Jumat, 06 Agustus 2010

Terkendala Dana, Tunda Kapal Layar

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Rencana Pemkab Probolinggo untuk kembali memasyarakatkan kapal layar kepada nelayan di wilayahnya menemui hambatan. Masalah dana disebut-sebut menjadi faktor penghambatnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi membenarkan kabar tersebut. Menurutnya, saat ini anggaran untuk tiap satuan kerja (satker) memang mengalami penyusutan.

Hal tersebut berimplikasi pada rencana terobosan DKP untuk memasyarakatkan kembali kapal layar bagi nelayan. Sebab, anggaran untuk realisasi rencana tersebut masih belum ada.

Menurut Dedy untuk memasyarakatkan kembali perahu layar memerlukan anggaran. Sebab, pemkab harus melakukan kajian dengan mendatangkan peneliti dari Balai Besar Pengembangan dan Penangkapan Ikan (BBPPI).

Diperkirakan anggaran yang diperlukan untuk memasyarakatkan kembali perahu layar itu mencapai sekitar dibawah Rp 100 juta. "Penerapan kembali perahu layar itu memerlukan penelitian terelebih dahulu. Kami mengkaji layar yang cocok untuk karakter perahu nelayan di sini," jelas Dedy.

Meski tertunda, namun Dedy menjelaskan rencana pemkab menerapkan perahu layar itu cukup serius. Ia menegaskan, rencana tersebut akan diupuyakan melalui RAPBD 2011 mendatang.

Ide memasyarakatkan kembali perahu layar itu bermula dari banyaknya keluhan nelayan terkait semakin meningkatnya harga BBM. Maklum saja kapal-kapal nelayan yang ada sekarang semuanya menggunakan mesin. Bahkan ada juga yang memakai mesin dobel.

Nah, dengan semakin melambungnya harga BBM itu secara otomatis nelayan pun cukup kesulitan. Kebanyakan mengeluh ke dinas perikanan. Karena itu Dinas perikanan pun berupaya mencarikan solusinya.

"Sebenarnya sejak dahulu itu nelayan Indonesia terkenal dengan kapal layarnya. Cuma beberapa tahun belakangan ini sudah dimanjakan dengan adanya mesin-mesin. Nah, ketika harga BBM melambung, tidak ada salahnya kalau kembali ke metode layar seperti dahulu," ujar Dedy.

Dengan adanya metode layar tersebut diharapkan Dedy bisa semakin menekan kebutuhan para nelayan akan BBM. Menurut hitung-hitungan Dedy bila nanti di kapal nelayan tersebut memakai layer dan mesin, maka sudah menghemat sekitar 50 persen. Karena separuh tenaga mesin sudah digantikan layar.

Tidak menutup kemungkinan juga nantinya akan menghemat hingga 100 persen bila nelayan hanya menggunakan layar saja. Tetapi sebelum menggunakan nelayar penuh, awalnya diusulkan layar tersebut dipakai untuk melengkapi mesin.

"Jadi rencananya itu berangkat dan pulangnya pakai layar. Cuma ketika ditengah laut dan sedang memburu ikan, baru memakai mesin," ungkap Dedy.

Untuk menggunakan perahu layar sendiri, menurut Dedy, tiap perahu membutuhkan anggaran sekitar Rp 7,5 juta. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173498

Tidak ada komentar:

Posting Komentar