Selasa, 24 Agustus 2010

Training Manajemen Zakat

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Lembaga Manajemen Infaq (LMI) cabang Probolinggo, Minggu (22/8) menggelar training manajemen zakat, infak, sedekah dan wakaf. Acara itu, mulai digelar sekitar pukul 10.00, di gedung pengajian wanita Probolinggo. Ketua Ikadi Jember Abu Hasan, hadir sebagai pembicara.

Dalam acara yang dikuti 100 orang peserta itu, Abu Hasan mampu membawakan materinya dengan sangat cair. Membuat peserta nyaman menyimaknya. "Masalah zakat bukan masalah biasa. Dalam alquran, masalah salat selalu digandengkan dengan masalah zakat," ujarnya.

Menurutnya, dalam setiap harta seseorang itu ada harta orang lain yang dititipkan oleh Allah. Oleh karena itu, maka Allah mewajibkan setiap manusia untuk berzakat. "Dalam hartaku ada bagian untukmu, dalam hartamu ada bagian untukku," ujarnya.

Menurut Abu Hasan, tidaklah baik menahan sesuatu. Seperti, harta yang harusnya dikeluarkan maka keluarkanlah. Jangan menunda-nunda karena itu akan berdampak tidak baik pada harta lainnya.

Abu Hasan mengibaratkan, dengan seseorang yang harus buang air. Baik air besar maupun air kecil. "Kenapa kita harus buang air? Betapa pun sudah diserap semua kebaikannya, pasti masih ada ampasnya. Maka dari itu, kalau hendak pipis masih ditahan itu akan merusak. Tapi, terlalu sering pipis alias cercer juga tidak baik," ujarnya.

Menurutnya, tidak ada ceritanya orang yang rajin zakat dan sedekah akan menjadi miskin. Bahkan, orang-orang yang demikian itu akan lebih dimudahkan rezekinya oleh Allah. "Tidak ada ceritanya, orang berzakat akan jatuh miskin," ujarnya.

Malah, menurut Abu Hasan, orang yang sering berzakat dan bersedekah itu hartanya akan makin barokah. Pasalnya, sudah tidak ada lagi hak orang lain di dalam harta tersebut. Yang mana, hak orang lain yang tidak dikeluarkan itu akan menjadi kotoran yang akan merusak kepada seluruh hartanya.

"Ibaratnya sumur, setiap hari ditimba maka kotorannya akan terangkat sedikit demi sedikit. Kalau ada kotoran yang besar, maka akan segera diketahui. Coba kalau sumur tidak sering ditimba, pasti kotor," ujarnya.

"Untuk menjadi amil yang produktif, lebih dulu kita harus berani menargetkan berapa yang kita butuhkan? Beranikan dulu untuk menentukan besaran angkanya. Itu, hanya menuntut kita untuk berani membayangkan. Semua itu hanya berawal dari bayangan," lanjutnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176193

Tidak ada komentar:

Posting Komentar