Jumat, 06 Agustus 2010

Tawarkan Beasiswa ke Jepang

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
Asisten Konsulat Kunjungi Ponpes Assulthon

PROBOLINGGO- Pondok Assulthon, Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo, kemarin (4/8) kedatangan tamu istimewa. Dia adalah Alfil Sahadad, seorang asisten konsulat Jepang di Surabaya.

Dalam kesempatan itu Alfil menawarkan beasiswa bagi para murid dan guru pondok pesantren tersebut. Beasiswa itu, dikhususkan bagi mereka yang hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Para murid dan guru yang berkenan bisa menempuh pendidikan S-1 (sarjana), D-3 atau D-2 di Jepang.

Dalam pertemuan yang digelar di aula ponpes itu, Alfil menjelaskan bahwa semua biaya pendidikan selama di Jepang, ditanggung pemerintah Jepang. "Beasiswa ini, tanpa ikatan dinas. Jadi, begitu lulus terserah mau bekerja di mana," jelasnya.

Menurut Alfil, persyaratannya pun cukup mudah. Yakni para siswa lulusan SMA sederajat cukup menyerahkan nilai rapornya. Nilainya rata-rata minimal harus 8,4 dan usianya tidak lebih dari 22 tahun. "Juga ada tes tulis dan wawancara," ujarnya.

Untuk para guru, syaratnya mereka sudah tercatat mengajar di sekolah formal selama minimal 5 tahun. Dan, usianya maksimal 35 tahun. "Ada juga beasiswa untuk guru, tujuannya untuk meningkatkan mutu guru," jela Alfil.

Di tengah-tengah penjelasan itu, ada salah seorang guru yang bertanya tentang jurusan keagamaan di Jepang. Pasalnya, bila dari pondok rata-rata tamatan keagamaan. "Itulah repotnya, di sana (Jepang, red) tidak ada jurusan keagamaan. Ya, jangan milih jurusan agama, kan bisa milih jurusan IPA, matematika, atau ilmu lainnya," jelas Alfil.

Menurutnya, orang Jepang hampir bisa dikatakan tidak bertuhan. Apa yang mereka pikirkan, itu yang mereka lakukan. "Itu berbeda dengan kita. Kalau kita, setiap apa yang kita perbuat kita percaya kalau ada campur tangan Tuhan," ujarnya.

Tapi meski demikian, menurutnya bila ada barang orang ketinggalan atau jatuh di jalan tidak akan hilang. Artinya, tidak akan ada orang yang akan mengambilnya. "Itu berbeda dengan bangsa kita. Kalau di sini jangankan yang jatuh, yang di kantong saja bisa hilang," ujarnya.

Begitu juga dengan waktu, menurutnya orang-orang Jepang juga sangat disiplin. Mereka tak pernah telat atau menyia-nyiakan waktunya. "Mereka kalau berjanji juga selalu ditepati, tidak hanya di mulut saja. Kalau bicara iman, mereka bisa dikatakan kurang beriman. Tapi, perbuatan mereka tidak ubahnya orang-orang beriman," jelasnya.

"Di sana tidak ada pendidikan jurusan keagamaan. Orang Jepang yang menginginkan belajar ilmu agama pasti keluar. Biasanya ke daerah Timur Tengah seperti Arab," ujarnya.

Dalam kesempatan kemarin ada juga yang bertanya apakah otak orang Jepang lebih encer (cerdas) dibanding orang Indonesia. "Otak mereka juga tidak encer. Keliru kalau kita bilang otak mereka lebih encer dari kita. Justru otak kita jauh lebih encer dari mereka," jawab Alfil.

"Lidah kita juga lebih mudah untuk belajar bahasa. Bedanya, mereka lebih konsisten dan disiplin dibanding kita. Di sana juga ada wajib belajar, kalau ada orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya mereka akan dipenjara. Begitu pula sebaliknya. Bila ada anak yang tidak mau sekolah, mereka akan dipindah ke sekolah khusus," lanjutnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173488

Tidak ada komentar:

Posting Komentar