Jumat, 17 September 2010

Ibu-Anak Tewas Disasak Bus

[ Jum'at, 17 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Sutinah, 35, dan putranya, Rudi Hartono, 18, kemarin (16/9) tewas mengenaskan. Ibu dan anak warga Desa Dawuhan Wetan, Rowokangkung Lumajang itu jadi korban kecelakan di ruas Jl Raya Prof Hamka Kota Probolinggo. Sepeda motor yang mereka tumpangi disasak bus Akas. Sutinah dan Rudi bahkan terlindas bus tersebut.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, kemarin pagi keluarga besar Sutinah hendak bersilaturrahmi ke rumah saudaranya di Desa Muneng, Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Tapi, tidak semuanya mengendarai motor. Ada juga yang naik mobil pribadi.

Ada empat orang yang mengendarai motor. Rudi Hartono berboncengan dengan ibunya. Berikutnya, Moh. Toha (adik Sutinah) yang berboncengan dengan saudara perempuannya, Sutila.

Dari Lumajang, mereka berjalan beriringan. Rudi membonceng ibunya dengan motor Smash nopol N 5366 YI. Motor yang dikendarai Rudi selalu berada di depan. Sedangkan Moh Toha membuntuti dengan motor Smash nopol L 6173 BV. Mereka melaju dari arah timur.

Sampai di ruas Jl Raya Prof Hamka, sekitar 300 meter jelang pertigaan Jl Brantas-Jl Prof Hamka, ada beberapa kendaraan mandek. Saat itu sekitar pukul 08.45. Kendaraan-kendaraan itu mandek karena menunggu sebuah mobil dari arah timur yang hendak berbelok ke arah Jl Brantas.

Motor yang ditumpangi Rudi dan Toha berada di sela-sela kendaraan tersebut. Rupanya, Rudi tidak mau bersabar. Ia berusaha mendahului antrean kendaraan di depannya. Tiba-tiba saja, Rudi pun muncul hendak mendahului sebuah bus yang saat itu juga sedang antre.

Nah, pada saat hendak mendahului antrean kendaraan itulah dari arah berlawanan muncul bus Akas yang dikemudikan Nanang, 35, warga Klakah Lumajang. Sempitnya ruas jalan dan jarak kedua kendaraan yang sudah dekat, Rudi dan Nanang sama-sama tak mampu menghindari tabrakan.

Motor yang dikemudikan Rudi dan bus bernopol N 7731 UR itupun bertumbukan. Rudi dan Sutina terpental, sedangkan bus masih terus melaju. Nahas menimpa Rudi dan Sutinah. Mereka tewas dalam kejadian tersebut dengan kondisi mengenaskan.

Sutinah sempat terlindas ban bus hingga ususnya terburai. Juga terdapat banyak luka pada kaki dan pahanya. Sedangkan Rudi tidak sampai terlindas. Tapi, akibat benturan yang terlalu keras, kepalanya sampai pecah.

Kontan kejadian itu mengundang perhatian warga dan pengguna jalan. "Dia (Rudi dan Sutinah, Red) berusaha nyalip bus yang sedang berhenti. Tapi, kres dengan bus Akas yang datang dari arah barat (berlawanan, Red)," ujar Ari, salah seorang saksi di TKP.

Warga yang datang tidak langsung melakukan pertolongan. Warga hanya menutupi korban dengan karung plastik. Semakin lama, semakin banyak warga yang datang. Begitu juga dengan pengendara yang penasaran.

Moh Toha yang berboncengan dengan Sutila juga berhenti untuk melihat korban. Tak ayal, dua saudara korban itu langsung menangis histeris setelah mengetahui kalau yang menjadi korbannya adalah saudaranya sendiri. "Kalau kejadiannya saya tidak tahu. Saya tahunya sudah mati. Bagaimana tidak mati, wong ususnya sampai keluar," ujar Sutila.

Petugas Satlantas Polresta Probolinggo kemudian datang dan mengevakuasi korban ke kamar mayat RSUD. Toha pun ikut serta ke RSUD, sedangkan Sutila memilih menunggui motornya di TKP.

Selama dalam perjalanan menuju RSUD, Toha terus menangisi kepergian kakak dan keponakannya itu. Emosinya meluap. Bahkan, ketika sampai di RSUD ia sempat mengancam melempari wartawan dengan batu bata.

"Jhe' to foto, tang yu la mate. Dekkih e sampat nganggui bhetak bik enggok, ben yeh. (Jangan di foto, mbaku sudah mati. Nanti saya lembar dengan batu bata, kamu ya," ujar Toha sambil nangis sesenggukan.

Susana haru pun pecah, pasalnya Toha terus menerus mengis meski sempat setiap orang yang datang berusa menenangkannya. "Jangan seperti itu. Serahkan saja sama yang kuasa. Nanti, kalau kamu sampai kamu melempar mereka (Wartawan) dengan batu. Malah kami bisa berususan dengan polisi," ujar salah seorang warga.

"Iya, Pak. Tapi, mbakku sudah mati, Pak. Ponakanku juga, padahal ponakanku itu baik sama saya, Pak," kata Toha dalam tangisnya.

Tak lama kemudian, keluarganya berdatangan ke RSUD. Suasana haru pun semakin pecah. Tangisan Toha juga semakin menjadi-jadi. "Enggkok la tak endek kelleh, tape eyu jiyeh se maksa. Mak deddih dek iyeh. (Saya sudah tidak mau tadi. Tapi mbak itu yang maksa. Kok jadi seperti ini," ujarnya.

Pihak RSUD segera melakukan perawatan terhadap jenazah Sutinah dan Rudi. "Kalau anaknya hanya kepalanya yang parah," ujar Abdul Bahri, salah seorang petugas kamar mayat di RSUD.

Sementara, polisi sempat kebingungan mencari bus yang telah melindas korban. Karena ada kabar, kalau bus jurusan Surabaya-Jember itu melarikan diri. Tapi, ternyata bus tersebut berhenti di pom bensin tak jauh dari TKP.

Lalu, polisi pun mengamankan bus dan sopirnya. Bus itu langsung diamankan di Mapolresta Kota Probolinggo. Sedangkan motor korban diamankan di Markas Satlantas Polresta di Kademangan.

Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto melalui Kasatlatas AKP Norijanto mengatakan kalau bus dan sopirnya kini sudah diamankan. Sopirnya akan dimintai keterangan. "Kami amakan dulu untuk dimintai keterangan," ujar Kasatlatas.

Kasatlatas pun meminta kepada semua sopir bus untuk tidak ugal-ugalan di jalan. Terlebih, pada musim lebaran ini yang notabene jalan semakin sempit akibat banyaknya pengguna jalan. "Penumpang, kalau ada sopir yang ugal-ugalan tolong diperingatkan," harapnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179540

Tidak ada komentar:

Posting Komentar