Minggu, 11 Juli 2010

Tanaman Rusak, Petani Kubis Pasrah

[ Minggu, 11 Juli 2010 ]
SUMBER - Puluhan hektare tamanan kubis terancam gagal panen. Ini terjadi di Desa/Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo. Bulan depan petani di desa tersebut waktunya memanen tanaman kubisnya. Tapi, saat ini tanaman-tanaman kubis itu layu.

Para petani di desa Sumber menanam kubis mulai Juni lalu. Masa tanam kubis sekitar 90 hari. Itu berarti bulan depan para petani sudah bisa memanen kubisnya. Sayang, saat ini para petani resah. Tanamannya rusak.

Daun-daunnya layu. Bila didiamkan saja, bagian inti kubisnya juga akan terserang. Jika itu sampai terjadi, kubis tidak bakal laku dijual. Selain itu, akarnya juga tidak sempurna.

"Pertama hanya satu. Terus lama-kelamaan semakin banyak yang alum (layu, Red)," terang Bu Sukardi, salah satu petani kubis di Desa Sumber saat ditemui Radar Bromo, Rabu (7/7).

Menurut petani setempat, kejadian semacam ini sudah sering terjadi. Tapi, mereka tak kunjung mengetahui penyebabnya. Pemberian pupuk dan jenis-jenis obat antihama dirasa sudah dilakukan dengan benar. Tetapi, daun kubis jadi layu seperti sekarang ini tetap saja terjadi. "Tiba-tiba terjadi begitu saja," ungkap Nandasari, petani kubis lainnya.

Ia juga menjelaskan, "Sering dapat penjelasan dari insinyur pertanian yang datang ke sini untuk menanggulangi masalah itu. Tetapi hasilnya sama saja. Tetap rusak ".

Karena kerusakan ini, kerugian sudah ada di depan mata para petani. Ancaman kerugiannya mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah, tergantung luas lahan yang ditanami kubis.

Dari data yang diperoleh Radar Bromo, petani yang memiliki luas lahan setengah hektare, bisa mendapatkan hasil panen 10-15 ton. Hasil itu jika dirupiahkan, petani bisa meraup hasil penjualan senilai Rp 60 juta.

Semakin luas lahan yang dimiliki petani, maka kerugian yang diderita pun cukup besar. "Kalau punya saya hanya 7.500 meter persegi, tapi ada yang lebih luas lagi. Ya tinggal dikalikan saja harga pasar dengan hasil panen," ujar Nandasari.

Untuk mengatasi kerugian, para petani sudah mencoba menanam tanaman lain. Misalnya, kacang panjang dan kentang. Tetapi tetap juga ada yang gagal. "Hasilnya sama saja. Saya sudah ganti dengan kentang," kata Sukardi, petani kubis lainnya di Desa Sumber.

Atas kejadian ini, para petani hanya bisa pasrah. Mereka tetap tak tahu penyebabnya dan cara menanggulanginnya. "Bapak (saya) diamkan saja. Pasrah sama Yang di Atas," ujar petani lain dengan nada pasrah.

Para petani hanya bisa berharap pemerintah turun dan memberikan jalan keluar. Agar mereka tidak terus-terusan merugi.

Sementara itu saat dikonfirmasi, Ahmad Hasyim Ashari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo menyatakan, " Saya sudah terima laporan tersebut beberapa waktu lalu. Hal tersebut sudah langsung saya cek ke tempat kejadian. Hari ini (Kamis, Red) sudah teratasi masalah tersebut ".

Ia menambahkan, "UPTD ( Unit Pelaksanaan Teknis Daerah ) langsung saya instruksikan untuk melakukan pengendalian terhadap kerusakan tanaman petani".

Dalam kasus layu pada tanaman kubis disebabkan adanya jamur dan bakteri yang bersifat merusak. Pihak Dinas Pertanian sudah menanggulanginya dengan penggunaan agensia hayati ( jenis jamur antagonis ). Jenis jamur ini cukup efektif untuk menanggulangi masalah alum pada tanaman kubis.

Kejadian tanaman kentang yang juga rusak di Desa Sumber itu murni faktor alam. "Di Desa Sumber akhir-akhir ini curah hujannya tinggi, jadi kerusakan tanaman kentang itu murni faktor alam," terang Ahmad Hasyim Asyari.

Menanggapi masalah petani yang tidak mengetahui penyelesain kerusakan tanaman itu, Ahmad mengaku sudah melakukan pembinaan. "Seperti bagaimana cara menanam, perawatan tanaman yang benar, serta pemberian pupuk dan obat-obatan hingga mekanisme penjualan," katanya. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169242

Tidak ada komentar:

Posting Komentar