Kamis, 03 Juni 2010

Dikunjungi Turis Belanda

[ Kamis, 03 Juni 2010 ]
Wali Kota Buchori Jadi Guide

PROBOLINGGO - Sejumlah 18 turis asal Belanda kemarin (2/6) menyempatkan diri singgah di Kota Probolinggo. Yang istimewa, kedatangan mereka disambut langsung Wali Kota Buchori, Wawali Bandyk Soetrisno dan sejumlah kepala satuan kerja (satker). Selanjutnya, para turis itu diajak melihat gedung-gedung tua di kota mangga itu.

Rombongan turis negeri kincir angin itu tiba di Kota Probolinggo sekitar pukul 11.30. Dengan menggunakan bus mini, rombongan ini langsung njujug rumah dinas (rumdin) wali kota di Jl Panglima Sudirman. Para turis yang usianya rata-rata sudah tidak muda itu disambut langsung Wali Kota Buchori, Wawali Bandyk Soetrisno dan sejumlah kepala saker.

Komunikasi Wali Kota dengan para wisatatan dijembatani oleh seorang translater bernama Dolfa Apituley. Para turis itu menyatakan tidak menyangka bakal mendapat sambutan luar biasa di Kota Probolinggo.

Pada kesempatan itu, Wali Kota Buchori mengatakan bertemu dengan rombongan wisatawan Belanda tersebut di salah satu hotel, saat mengikuti acara peringatan hari Pancasila 1 Juni di Blitar. "Saya menyampaikan apa berkenan datang ke Kota Probolinggo. Sebab, banyak bangunan Belanda seperti stasiun, gereja termasuk rumdin ini," kata Wali Kota dalam sambutannya.

Lalu Buchori menjelaskan kondisi Kota Probolinggo. Ketika diinformasikan kalau wali kota Probolinggo pertama adalah seorang Belanda tahun 1920, wisatawan pun bertepuk tangan. Buchori menunjukkan langsung foto Ferdinand Edmond Meyer, wali kota Probolinggo pertama itu.

Cor Lyten, perwakilan rombongan berkata bahwa Jawa merupakan salah satu pulau impian bagi orang Belanda untuk bisa dikunjungi suatu saat. Sebuah mimpi jika bertemu secara pribadi dengan Major (wali kota) apalagi sampai diundang. "Ini seperti mimpi yang tidak akan pernah terjadi," ujarnya.

Di mata mereka, masyarakat di Jawa Timur sangat terbuka, jujur dan apa adanya. "Kota Probolinggo adalah kota yang kondusif, Pak Gubernur sendiri yang bilang. Silakan jika ingin berinvestasi disini," tutur Buchori berpromosi.

Usai sambutan resmi, dilanjutkan ramah tamah dengan menyantap kuliner khas seperti serabi, petulo, ketan, tetel, polo pendem, onde-onde, singkong keju dan minuman pokak. Para wisatawan ini nampak doyan dengan kuliner tersebut, tidak ada makanan yang luput dari santapan mereka. Yang paling mereka cari adalah mangga.

Di sela ramah tamah mereka juga bernyanyi bersama diiringi electon. Dolfa Apituley menceritakan, tujuan tamunya ke Indonesia untuk berkunjung ke Jawa Timur dan Bali. Sebelum di Probolinggo mereka sudah mendatangi obyek wisata di berbagai daerah seperti Blitar dan Gunung Bromo.

Rencananya, setelah mampir di Kota Probolinggo mereka melanjutkan perjalanan ke Glenmore, Banyuwangi lalu ke Bali. "Tamu saya ini berasal dari berbagai kalangan, banyak yang pengusaha. Tetapi ketika mereka sudah berwisata begini, mereka akan melepas semua atribut," terang Dolfa.

Karena mereka suka mangga, Buchori bilang semua mangga yang ada boleh dibawa oleh mereka untuk disantap di bus. Sekalian pisaunya pun diberikan. Ketika Buchori memberikan pisau itu, salah seorang turis malah memberi 1 koin Euro untuk wali kota. Pasalnya, menurut orang Belanda kalau diberi pisau maka harus diganti alias ada barter.

Siang itu, wisatawan menyanyikan lagu berbahasa Belanda yang bertema tentang Surabaya. Karena mereka berada di Kota Probolinggo, kata Surabaya diganti menjadi Probolinggo. "Probolinggo will always in our heart. Especially you, Mr Major and your staf," celetuk Dolfa.

Setelah dari rumdin, wisatawan diajak melihat gedung-gedung tua di kota. Pertama ke gedung suster Santa Perawan Maria (SPM) di Jl Dr Saleh. Demi menunjukkan keseriusannya dalam menyambut wisatawan dan mendongkrak minat pariwisata di Kota Probolinggo, Wali Kota Buchori terus mendampingi tamunya selama berkunjung ke beberapa tempat. Praktis, ia menjadi guide bagi para tamu itu.

Di SPM tersebut, mereka ingin bertemu dengan Suster Adelia Elberste, suster dari Belanda yang sudah menetap selama 60 tahun di Probolinggo. Di usianya yang ke 86 tahun, Sr Adelia masih memimpin yayasan yatim piatu SPM.

Sr Adelia berbagi cerita dengan para wisatawan tentang bagaimana dirinya bisa sampai di Indonesia. Ketika usianya masih sekitar 26 tahun, Sr Adelia dikirim ke Indonesia. Semenjak saat itu ia tidak mau kembali lagi ke Belanda meski keluarganya berada di sana.

"Saya senang di sini. Ada matahari. Saya sangat mencintai Indonesia. Saya senang sekali dikunjungi orang dari negara asal saya," ujar suster senior yang bisa menyanyi lagu Indonesia Raya itu. Bulan ini adalah tahun ke 60 Sr Adelia ada disini. Mengetahui kabar itu wisatawan langsung berdiri dan menyanyikan lagu (seperti hari ulang tahun) untuk Adelia.

Saat di SPM mereka disuguhi dengan jagung manis rebus, pancake, pisang bakar dan tape. Wisatawan dan wali kota berkesempatan berkeliling SPM yang kental dengan bangunan Belanda yang sangat terawat. Misalnya museum SPM, ruangan kerja dan ruang tidur hingga gereja.

Setelah puas berkeliling SPM lokasi berikutnya di Gereja Merah di Jl Suroyo. "Spectacular," ucap seorang turis saat melihat gedung-gedung tersebut.

Sebelum berpisah dengan Wali Kota Buchori, Cor Lyten sempat menyampaikan suatu pesan. Bahwa dengan segala kerendahan hati mereka berterimakasih atas sambutan yang diberikan oleh pemkot. Wali kota pun puas mendampingi dan melihat kegembiraan wisatawan saat berkunjung ke beberapa tempat itu. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162089

Tidak ada komentar:

Posting Komentar