Kamis, 26 Agustus 2010

Bromo Kembangkan Desa Wisata

Kamis, 26 Agustus 2010 | 08:47 WIB
8 pejabat dikukuhkan sebagai sesepuh Tengger.

PROBOLINGGO - Pengembangan objek wisata Gunung Bromo bakal ditopang dengan kehadiran desa wisata Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Pemerintah pusat melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) bakal mewujudkan objek wisata yang menampilkan keseharian Wong Tengger termasuk potensi hasil bumi hortikultura (buah dan sayuran) itu.

”Setelah dikukuhkan sebagai sesepuh Tengger, kini saatnya mengangkat potensi Tengger menjadi objek wisata,” ujar Menbudpar Jero Wacik usai pengukuhan di pendapa agung Desa Ngadisari, Rabu (25/8) tadi malam.

Selain Menbudpar, ada tujuh pejabat yang dikukuhkan sebagai sesepuh Tengger. Masing-masing, Harbiah Shalahudin (DPR RI), Aminurokhman (Walikota Pasuruan), Djarianto (Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Jatim), AKBP Rasta Gunawan (Kapolres Probolinggo), Letkol Inf. Ferry Setiyono (Dandim 0820 Probolinggo), HR Anto W. (Ketua PN Kraksaan), dan Wahid Nurrahman (Wakil Ketua DPRD Kab. Probolinggo).

“Menu wajib” seni drama dan tari (sendratari) Roro Anteng-Joko Seger (Tengger) yang menggambarkan asal-usul Wong Tengger juga dipentaskan di pendopo agung. Bahkan, Menbudpar Jero Wacik ikut mengisi suara Raden Kusuma yang moksa (menghilang) di kawah Gunung Bromo. Selain itu ribuan undangan yang memenuhi pendapa agung juga dihibur Tari Gambyong dan Tari Praben Madura dan Banjar Kemuning.

Keinginan untuk mewujudkan desa wisata juga diungkapkan Bupati Probolinggo, Hasan Aminuddin. “Kalau di dalam kawasan Bromo itu wewenang Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang mengembangkan. Di luar kawasan, pengembangan objek wisata termasuk desa wisata menjadi wewenang pemda,” ujar bupati.

Konsep desa wisata, kata bupati, sebenarnya sederhana. “Setelah wisatawan menikmati keindahan panorama Bromo, mereka diharapkan berlama-lama dengan cara mengenal keseharian Wong Tengger termasuk mau membeli hasil buminya,” ujarnya.

Ditanya kapan desa wisata Tengger diwujudkan, bupati mengatakan, sekarang sudah berjalan. “Diharapkan pada 2011 mendatang selesai bersamaan dengan Visit East Java 2011,” ujarnya.

Bupati berharap, bakal dibantu APBN berupa teropong untuk menikmati panorama Bromo dari ketinggian. “Kalau gazebonya biar Pemkab Probolinggo yang membangun,” ujarnya.

Kini, Pemkab Probolinggo sedang merintis tempat untuk menyaksikan matahari terbit (sunrise) selain Pananjakan di Desa Wonokitri, Kab. Pasuruan. Tempat yang dijuluki Pananjakan II itu terletak di Dusun Seruni, Desa Ngadisari sehingga menyatu dengan konsep desa wisata Ngadisari.

Sumbang Rp 37,5 Triliun

Pengembangan desa wisata Ngadisari juga mendapat sokongan dari Wakil Gubernur (Wagub) Saifullah Yusuf. “Sektor wisata sangat menjanjikan. Bayangkan, pada 2009 lalu sekitar 60.000 wisatawan mengunjungi Bromo, separonya wisatawan asing. Mereka menyumbangkan PDRB Rp 37,5 triliun,” ujarnya.

Wisatawan mancanagera yang banyak mengunjungi Bromo berasal dari Eropa mulai Prancis, Inggris, Belanda, dan Jerman. Juga dari Amerika dan Asia seperti Jepang, Korea, dan China.

Bupati Hasan menunjukkan pulihnya sektor pariwisata di Gunung Bromo pasca bom Bali I dan II. Indikasinya, jumlah wisatawan tiga tahun terakhir ini terus meningkat. Terinci, pada 2007 lalu Bromo dikunjungi 42.617 wisatawan, 2008 meningkat menjadi 55.344 wisatawan, dan 2009 menjadi 66.747 wisatawan,” ujarnya.

Wagub menambahkan, sudah saatnya paket wisata “BBB” yakni, Borobudur, Bromo, dan Bali dikembangkan lebih serius. “Biasanya wisatawan Bromo juga menyempatkan mengunjungi Kawah Ijen di tapal batas Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=53ed9bf53d2c96b0cb25802f9c599ed2&jenis=c4ca4238a0b923820dcc509a6f75849b

Tidak ada komentar:

Posting Komentar