Kamis, 23 September 2010

Respons Keluhan Nelayan, Gelar Operasi

[ Kamis, 23 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Probolinggo merespons keluhan nelayan Tongas soal masih banyaknya penggunaan jaring trawl. Bareng petugas Polairud, TNI AL dan Bakesbangpol, kemarin (22/9) DKP menggelar operasi laut di perairan Probolinggo.

Sekitar pukul 08.00 para petugas gabungan itu sudah berkumpul di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo. Dengan menggunakan kapal patroli milik DKP, tim tersebut bergerak menyusuri perairan Gili Ketapang, lalu ke arah barat (Tongas).

Mudah saja bagi tim untuk mendeteksi keberadaan kapal-kapal nelayan yang beraktifitas pagi itu di wilayah barat. "Ini kami pakai GPS (Global Positioning System)," jelas Setiyono, bagian pengawasan dari DKP, kepada Radar Bromo.

Dengan alat itu, tim bisa langsung mendekati kapal-kapal nelayan yang sedang beroperasi. Karena petunjuk koordinat dari GPS, tim juga bisa langsung mengetahui apakah kapal tersebut melanggar ketentuan zona/jalur atau tidak.

Sasaran razia pertama adalah KM (Kapal Motor) Rahmat Jaya. KM ini melanggar jalur penangkapan ikan. Seharusnya kapal ikan itu berlayar di jalur 1B. "Kapal ini berada di jalur 1A," terang Bripka I. Wayan Mulyana, komandan kapal 017 yang turut serta dalam razia tersebut.

Jalur 1A adalah jalur di bawah jarak 3 mil dari lautan ke titik pantai. Sedangkan jalur 1B merupakan jalur di atas 3 mil hingga jarak 6 mil. "Ada aturannya untuk penangkapan ikan," jelas Setiyono.

Petugas kemudian menanyakan kelengkapan surat-surat KM Rahmat Jaya. Termasuk menanyakan alat tangkap ikan yang dipakai. Kru KM Rahmat Jaya menyatakan memakai alat tangkap jonggrang.

Jonggrang merupakan alat tangkap tradisional. Tapi, jaring tersebut sudah mengarah ke jenis trawl. Karenanya, dokumen KM Rahmat Jaya disita petugas. Nakhodanya kemudian disuruh merapatkan kapal ke dermaga Polairud Probolinggo.

Karena belum menemukan target yang sesungguhnya, kapal bergerak lagi kearah Tambakrejo, Tongas. Saat itu, petugas berhenti di salah satu kapal nelayan setempat untuk menyakan informasi keberadaan kapal dengan jaring trawl.

"Memang banyak Pak, tapi tepat di perbatasan (Probolinggo-Pasuruan)," jelas Heri, salah satu nelayan asal Tongas. Keberadaan kapal yang berada di perbatasan tersebut membuat tim tidak bisa mendekat. "Kalau masuk ke sana (Nguling) itu bukan wilayah kami," terang Bripka Wayan.

Untuk itu tim berbalik arah dan mencari informasi pada nelayan lainnya. Tidak beberapa lama, tim patroli medekati sebuah tambak yang terlihat mencurigakan. Namun, setelah didekati tambak itu adalah berisikan tanaman rumput laut.

Salah satu nelayan yang bertugas mengawasi tambak itu mendekati petugas dan memberikan beberapa informasi. Biasanya nelayan nakal yang menggunakan jaring Trawl tersebut bergantung pada musim. "Lihat-lihat musimnya pak," jelas nelayan tersebut.

Para nelayan pengguna jaring trawl merapat ke arah perairan barat Probolinggo ketika musim angin yang kencang. Sehingga, nelayan mendekat ke perairan Tongas ketika ombak besar cukup mengganggu.

Karena tidak mendapati nelayan yang diduga beroperasi dengan jaring trawl, tim operasi tersebut balik ke dermaga Pelabuhan Tanjung Tembaga. "Hasil operasi kali ini hanya menjaring satu kapal pelanggar," jelas Setiyono.

Sementara itu, Kepala DKP Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi menyatakan memang sudah mengecek informasi yang beredar dari nelayan. "Kami sudah kroscek ke nelayan. Dan memang benar tetap beroperasi (perahu dengan trawl), jelasnya.

Jika kemarin tak mendapati perahu yang menggunakan trawl, apa itu berarti operasi bocor dulan? Dedy menggeleng. "Ini operasi dadakan," terangnya. Hanya saja diduga kuat para nelayan memiliki antek di pelabuhan. Sehingga ketika kapal patroli keluar, mereka sudah mengabari rekan-rekanya. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180581

Tidak ada komentar:

Posting Komentar