Selasa, 25 Mei 2010

Tak Pengaruhi Produksi

[ Selasa, 25 Mei 2010 ]
MESKI ada salah satu gedung yang terbakar, namun manajemen PT Saki menegaskan proses produksi tak sampai terganggu. Bahkan saat si jago merah melalap gedung E yang jadi showroom, proses produksi pabrik keramik itu masih terus berjalan.

Ardian, salah satu pegawai dari bagian finishing menjelaskan, kemarin ia masih bekerja seperti biasa. "Saya kira tadi kerja bakal pulang cepat usai ada kabar pabrik kami terbakar. Tetapi kami tetap pulang seperti biasa. Tetap bekerja, karena gedung tempat kami bekerja lain dengan gedung yang terbakar itu," katanya petang kemarin.

Kebakaran yang melanda gedung E tersebut memang tidak merubah jadwal kerja karyawan. Karyawan yang masuk shift pagi atau shift 1 tetap bekerja seperti biasa, mulai dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00. Sementara karyawan yang masuk pada shift dua (masuk pukul 09.00) juga pulang seperti biasa yakni pukul 17.00.

"Sebenarnya takut juga kalau kebakarannya merembet. Tetapi karena letaknya agak jauh, jadi rasa khawatir itu hilang," timpal Nanik, salah satu karyawati lainnya yang kemarin masuk shift pertama.

Nanik mengaku lebih takut pada efek yang ditimbulkan oleh kebakaran tersebut. Dirinya berharap kebakaran tersebut tidak berefek domino pada sirkulasi keuangan perusahaan. Bila perusahaan goyah, nantinya juga ada pengurangan karyawan. "Ya takut juga kalau nanti ada pengurangan karyawan. Anak saya tiga, masih sekolah semua," ujarnya.

Namun kegusaran Nanik itu tidak bakal terjadi. Manajer perusahaan Sutantio menegaskan kebakaran tersebut sama sekali tidak berimbas pada proses industri perusahaan.

"Karena kebarakannya di tempat barang jadi, secara otomatis proses produksi jalan terus. Secara keseluruhan kami masih belum hitung kerugiannya. Namun dipastikan kebakaran ini tidak akan berdampak pada pegawai. Belum ada rencana pengurangan karyawan," kata Sutantio kepada Radar Bromo kemarin.

Menurut Sutantio, kebakaran tersebut hanya terjadi di gedung E tempat showroom barang-barang keramik siap dijual. Seperti tempat sabun, mug dan beberapa jenis lainnya.

Dari catatan Sutantio, kebakaran tersebut merupakan yang pertama kalinya sejak perusahaan keramik tersebut didirikan pada 1978 lalu. Sejauh ini Sutantio belum berani memastikan berapa kerugian yang dideritanya. Sebab dari barang-barang yang terbakar itu tidak semuanya rusak.

Bisa jadi beberapa keramik yang terbakar itu masih bisa dimanfaatkan kembali. "Asalkan tidak pecah atau warnanya tidak berubah. Proses pembuatan keramik itu dengan pemanasan sampai 1.200 derajat celcius. Jadi kalau kena api besar kemungkinan masih bisa diselamatkan," jelas pria berambut putih tersebut.

Yang sedikit ia sesalkan dari insiden kebakaran tersebut adalah lambatnya penanganan petugas pemadam kebakaran. Menurut Sutantio, petugas datang agak terlambat untuk memadamkan api yang membakar pabriknya tersebut. "Saya sendiri yang telepon beberapa kali. Tetapi sulit, petugas pemadam kebakaran baru datang sekira satu jam kemudian," keluh Sutantio.

Sementara itu Ahmadi, kepala pemadam kebakaran (damkar) Kota Probolinggo membantah tudingan Sutantio. Ia justru menjelaskan kalau laporan kebakaran itu datang sedikit terlambat. "Saat kami datang, api sudah besar," jelas Ahmadi.

Setelah berjuang keras, api yang membakar gedung E PT Saki berhasil dipadamkan sekitar pukul 17.00.

BPS Kalang Kabut

Di sisi lain, saat kebakaran itu terjadi, para pegawai BPS pun ikut kalang kabut. "Awalnya itu saya ditelepon kalau kantor saya (BPS) juga ikut terbakar. Karena itu saya langsung meluncur kesini, meski masih pakai celana pendek," ujar Hasbullah Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) Tegalsiwalan sambil memegang celana pendeknya.

Beberapa karyawan yang ada di dalam kantor pun juga ikut panik. "Yang kebakaran itu gedungnya persis berdempetan dengan kantor kami. Karena takut merembet, tadi berkas-berkas penting sudah siap diungsikan," kata Nurohman salah satu staff BPS.

Saat itu dalam pikiran petugas BPS yang harus diselamatkan pertama kali adalah data tentang hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 sementara. "Di kantor kami ini sudah terdapat 30 persen hasil SP, itu data yang sangat penting," imbuh Nurohman.

Bila data itu terbakar, secara otomatis tim SP 2010 harus memulai dari awal lagi proses pencacahan penduduk. Sementara waktu atau deadline untuk prosesi sensus sendiri sudah sangat mepet. Tenggatnya sampai 31 Mei ini, semua proses SP sudah rampung.

Karena itu saat kondisi genting tadi, hal pertama yang dipikirkan adalah menyelamatkan berkas-berkas penting SP 2010 tersebut. Setelah itu baru menyelamatkan barang-barang yang berharga lainnya seperti computer, televise dan lain-lain.

Menurut Hasbullah, 15 karyawan BPS yang taid berada di kantor juga telah berusaha mencegah datangnya api dari pabrik keramik tersebut. "Kami tadi langsung beli 2 buah selang air dengan panjang masing-masing 20 cm. Kami juga berusaha memadamkan apinya," jelasnya.

Meski tidak terlalu efektif karena semburan airnya cukup kecil, tetapi upaya itu dijelaskan Hisbullah cukup berhasil. Rembetan api dari pabrik keramik tidak sampai menjalar ke kantor BPS.

"Mungkin faktor utamanya bukan dari semburan air selang kami. Tetapi selang kami ini juga cukup berperan juga. Tidak masalah beli selang dengan uang sendiri, yang penting semuanya aman," ujar Hisbullah sembari tersenyum. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=160435

Tidak ada komentar:

Posting Komentar