunakan kompor gas harus membuka pintu dan jendela dulu selama 15-20 menit, sehingga terjadi sirkulasi udara dan mengurangi terjadinya ledakan, apabila terdapat kebocoran gas,” tuturnya.n dtf/uni/dio/kompasiana.com

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/07/22/bau-elpiji-akan-mirip-bau-duren.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar