Minggu, 11 Juli 2010

Tabung Elpiji Bocor Digantung di Pohon

Minggu, 11 Juli 2010 | 10:56 WIB
PROBOLINGGO – Elpiji meledak membuat warga trauma, program konversi pun disambut ragu-ragu di Probolinggo. Kasus tabung elpiji bocor mewarnai digelindingkannya program konversi minyak tanah ke elpiji di Kota Probolinggo yang dimulai akhir pekan lalu. Beruntung tabung elpiji ukuran 3 Kg yang bocor di rumah Sukaryo (30), warga Jl Pattimura Gang V/7, Kota Probolinggo itu tidak sampai meledak.

’’Tetapi saya sempat panik, hingga tabung itu saya gantung di dahan pohon mangga setinggi sekitar 7 meter,’’ ujar Sukaryo di rumahnya, Sabtu (10/7). Setelah isi tabung benar-benar habis, barulah tabung tersebut diturunkan dari atas pohon.

Awalnya Sukaryo yang berdagang ayam panggang itu membeli tabung elpiji ukuran 3 Kg di dekat rumahnya. Baru dipergunakan sekitar setengah hari, terdengar bunyi desisan dari arah tabung. Dia kaget demi mengetahui tabung elpijinya bocor. Ia berusaha melepas tabung dari regulator. ’’Saya tutup dengan sabun mandi dan plastik masih juga ngowos, mungkin karena pentil-nya rusak,’’ ujarnya.

Dengan alasan takut meledak, tabung itu kemudian diletakkan di atas garasi mobil tetangga. Tetapi pemilik garasi mobil marah-marah karena takut tabung itu bakal meledak. Akhirnya tabung itu digantung di dahan pohon mangga. ’’Biar kalau meledak, paling-paling pohon mangganya tumbang,’’ ujar Sukaryo.

Namun ulah Sukaryo menggantung elpiji itu menjadi perhatian warga sekitar. Apalagi tabung elpiji itu digantung di pohon mangga di depan rumah Camat Mayangan, Hasan. Sejumlah warga pun mengaku ketakutan menyaksikan tabung itu digantung di pohon.

Sukaryo berterus terang, dirinya yang menggunakan elpiji sejak tiga bulan lalu ketakutan menyaksikan tabung elpiji ngowos (bocor). ’’Soalnya, sejumlah kasus ledakan elpiji di sejumlah daerah mengakibatkan rumah hancur, penghuninya luka bakar hingga tewas,’’ ujarnya.

Menyaksikan kasus tabung elpiji ngowos, Lilik, tetangga Sukaryo, juga mengaku ketakutan. ’’Kalau nanti dapat kompor dan tabung elpiji saya terima tetapi tidak saya gunakan,’’ ujarya.

Sementara itu kompor dan tabung elpiji mulai dibagikan kepada masyarakat di Kota Probolinggo sejak Jumat (9/7) lalu. Paket dari pemerintah itu mulai dibagikan di dua kelurahan yakni, Wiroborang dan Pohsangit Kidul. Pendistribusian di Wiroborang dihadiri Wawali Bandyk Soetrisno didampingi Kepala Dinas Koperindag Widiharto, Camat Mayangan Hasan, dan Lurah Wiroborang Endarwati. Hadir juga konsultan PT Intermedia Grafika dan pihak Pertamina Hanggowo.

Lurah Endarwati mengatakan, di wilayahnya tercatat ada 1.685 kepala keluarga (KK) yang dapat konversi. Sejumlah 92 di antaranya adalah usaha mikro.

Wawali Bandyk Soetrisno mengatakan, agar setiap pendistribusian dibarengi praktik atau simulasi langsung kepada masyarakat yang menerima paket konversi. Oleh karena itu RT dan RW harus mengetahui bagaimana cara membuka, memasang tabung hingga tingkat bahayanya.

Kalau sampai terjadinya hal-hal yang tidak baik itu karena ada kesalahan, Wawali menyarankan agar tabung gas diletakkan di tempat terbuka (ada ventilasinya) sehingga ketika terjadi kebocoran gasnya keluar ke udara, ’’Berat gas elpiji ini lebih berat dari udara. Jangan sampai karena khawatir lalu diletakkan di atas pohon,’’ ujar Bandyk.

Hanggowo, sales representative Pertamina wilayah Malang-Bayuwangi mengatakan, kasus tabung meledak karena kesalahan manusia (human error), meski banyak sekali fakta kasus juga akibat bocornya tabung. ’’Biasanya, warga lupa mematikan kompor, berakibat kebocoran gas lalu ditinggal pergi setelah pulang ke rumah menyalakan listrik langsung terjadi ledakan elpiji,’’ ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=6dbd51ab6d966757d093548fc95bfee5&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar