Kamis, 03 Juni 2010

Penderita HIV/AIDS Terus Bertambah

[ Kamis, 03 Juni 2010 ]
Jatim Terbesar Kedua di Indonesia

PROBOLINGGO- Jumlah positiv HIV/AIDS di Jawa Timur berada di ranking dua terbanyak di Indonesia. Di Kabupaten Probolinggo jumlahnya juga terus meningkat dari tahun ke tahun.

Dari tahun 2000 sampai 2009 jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo sudah mendapai 75 orang, 35 di antaranya sudah meninggal. Grafik jumlah penderita juga selalu meningkat dari tahun ke tahun sejak 2003.

Dari status pekerjaan, profesi wiraswasta menduduki urutan pertama terbanyak pengidap ODHA (Orang Hidup Dengan HIV/AIDS). Sebanyak 18 orang yang berprofesi sebagai wiraswasta terjangkit virus mematikan tersebut.

Berada di urutan kedua ada ibu rumah tangga yang menyumbangkan 11 orang yang terinfeksi. Ketiga, ada 4 profesi yang sama-sama menyumbang penderita ODHA sebanyak 6 orang. Yakni PNS, penjaja seks, buruh kasar dan karyawan. Sopir dan mahasiswa sama-sama menyumbang 3 orang, petani 2 orang, TNI/Polri, seniman dan pelaut terdapat 1 orang serta lain-lain dan tidak diketahui sebanyak 11 orang.

Banyaknya kasus HIV/AIDS itu membuat pemda merasa perlu memberi penyadaran tentang bahayanya penyakit itu. Kemarin (2/6), Bidang Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Probolinggo menggelar pemantapan pencegahan HIV/ AIDS 2010. Acara tersebut dilaksanakan di ruang Bentar kantor pemkab Dringu.

Dalam acara tersebut, pemkab mengundang perwakilan dari KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Jatim dan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jatim.

Otto Bambang Wahyudi, sekretaris KPA Jatim yang hadir sebagai pembicara menjelaskan tentang ranking Jatim dalam jumlah kasus HIV/AIDS. "Sebenarnya nomor duanya jatuh kepada Jakarta. Tapi karena Jakarta belum memberikan rilis, Jatim sementara ini urutan kedua," katanya.

Dari data KPA, orang yang terjangkit virus HIV/AIDS di Jawa Timur per September 2008 sudah mencapai 3.581 orang HIV positif. Dengan rincian Laki-laki dewasa sebanyak 2.597, wanita dewasa sebanyak 897 orang dan anak di bawah 15 th mencapai 87 orang.

Menurut Otto, laki-laki memang yang paling riskan terjangkit virus mematikan tersebut. "Apalagi lelaki itu mobile dan banyak uang. Maka akan semakin tinggi kemungkinan terjangkitnya virus. Karena cenderung suka jajan," beber Otto.

Meski termasuk daerah dengan angka terbesar penderita HIV/ AIDS-nya, namun menurut Otto bukan berarti Jatim termasuk daerah yang jelek dalam penanganan HIV/ AIDS.

"Sama saja itu membongkar sebuah gunung es. Sebetulnya cukup banyak orang yang terinfeksi, namun yang laporan biasanya masih belum ada separonya," jelas pria berkepala plontos tersebut.

Dalam penanganan HIV/AIDS, sebenarnya yang perlu diperhatikan adalah populasi kunci yang terdapat empat unsur. Yakni, WPS (Wanita Pekerja Seks), waria, warga binaan (penghuni rutan) dan LSL (laki-laki suka laki-laki). Empat populasi tersebut yang dianggap selama ini berpotensi menularkan HIV/AIDS.

Karena itu pemda setempat harus mendata masyarakat yang telah terinfeksi tersebut. Dengan didata dapat diketahui penyebaran dan antisipasinya. Selain itu pemerangan terhadap HIV juga harus dilakukan all out di daerah-daerah. Otto sedikit menyinggung keberadaan KPA Probolinggo yang saat ini sedang vacum lantaran ditinggal founding-nya.

Menurut Otto, perhatian pemerintah dalam penanggulangan penyebaran HIV/ AIDS masih kurang besar. Buktinya, dalam pemberantasan HIV, anggaran dari pemerintah hanya 30 persen saja, 70 persen sisanya didapat dari founding lembaga luar negeri. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162084

Tidak ada komentar:

Posting Komentar