Selasa, 01 Juni 2010

Terkendala Administrasi, Tertunda Berobat ke Surabaya

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]
Nasib Iin Terkatung-katung

PROBOLINGGO - Nasib Nur Indah Lia alias Iin, warga Kota Probolinggo yang diduga menderita penyakit kanker lidah, masih terkatung-katung. Upaya pengobatan yang rencananya ditanggung oleh pemerintah tertunda karena masalah administrasi.

Sebelumnya Iin sudah dibawa ke puskesmas Ketapang Kota Probolinggo. Kemudian dirujuk ke RSUD dr Mohammad Saleh Kota Probolinggo. Baru dirawat beberapa hari, setelah pihak rumah sakit memberikan perbaikan kondisi umum, Iin dibawa ke Surabaya.

Awalnya ada dua opsi yang ditawarkan pemkot terhadap Iin. Yakni, berobat di RS Syaiful Anwar Malang atau ke Surabaya. Akhirnya keluarga memutuskan wanita berusia 30 tahun itu dibawa ke Surabaya lantaran ada saudara di sana.

Selasa (25/5) lalu, keluarga memperoleh kabar bahwa Iin akan diberangkatkan ke Surabaya, (Rabu 26/5) pukul 05.00. Saat mendengar kabar dari suster di ruangan Bougenvil RSUD dr Mohammad Saleh itu, keluarga sempat kebingungan. Sebabnya, Direktur RSUD dr Budi justru bilang bahwa Iin tidak harus berangkat pagi. Asalkan keluarga siap, rumah sakit bakal mengantar.

"Kami bingung karena surat keterangan tanda miskin masih kami urus di kelurahan. Belum sampai ke kecamatan dan Dinas Kesehatan (Dinkes). Karena disuruh berangkat ya kami ikut saja dengan membawa surat seadanya," ujar Rifa, kakak ipar Iin.

Rabu pagi, sekitar pukul 05.30 Iin berangkat didampingi keluarganya. Sesampai di RSUD Dr Soetomo sekira pukul 08.30. Di rumah sakit tersebut keluarga mengaku kebingungan karena surat yang dibawa dari RSUD Dr Mohammad Saleh ke poli bedah. Ternyata setelah dibawa ke poli bedah, disuruh ke poli THT (telinga hidung tenggorokan), dari THT malah disarankan ke poli kepala dan leher ditangani dr Wayan.

"Di poli kepala dan leher itu dokternya cuma geleng-geleng kepala. Sampai memanggil empat dokter. Dokternya keheranan, Iin ini sakit apa?," cerita Ishak, kakak kandung Iin yang juga menemaninya ke Surabaya.

Waktu itu Iin diminta untuk tusuk lidah, rontgen dan cek darah. Tapi, itu tidak bisa dilakukan oleh keluarga karena takut biayanya mahal. Setahu mereka biaya itu ditanggung pemkot, jadi mereka mau berangkat sampai ke Surabaya.

Rifa menyatakan, karena persyaratan administrasi yang dibawa kurang lengkap maka Iin didaftarkan melalui pasien umum. Setelah tahu harus menjalani tes dan tidak ada biaya, keluarga memutuskan untuk tidak tes. Uang pemberian dermawan yang diterima tidak cukup untuk pengobatan di rumah sakit.

Akhirnya, pukul 13.00 keluarga memutuskan membawa Iin kembali ke Probolinggo dengan mencarter angkutan dari Surabaya. Uang bantuan dari Gapensi dipakai untuk membayar biaya transportasi itu.

"Rumah sakit (Surabaya) bilang kalau itu bukan rujukan. Karena tidak ada stempel dari rumah sakit. Dokternya saja bilang kalau memang rujukan ada suster yang mengantar. Saya sampai diberi uang Rp 13 ribu sama CS (customer service) untuk mendaftar ke loket," tutur Rifa.

Keluarga juga menyayangkan infus yang dicabut oleh pihak RSUD Dr Mohammad Saleh. "Saya sempat kaget waktu ada petugas yang melepas infusnya. Saya tanya kenapa kok dilepas, katanya karena Iin mau dibawa ke Surabaya. Saya pikir puskesmas saja tidak melepas infus kok di rumah sakit malah dilepas. Dokter Wayan dari RSUD dr Soetomo sampe tanya kok bisa infus dilepas. Kalau sudah dari rumah sakit dan rujukan mestinya infus tetap dipakai," beber Ishak lagi.

Ketika Radar Bromo mendatangi rumahnya, Iin sedang tidur. Pasalnya, sepulang dari Surabaya kondisinya makin lemah. Ia sempat kambuh selama sehari semalam selalu menangis kesakitan.

"Iin sekarang malah pesimis kalau dia tidak bisa sembuh," keluh Rifa lagi. Perjuangan keluarga untuk mendapatkan pengobatan bagi Iin tidak berhenti sampai di situ. Saat ini keluarga sedang mengurus surat ke Dinkes dan mengajukan tanda tangan ke wali kota Probolinggo.

Sewaktu di Dinkes, Rifa sempat terkejut saat Dinkes menunjukkan foto rumahnya yang dibilang masih layak karena melihat bagian pagar yang sudah dikayu. "Iin ini tidak punya rumah, dia numpang. Meskipun orang tidak punya, kami juga ingin rumah kelihatan bagus walaupun beli dari kayu bekas," ucap Rifa.

Setelah mendapatkan tanda tangan dari wali kota, Iin bakal diboyong lagi ke Surabaya. Keluarga bilang tidak melalui rumah sakit melainkan mencari pinjaman mobil yang bisa mengantar Iin sampai ke RSUD Dr Soetomo. "Kami akan berusaha lagi," tegas Rifa. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar