Minggu, 11 Juli 2010

Komisi B Sidak Distribusi Paket Konversi

[ Minggu, 11 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Tak mau luput dalam mengawasi program konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji 3 kg di Kota Probolinggo, Komisi B DPRD setempat langsung turun ke lapangan. Mereka menyaksikan pendistribusian, sosialisasi sekaligus simulasi kepada masyarakat.

Ketua komisi B Sri Wahyuningsih bersama anggotanya Farina Churun Inin kemarin (10/7) tiba di kantor Kelurahan Ketapang sekira pukul 13.00. Kemarin memang ada dua kelurahan yang menjadi sasaran distribusi, Ketapang dan Sumberwetan.

Di Ketapang ada seorang warga yang menanyakan bagaimana cara memasang selang regulator ke kompor. Surveyor lapangan dari PT Intermedia Grafika langsung memberitahukan ke sekelompok ibu-ibu tersebut. Di tengah penjelasan itu ada warga bertanya,"Tak leduk? (tidak meledak)".

Surveyor tersebut mengatakan setiap rumah tangga akan menerima paket berupa regulator, klem, selang, kompor dan tabung elpiji. Apabila paket yang diterima klemnya tidak ada, warga diminta segera melaporkan ke RT untuk kemudian mendapat ganti dari konsultan.

"Di dalam elpiji ada seal atau karet, kalau nanti tabung yang diterima tidak ada itunya, segera kembalikan. Jangan takut dengan elpiji," kata surveyor yang banyak menggunakan bahasa Madura dalam sosialisasinya.

Sosialisasi dimulai dari proses pemasangan selang ke kompor. Kemudian memasang selang ke regulator, lalu regulator ke tabung gas elpiji. Untuk menghidupkan kompor berlawanan dengan arah jarum jam. Jika jarum jam berputar ke kanan, sedangkan kompor ke arah kiri.

"Kalau masih belum muncul, hidupkan selama beberapa kali, dipompa dulu," tutur surveyor yang juga didampingi oleh komisi B. Tak lama kemudian kompor pun hidup dan mengeluarkan api. Melihat simulasi itu masyarakat semakin antusias untuk menggunakan elpiji.

Sri Wahyuningsih juga meminta surveyor menyampaikan hal-hal yang bisa berakibat buruk atau membahayakan. Pasalnya, elpiji bisa meledak kalau salam memasang regulator. Indikasi awalnya warga harus mencium kebocoran elpiji. Kalau sudah tercium hindari memantik api atau menghidupkan listrik karena akan berakibat pada ledakan.

Setelah memperoleh sosialisasi, masyarakat dipersilakan bertanya. Ada banyak hal yang ditanyakan seperti membedakan tabung gas elpiji yang palsu hingga barang rusak. Tabung gas elpiji asli terdapat tanda timbul logo pertamina, berlogo SNI (standar nasional Indonesia) dan ada cap PT Pertamina. "Kalau barang diterima rusak, bisa diganti. Segera lapor ke RT-nya. Tapi, jangan dirusakkan sendiri," kata petugas.

Ditemui usai sidak, Ketua Komisi B Sri Wahyuningsih menilai teknis pendistribusiannya masih kurang terkoordinir secara matang. "Membaginya itu gampang tapi sosialisasi, biar masyarakat tahu itu lebih penting. Sebelum mengambil paket, masyarakat dikumpulkan dulu, diberi sosialisasi baru dibagikan," sarannya.

Sosialisasi meliputi tata cara pemasangan dan penggunaan yang baik, serta hal-hal yang bisa menyebabkan bahaya supaya masyarakat lebih berhati-hati. Sri menghimbau kepada masyarakat agar tidak ketakutan dulu. "Takut itu ada alasannya, apa karena tidak tahu atau trauma. Kalau tidak tahu masyarakat harusnya bertanya dan menerima penjelasan," himbaunya.

Sementara itu, anggota komisi B Farina Churun Inin menambahkan sasaran bantuan elpiji banyak yang belum tahu cara memasang atau menggunakan. Seharusnya sebelum dibagi ada sosialisasi yang intens, peragaan, praktik dan bertanya kalau belum mengerti.

"Tadi (kemarin) itu kurang sosialisasi. Saya berharap tetap diadakan sosialisasi per kelompok RT atau RW. Saya berharap semoga bantuan ini segera digunakan. Jangan karena ketidaktahuan, masyarakat menjadi ketakutan," ungkap Farina kepada Radar Bromo.

Masih di Ketapang, Tim Leader PT Intermedia Grafika Nur Sofyan juga mendapatkan komplain dari masyarakat. Ada seorang warga yang mengadu kalau klem selangnya tidak bisa dipakai. Bukan miliknya saja, tetapi punya kakaknya juga bermasalah pada klemnya.

Nur Sofyan mengecek klem menggunakan obeng. "Kalau barangnya rusak langsung saja lapor ke RW, nanti ada prosedur untuk mendapatkan ganti dari gudang kami. Ada juga elpiji yang bocor langsung kami ganti," ujarnya.

Dikonfirmasi secara terpisah, Koordinator Distribusi Sukardi Mitho mengaku sangat menyesalkan komentar Seklur Mangunharjo terkait peristiwa mangga "berbuah" elpiji". Kepada wartawan seklur menyatakan jika membahayakan bagi warga lebih baik konversi tidak dibagikan.

"Ini klarifikasi. Jangan mudah mengatakan begitu. Karena ini tanggung jawab bersama. Saya sangat menyesalkan pernyataan itu. Ini sebenarnya punyanya siapa sih? Kan punya pemerintah. Mestinya kalau dia (seklur) adalah bagian dari pemerintah, tidak menyatakan begitu," tegas Sukardi.

Tunggu Rumah Tangga

Para pengusaha mikro juga akan mendapat paket konversi mitan. Tapi, mereka masih harus bersabar. Lantaran saat ini pendistribusian masih terfokus bagi rumah tangga. Setelah paket untuk rumah tangga, konsultan dari PT Intermedia Grafika mendistribusikan paket konversi usaha mikro.

Distribusi paket konversi dilaksanakan mulai Jumat (9/7) lalu. Diketahui, dari 56.356 paket konversi di Kota Probolinggo, 2.346 diantaranya adalah usaha mikro. Jumlah usaha mikro yang mendapat paket konversi terbanyak di Kecamatan Mayangan (873), disusul Kecamatan Kanigaran (730) lalu Kecamatan Kademangan (343), Kecamatan Wonoasih (225) dan Kecamatan Kedupok (175).

Koordinator Distribusi PT Intermedia Grafika Sukardi Mitho membenarkan jika saat ini pihaknya masih mendistribusikan paket untuk rumah tangga. "Memang begitu. Tahap awal diutamakan paket rumah tangga dulu. Setelah seluruh rumah tangga selesai baru distribusi usaha mikro," katanya.

Pendistribusian dibedakan karena jenis kompor antara paket konversi rumah tangga dan usaha mikro berbeda. Usaha mikro jenis kompornya bertekanan tinggi, sedangkan rumah tangga bertekanan rendah. "Kalau bersamaan nanti agak repot teknisnya," ujar Sukardi.

Ia memperkirakan distribusi paket konversi rumah tangga selama 10 hari. Rencana itu lebih cepat karena PT Intermedia Grafika mengajukan pengambilan tabung dari SPPBE di Probolinggo. Usulan itu disetujui hingga logistik tabung tidak diambil di Pasuruan.

Dari verifikasi petugas surveyor lapangan, masyarakat di Kota Probolinggo kebanyakan punya usaha mikro seperti penjual gorengan, penjual nasi goreng, warung dan bakso. "Itu yang paling banyak masuk ke kami," imbuhnya.

Menurut Sukardi Mitho teknis pendistribusian paket usaha mikro sama seperti rumah tangga, melalui RW masing-masing. Pasalnya, jumlah penerima paket konversi usaha mikro tidak akan bertambah lagi.

"Sudah cukup lama kami memberikan informasi tersebut. Untuk usaha mikro sosialisasi sampai ke tingkat kota dan kelurahan. Kami rasa waktunya sudah cukup. Ya resiko tidak mengajukan karena kami sudah cukup membantu. Kami mengucapkan kalau sampai ada syang tidak dapat," jelas dia.

Disamping itu, lanjut Sukardi, banyak juga usaha mikro yang tidak mau menerima paket konversi saat dilakukan pendataan. Alasannya mereka tidak mau ribet mengurus administrasi berupa surat keterangan punya usaha mikro ke kantor kelurahan.

Jumlah sedikit banyaknya usaha mikro di Kota Probolinggo tergantung dari jumlah penduduk dan pusat ekonomi. Dari data yang ada, diperoleh keterangan jika di kawasan selatan sedikit usaha mikronya. Pelaku ekonomi banyak berada di pusat kota.

Sukardi Mitho berharap agar masyarakat usaha mikro yang memperoleh paket konversi supaya bersabar. "Pasti dapat. Sabar dulu menunggu pendistribusian berikutnya. Usaha mikro ini kan dapat dua, rumah tangga dan usahanya. Jadi, tunggu saja," pungkasnya. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169237

Tidak ada komentar:

Posting Komentar