Jumat, 17 September 2010

Bahas Apel Hari Jadi Kota

[ Kamis, 16 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Pemkot Probolinggo mulai membahas kesiapan apel hari jadi kota yang bakal digelar Senin (20/9) mendatang. Konsep apel hari jadi kota ke 651 tahun itu menggunakan pengantar bahasa Madura. Wali kota pun sudah menunjuk komandan apel dan pembawa acara.

Rapat koordinasi kemarin (15/9) dipimpin langsung oleh Wali Kota Buchori di kantor Bakesbangpol Linmas. Telah ditetapkan Sekretaris DPRD Abdul Hadi Sawie jadi komandan apel, Lurah Kareng Lor Wahyu Hariadi menjadi pembawa acara. Inspektur Wali Kota Buchori sedangkan wakil inspektur Kepala Inspektorat Haryono Santoso.

Saat rapat Buchori menjelaskan, apel nanti dia bakal memakai pakaian sakera, bawa clurit dan kumis palsu. "Saya nanti menunjukkan mimik serem, sangar. Cuma saat itu saja (pasang muka sangar). Masuk ke undangan pong pora (permisi) dulu. Insyaallah saya bisa," ujar Buchori.

Wali kota juga sempat mempraktekkan bagaimana caranya menyapa para undangan dalam sambutannya menggunakan bahasa Madura. Wali kota akan menyapa para klebun (lurah) yang ikut menjadi peserta apel. Sambutan bahasa Madura yang disampaikan menyangkut sejarah Probolinggo, tradisi Madura hingga masalah pelayanan pada masyarakat.

"Jek gellek Pak Sawie. Entar gellek. Buleh gellek pisan, bujarlah.. (jangan tertawa Pak Sawie. Kalau tertawa nanti saya ikut tertawa juga, buyar..," tutur Buchori kepada komandan apel disambut tawa mereka yang hadir dalam rapat.

"Siap, Pak.. Pengrajeh (wali kota)," sahut Sawie. Direncanakan ketika wali kota turun dari mobil langsung disambut dengan iringan musik seronen. Dalam apel itu bakal ada penyerahan penghargaan untuk PNS teladan, masyarakat, PKL (pedagang kaki lima) dan keluarga sakinah.

Apel dilaksanakan Senin (20/9) di alun-alun sekitar pukul 07.00. Pakaian peserta apel adalah pakaian adat Madura 70 persen sisanya pakaian adat Jawa, Pendalungan, Cina dan Arab. Ratusan peserta juga telah ditentukan jenis pakaian apa yang harus dikenakan saat apel.

Peserta yang berpakaian Madura adalah petugas apel, korsik, pimpinan unit kerja, muspida plus, badan/dinas/RSUD/sekwan dan bagian, polresta, Kodim, Zipur 10. Pakaian Jawa/Pendalungan dipakai kantor, kecamatan, sekretariat KPU. Khusus guru dan kepala sekolah pakaian Jawa, tempo dulu dan pakaian Madura.

Untuk etnis Tionghoa berpakaian ada Cina, etnis Arab memakai jubah dan etnis jawa tentunya memakai pakaian Jawa. Bagi FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) memakai pakaian keagamaan masing-masing.

Rapat koordinasi pun akhirnya berlangsung dengan bahasa Madura. Peserta rapat, Kepala Bakesbangpol Linmas Muchsin menyampaikan materi rapat dengan bahasa Madura. Intinya, wali kota berharap supaya apel menggunakan pengantar bahasa Madura yang baru kali pertama dilaksanakan bisa berlangsung dengan sukses.

"Kegiatan ini murah tetapi menarik. Pokoknya jek nge-srengean (jangan senyum-senyum). Apel ini akan menjadi sorotan bagi daerah lain. Karena mungkin baru pertama kali ada apel berbahasa Madura seperti di Kota Probolinggo," ungkap Buchori.

Rangkaian apel tersebut juga ada hiburan tarian dan barongsai. "Wakil inspektur ada Pak Haryono. Mudah-mudahan Pak Wali tidak ada apa-apa sampai pelaksanaan apel," tutur Muchsin saat menyimpulkan hasil rapat koordinasi.

Ditemui setelah rapat, Lurah Kareng Lor pun mengaku akan segera melakukan persiapan pasca ditunjuk sebagai pembawa acara apel hari jadi. "Saya harus sinau dulu," celetuknya sambil tertawa. Susunan apel terdiri dari acara persiapan, acara kabidan, acara poko' dan acara pongkasan. (fa)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179407

Tidak ada komentar:

Posting Komentar