Kamis, 23 September 2010

PT Leces Rambah Industri Gula

Kamis, 23 September 2010 | 10:20 WIB

PROBOLINGGO – PT Kertas Leces (PT KL) Probolinggo yang beberapa tahun terakhir didera kerugian merambah ke industri gula. Pabrik gula –yang terintegrasi dengan pabrik kertas karena ampas tebunya dimanfaatkan untuk bahan baku kertas– itu bakal dibangun di kompleks pabrik di Desa Leces, Kec Leces.

PT KL sudah sudah mengantongi restu dari Menteri BUMN Mustafa Abubakar untuk segera membangun PG. ’’Benar, PT Kertas Leces sudah mendapat lampu hijau dari Menteri BUMN untuk membangun pabrik gula,” ujar Sekretaris Perusahaan (Sekper) PT KL Prof Dr Ir R Abdul Haris MM, Rabu (22/9) malam.

Sehari sebelumnya, Dirut PT KL Martoyo Sugandi juga menyampaikan rencana pembangunan PG di komplek pabrik di tepi jalan nasional Probolinggo-Lumajang itu kepada Bupati Probolinggo Drs H Hasan Aminuddin MSi yang mengunjungi PT KL.

Martoyo yang didampingi Direktur Produksi dan Pengembangan Syarif Hidayat dan Direktur Pemasaran Zainal Arifin mengatakan, kesulitan mendapatkan bahan baku tebu tidak ada masalah. Sebab, PT KL mendapat jaminan tersedianya lahan tebu sekitar 25.000 hektare dari bupati.

Rencana membangun PG terintegrasi dengan pabrik kertas itu awalnya diusulkan Serikat Pekerja Sejahtera (SPS) PT KL. Bahkan SPS PT KL sudah memaparkan proposal pendirian PG itu di hadapan Komisi VI DPR RI, juga Panja Gula DPR RI, akhir Juni 2010 lalu.

’’Awalnya, kami mendengar pemerintah bakal membangun tiga PG baru di Indonesia yang didanai APBN senilai total Rp 4,5 triliun. Kami kemudian menindaklanjuti dengan mengirimkan proposal,” ujar Ketua SPS PT KL Imam Suliono SSos, Rabu (22/9).

Sesuai tawaran pemerintah, ke-3 PG itu 2 bakal dibangun di Jatim dan 1 PG di luar Jawa. Jatah 2 PG di Jatim itu sempat diperebutkan Pemkab Mojokerto dan Pemkab Banyuwangi.

Ketika Pemkab Mojokerto kesulitan menyediakan lahan untuk bakal lokasi PG, PT KL muncul menawarkan diri. “Kami mempunyai lahan cukup luas untuk mendirikan PG, selain itu juga pembangkit batubara yang sedang dalam tahap penyelesaian, dan unit pengolah limbah (UPL) sendiri,” ujar Prof Haris.

Survei Lahan

Belakangan masalah tersedianya lahan tebu menjadi ganjalan rencana pembangunan PG di kompleks PT KL. Soalnya, tiga PG di Kab Probolinggo, yakni PG Wonolangan, PG Pajarakan, dan PG Gending hanya mempunyai luas areal tebu sekitar 3.000 hektare.

Guna mencukupi bahan baku pabrik, ke-3 PG di bawah PTPN XI itu terpaksa ’’mengimpor” tebu dari Lumajang yang memang surplus. Lumajang yang mempunyai satu PG, yakni PG Jatiroto, mempunyai areal tebu hingga 15.000 hektare.

’’Kami sempat melakukan survei, mengapa petani di Probolinggo enggan menanam tebu, sehingga tiga PG kesulitan bahan baku,” ujar Imam Suliono. Hasilnya, petani menganggap bertanam tebu tidak menguntungkan karena rendemen (kadar gula) tebu yang dipasok ke PG terlalu rendah.

Sehingga jika ada jaminan bahwa tebu petani diperlakukan layak oleh PG, maka antusiasme petani menanam tebu kembali bangkit. “Probolinggo ternyata mempunyai banyak lahan tidur yang bisa ditanami tebu, potensinya sekitar 25.000 hektare,” ujar Imam.

Integrasi pabrik kertas-PG, kata Syarif Hidayat, sangat menguntungkan. “Soalnya, ampas tebu (bagasse) yang merupakan limbah PG bisa menjadi bahan baku kertas,” ujarnya.

Ditanya kapan PG dibangun di kompleks PT KL, Dirut PT KL, Martoyo mengaku, belum bisa memastikan. “Kalau bisa sesegera mungkin, lahannya di sisi selatan pabrik kertas,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=d57322bb3ff456cd590697b1b2979d95&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar