Kamis, 23 September 2010

Berkah Apel Hari Jadi Kota Probolinggo bagi Toko-Toko di Pasar Gotong Royong

[ Kamis, 23 September 2010 ]
Dari 23 Lusin Kaos, Kini Tinggal Satu

Apel hari jadi Kota Probolinggo di alun-alun pada Senin (20/9) lalu memberi berkah bagi sejumlah pedagang di Pasar Gotong Royong. Terutama toko-toko yang menjual kostum Sakera. Dagangannya itu ludes diborong para pegawai pemkot.

FAMY DECTA MAULIDA, Probolinggo

Ribuan orang menggunakan berbagai pakaian adat dalam gelaran apel hari jadi kota, Senin lalu. Apel tersebut digelar dalam rangka peringatan hari jadi Kota Probolinggo ke-651 yang sejatinya jatuh pada 4 September.

Nah, apel itu berlangsung tak jamak. Pengantar apel menggunakan bahasa Madura. Selain itu, Wali Kota Buchori dan para para pegawai pemkot mengenakan pakaian adat. Termasuk busana khas Madura, ala Sakera. Ada juga yang mengenakan pakaian adat Jawa serta diikuti etnis Arab dan China.

Tapi, lebih dari 60 persen, termasuk Wali Kota Buchori, memakai pakaian adat Madura. Wali Kota Buchori memakai pesa'an, berkalung sarung, berkumis, pakai udeng dan membawa clurit. Bagi peserta perempuan mengenakan pakaian ala Marlena.

Bisa dibayangkan seperti apa ribetnya para peserta apel yang harus menyiapkan pakaian adat yang bakal dipakai? Berbagai alternatif pun dibuat. Mulai dari menjahit sendiri, sewa, beli di pasar lokal, melancong ke Surabaya atau nitip teman yang sedang mudik ke Madura.

Antusiasme peserta apel yang terdiri dari pegawai di kalangan pemkot, anggota DPRD dan instansi vertikal begitu luar biasa. Mereka sampai hunting ke pertokoan di daerah pasar, contohnya di pasar Gotong Royong.

Kemarin (22/9) Radar Bromo mendatangi beberapa toko busana di kawasan pasar Gotong Royong. Para pedagang membenarkan jika digelarnya hari jadi memakai pakaian adat Madura itu menjadi berkah tersendiri bagi mereka. Barang yang diburu pembeli adalah kaos Sakera, celana gombor (pesa'an) sampai udeng.

"Mulai ada patrol sampai hari jadi kemarin itu banyak yang cari. Kami sampai kewalahan melayani karena barangnya habis. Coba kalau ada yang ngomong sebelumnya bisa kulakan yang banyak," terang Andrin, penjaga toko Arafat.

Harga yang ditawarkan untuk kaos dan pesa'an cukup terjangkau. Kaos dijual seharga Rp 20 ribu dan pesa'an hanya Rp 100 ribu. Udeng dijual dalam dua jenis, model tinggal pakai atau masih dalam bentuk kain. Harganya dipatok Rp 15 ribu.

Menurut Andrin, bahan kain pesa'an yang dijual dari bahan saten. Pasalnya, ada departemen store yang menjual pesa'an dengan harga sekitar Rp 300 ribu. Kalau udeng kebanyakan pembeli ingin dari kain lalu dililitkan sendiri ke bagian kepala.

"Otomatis pendapatan kami bertambah karena lebaran kan sepi. Ada Sakera jadi pendapatan tambahan," ungkap Andrin yang kulakan pakaian Sakera itu dari Surabaya. Pembelinya berasal dari berbagai profesi seperti anggota dewan, guru sampai pegawai kelurahan dan kecamatan.

"Belinya ada yang banyak, ada yang satu-satu. Sekarang sudah habis barangnya. Kami punya 23 lusin tapi sekarang tinggal satu. Dulu jarang pembeli, sekarang banyak karnaval dan acara jadi ada saja yang cari," imbuh Andrin.

Hj Helmi, si pemilik toko, justru menyayangkan jika pihaknya tidak mendengar lebih awal bakal ada yang mencari baju Sakera dalam jumlah banyak. "Coba kalau dengar informasi pasti sudah kulakan banyak di Surabaya. Barang ini kan biasanya laku kalau setahun sekali," tuturnya.

Bahkan ada seorang pedagang yang sudah mendengar informasi hari jadi memakai pakaian Sakera langsung kulakan berkodi-kodi. "Ada yang sudah siap-siap belanja kodian. Tahu begitu saya ikut jadi orang yang cari tidak kebingungan," sambungnya.

Andrin menambahkan sampai hari Minggu (19/9) masih ada saja pembeli yang mencari baju Sakera. "Minggu sore masih ada yang mencari karena mau nyewa sudah tidak kumanan," kata Andrin yang juga menantu dari Hj Helmi itu. Untuk mengantisipasi tahun depan, toko yang berdekatan dengan pedagang buah ini berencana untuk menyiapkan stok baju Sakera.

Tidak hanya Toko Arafat yang ketiban rezeki. Tapi juga deretan toko di bagian dalam pasar Gotong Royong. Hanya saja, tak semua toko bisa meladeni pembelian busana Sakera.

Banyak pedagang di deretan dalam Pasar Gotong Royong yang mengamini banyak pembeli menanyakan pakaian Sakera. "Saya cuma jual kaosnya, itu pun ukuran kecil. Mereka cari yang ukuran besar-besar. Mereka itu belinya satu atau tiga, tidak banyak," tutur seorang wanita di toko yang terletak di sisi timur tersebut.

Pemilik toko lainnya bernama Iqbal menyatakan banyak pembeli yang datang, tapi dia tidak bisa melayani. "Banyak yang datang tapi barang kosong. Tidak terhitung berapa pembeli yang sudah mencari ke sini," terangnya.

Iqbal tidak bisa melayani lantaran momennya masih liburan lebaran. Sehingga banyak toko langganannya kulakan masih tutup. "Acaranya kan habis lebaran, cari barangnya ya repot mau kulakan. Udeng saya tinggal satu itu pun langsung dibeli sama orang," ucap dia. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=180574

Tidak ada komentar:

Posting Komentar