Jumat, 06 Agustus 2010

Pengurus Akui Tidak Maksimal

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
Musda Dewan Kesenian Bulan Ini

PROBOLINGGO - Tuntutan pembubaran pengurus Dewan Kesenian Kota Probolinggo semakin gencar. Banyak seniman lokal mempertanyakan keberadaan Dewan Kesenian dinilai suka ndompleng event sana-sini.

Seniman lukis Joko Dwi Prastowo dari sanggar lukis Hasta Kencana menuturkan, jika Dewan Kesenian masih model asal-asalan seperti sekarang lebih baik tidak usah ada (Dewan Kesenian) sama sekali. Dari pada malah menganggu geliat kesenian yang digencarkan para seniman.

Yang dibutuhkan, lanjut Joko, adalah lembaga apapun namanya yang penting peduli dan mau bekerjasama membangun kesenian. "Syukur-syukur kalau itu labelnya "Dewan Kesenian"," cetusnya kepada Radar Bromo.

Menurutnya, kinerja Dewan Kesenian terakhir ini sangat menyedihkan dengan dana yang katanya mencapai ratusan juta rupiah ternyata cuma mampu menghasilkan program "nunut" acara sana-sini. Oleh karena itu Dewan Kesenian bukan hanya butuh perbaikan tetapi perombakan yang hampir total.

"Yang bagus cuma sudah ada SK dan anggaran yang jauh lebih besar dari Dewan Kesenian sebelumnya. Yang jelas kepengurusan harus diambil orang-orang yang peduli dan serius bekerja untuk membangun kesenian serta terbukti jelas hasil kinerjanya," ujar anak pelukis Joko Sudarto itu.

Menjawab tuntutan pembubarannya, apa sikap pengurus Dewan Kesenian? Siang kemarin (4/8) Radar Bromo berhasil menghubungi Sekretaris Dewan Kesenian Kota Probolinggo Avicinna Dwipayana, yang sedang ada tugas di Surabaya.

Ia bilang, kepengurusan Dewan Kesenian sudah habis sejak tahun 2009 lalu. Hanya saja karena ada event Semipro (Seminggu di Kota Probolinggo), pemkot membuat SK sementara untuk mengisi posisi pengurus hingga Semipro selesai. Maka ditunjuk ketua Soeparjono, sekretaris Avicinna Dipayana dan Bendahara Nuri Indah.

"Sekarang ini aku sudah demisioner. Laporan keuangan (periode lalu) sudah dilaporkan ke Bagian Keuangan. Cuma karena ada Semipro lalu diperpanjang sampai Semipro selesai. Rencananya musda (musyawarah daerah) bulan Mei lalu, karena ada Semipro dan kesibukan masing-masing maka diundur, mungkin Agustus ini," jelasnya.

Diakui oleh Avi, panggilannya, ketua Dewan Pendidikan periode sebelum-sebelumnya tidak melalui mekanisme pemilihan tetapi penunjukan. Mekanisme penunjukan ketua itulah yang kini bakal diubah menjadi pemilihan.

Panitia kecil yang dibentuk akan mengusulkan beberapa nama kandidat, kemudian nama-nama itu akan di-floorkan kepada para seniman, pemilik sanggar, tokoh masyarakat dan instansi terkait. Siapa yang memiliki hak suara itulah yang akan memilih ketua. "Mekanisme itu yang sekarang sedang dibahas. Kami juga akan melaksanakan rapat internal membahas mengenai mekanismenya," tutur Avi.

Ditanya soal anggaran, Avi mengatakan tahun 2009 lalu Dewan Kesenian mendapat anggaran senilai Rp 200 juta. Sedangkan tahun 2010 hanya Rp 100 juta. Dana Rp 200 juta, di tahun 2009 dialokasikan untuk ikut memeriahkan Semipro 2009 dengan acara parade hadrah, ojung dan membuat kegiatan sendiri di Kampung Seni (Tempat Rekreasi Anak).

Nah, sedangkan tahun 2010 ini, meskipun sudah habis masa jabatannya, Dewan Kesenian masih dapat anggaran dari APBD. Pasalnya, beberapa rupiah dari anggaran tersebut dialokasikan untuk acara penutupan Semipro 2010.

"Karena kami demisioner, kami tidak berani mempergunakan karena kami belum punya legalitas. Dana itu sepenuhnya kami serahkan kepada pengurus baru. Dari dana Rp 100 juta terserap sebagian, penggunaannya kerjasama dengan panitia besar Semipro. Pengurus lama tidak mau menggunakan uang itu," beber Avi yang kesehariannya dinas di Bagian Humas dan Protokol itu.

Intinya, penyerapan dana Dewan Kesenian oleh panitia besar Semipro namun Avi tidak tahu berapa anggaran yang sudah dipakai. Yang jelas, masih ada sisa dari penyerapan dana tersebut. Jika pertanggungjawaban pelaksanaan Semipro sudah dilaporkan, SPJ (surat pertanggungjawaban) diserahkan ke Dewan Kesenian berikut sisa dananya.

Soal banyaknya pandangan negatif tentang kinerja Dewan Kesenian, Avi menyatakan selama ini pengurus berasal dari birokrat dan pemilik sanggar. "Saya akui memang ada kekurangan karena memang banyak kegiatan sendiri-sendiri. Pengurus baru nantinya diharapkan yang berkompeten, sesuai bidangnya dan pilihan para seniman," terangnya.

Kinerja tidak maksimal terlihat di tahun 2010 ini karena kepengurusan dalam masa demisioner dan tidak memiliki legal formal. Ia berharap musda yang akan dilaksanakan akan mencakup semua aspirasi dari para seniman. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173490

Tidak ada komentar:

Posting Komentar