Jumat, 28 Mei 2010

PNS Tewas Mulut Berbusa

[ Jum'at, 28 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO - Hanteu Rupun, 53, seorang PNS di lingkungan Pemkot Probolinggo, Rabu (27/5) petang bikin geger warga Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Mayangan. Warga asal Kota Batu Malang itu ditemukan tewas di rumah kontrakannya di lingkungan RT 7/RW VIII kelurahan Mangunharjo.

Kejadian itu mengundang perhatian warga. Begitu tersebar kabar Hanteu ditemukan tak bernyawa, warga sekitar berdatangan. Tak lama kemudian, aparat kepolisian dari Polsek Mayangan dan Polresta Probolinggo merapat ke tempat kejadian perkara (TKP).

Bersama warga, polisi mengevakuasi jenazah Hanteu ke RSUD Dr Moh Saleh. Sedangkan sejumlah petugas lainnya melakukan olah TKP. Sampai di RSUD, jenazah PNS yang bertugas sebagai petugas penyuluh lapangan (PPL) Perikanan di Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) itu langsung dimasukkan ke kamar mayat.

Jenazah lelaki bergelar insiyur itu pun sudah kaku. Dan di mulutnya ada busa yang mongering. Setelah proses visum, jenazah Hanteu dipulangkan ke Malang, kemarin (27/5) sekira pukul 09.00.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo tewasnya Hanteu pertama kali ditemukan oleh seorang temannya, Agus Salim Pohan sekitar pukul 18.30. Agus yang juga sebagai PPL Perikanan di DKP itu hendak bertamu ke rumah Hanteu.

Saat itu Agus datang bersama temannya, Majid. "Saat itu, saya mau menemui dia (Hanteu) karena tadi (Rabu, 26/5) dia tidak masuk kerja. Dan, ada yang mau saya musyawarahkan. Karena dia kan satu tim dengan saya," ujar Agus.

Sampai di rumah Hanteu, Agus dan Majid mendapati lampu di dalam rumah Hanteu padam. Hanya ada satu lampu yang menyala, yakni di dalam kamar yang biasanya menjadi tempat tidurnya Hanteu. "Saya dengar dari tetangganya, katanya dia (Hanteu) pagi tadi (Rabu pagi) masih sempat keluar rumah memakai pakaian dinas," jelas Agus.

Mendapati rumah Hanteu gelap-gelapan, Agus mencoba untuk menghubungi nomor handphone (HP)-nya. Tapi, berkali-kali dihubungi tidak ada jawaban. "Sejak dari pagi memang saya coba telepon, tapi tidak diangkat-angkat," ujarnya.

Karena tidak ada jawaban itulah, Agus dan Majid mencoba mendekati kamar Hanteu dari samping rumah. Lalu, Agus kembali menghubungi nomor HP Hanteu. Agus dan Majid pun mendengar nada dering dari HP Hanteu, tapi tetap tidak diangkat.

Agus dan Majid semakin heran. Lalu mereka berinisiatif mengintip melalui jendela kamar Hanteu. "Saya naik ke atas bangku dan mengintipnya. Saya lihat dia terlentang dan saya panggil tidak menjawab," jelas Agus.

Kemudian, Agus memberitahukan temuannya itu kepada Majid. Majid pun ganti mengintipnya. Usai mengintip itulah mereka curgia ada yang tidak beres dengan Hanteu. Lalu, Majid meminta Agus menunggu di TKP. Sedangkan Majid melaporkan temuannya itu kepada ketua RT setempat.

Tak lama kemudian ketua RT Bakri dan seorang warga bernama Sukron mendatangi TKP. Setelah melihat kondisi Hanteu, mereka kemudian sepakat untuk mendobrak pintu rumah Hanteu. Tak ayal, ulah empat orang itu mengundang perhatian warga.

Warga berdatangan, ada juga yang melapor ke polisi. Polisi pun berdatangan, langsung melakukan olah TKP dan mengevakuasi jenazah Hanteu ke RSUD. "Tenyata, dia (Hanteu) sudah mangkat (tewas) jelas," jelas Agus.

Sampai di rumah sakit, jenazah Hanteu tak henti-hentinya menarik perhatian warga. "Dia (Hanteu) mulai bekerja di DKP sejak Timor-Timur (Timor Leste) merdeka," ujar Kabid Pengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan DKP, Sudiman.

Menurutnya, Hanteu bisa dikatakan tinggal sebatang kara di Probolinggo. Keluarganya tinggal di Malang. "Dia (Hanteu) tinggal sendirian di sini. Keluarganya tinggal di Malang semua. Ini masih menunggu keluarganya," ujar Sudiman saat ditemui di RSUD malam itu.

Menurut Sudiman, Hanteu punya riwayat penyakit hipertensi alias darah tinggi. Hal itu, juga dibenarkan Agus dan Majid. "Memang dia sering mengeluhkan penyakitkanya itu," ujar Sudiman.

Sementara, Kapolreta Probolinggo AKP Agus Wijayanto mengatakan belum bisa memastikan penyebab tewasnya Hanteu. Dari hasil olah TKP, pihaknya hanya menemukan obat-obatan berkaitan dengan tekanan darah tinggi.

"Tidak ditemukan bekas-bekas adanya penganiayaan atau yang mengarah pada adanya tindak pidana. Dan, meninggalnya diperkirakan lebih dari delapan jam sebelum ditemukan," ujarnya.

Apa ada kemungkinan bunuh diri? "Kami masih belum bisa memastikan karena kami juga masih menunggu hasil visum. Untuk lebih jelasnya nanti bila sudah hasil visum keluar," jelas Kapolresta. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161043

Tidak ada komentar:

Posting Komentar