Selasa, 01 Juni 2010

Serma Niman Tersangka Pelaku Mutilasi

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]

Sempat Salat Maghrib sebelum Memutilasi


TIRIS - Misteri kasus mutilasi dengan korban Hartono, alias To, 30, warga Dusun Kongsi, Desa Andungsari, Tiris Kabupaten Probolinggo akhirnya terungkap. Serma Niman, anggota TNI yang berdinas di Koramil Kraksaan telah ditetapkan Denpom Malang sebagai tersangka tunggal dalam kasus tersebut.

Denpom Malang memang tidak memberikan penjelasan secara resmi. Tapi penetapan Serma Niman sebagai tersangka menjadi jelas dengan langkah Denpom Malang menggelar rekonstruksi kasus mutilasi tersebut kemarin (31/5).

Rekonstruksi dilakukan mulai pukul 09.20 di tempat kejadian perkara (TKP), yakni di kawasan hutan kopi di dusun Segaran Duwes, Desa Andungsari, Tiris. Saat itu Serma Niman sudah berperan menjadi tersangka tunggal.

Ia datang ke lokasi dengan pengawalan ketat petugas kepolisian dan TNI. Tangan kanan dan kiri Niman terpasang dua borgol. Masing-masing dipasangkan pada tangan dua anggota Denpom. Pagi itu Niman memakai baju tahanan militer berwarna oranye dengan menggunakan penutup kepala balaclava.

Begitu turun dari mobil Ford Ranger yang di dalamnya juga terdapat Wadan Denpom Malang Mayor CPM Didik Haryadi, Niman langsung melakukan prores rekonstruksi tersebut.

Dari rekonstruksi tersebut baru terungkap bagaimana sadis dan dinginnya Niman membunuh dan memutilasi Hartono hingga jadi sembilan bagian pada Senin (10/5) lalu. Kronologi yang tersusun berdasar rekonstruksi itu, mulanya Hartono yang seorang petani dan pencari kayu sedang dalam perjalanan pulang setelah mengisi pulsa di sebuah konter HP.

Saat itu ia mengendarai sepeda motor mochin. Lalu di jalan makadam desa Andungsari, Hartono berpapasan dengan Serma Niman. Saat itu sedang turun hujan. Niman mengendarai motor Honda GL miliknya.

Lalu entah apa yang diomongkan Niman dan Hartono saat berpapasan itu. Yang pasti, Niman dan Hartono kemudian bergeser ke arah hutan kopi di dusun Segaran Duwes.

Persisnya di tepi sungai Salak di tengah hutan kopi itu, terjadi cekcok. Diduga, dalam cekcok itu Niman mempersoalkan kedekatan Hartono dengan istri Niman, Siti Nur. Kebetulan beberapa hari sebelum kejadian tersebut, Niman sempat mendengar kabar kalau isterinya pernah dibonceng oleh korban.

Cekcok mulut berujung pembunuhan. Korban mengeluarkan sebuah celurit yang ia bawa di cepitan sarungnya. Melihat korban membawa celurit dan akan mengayunkan ke arahnya, Niman pun panik.

Dalam keadaan panik tersebut, Niman mengeluarkan pistol FN modifikasi dari balik celananya. "Saya langsung refleks mengeluarkan senjata," ujar Niman lirih saat rekonstruksi kemarin sambil memperagakan penembakan tersebut.

Tembakan itu mengenai dada kiri korban sampai tembus punggung. Tembakan itu persis mengenai paru-paru sebelah kiri dan masuk ke tulang punggung ke-11. Hartono pun langsung roboh dan tewas.

Niman mengaku sempat menyesal. Ia mengaku sempat meneteskan air mata saat itu. "Sempat nangis," ujar Niman lirih. Selanjutnya, Niman menyeret mayat korban ke pinggir sungai dan ditutupi dua lembar daun pisang. Motor korban pun juga disembunyikan dengan daun pisang di TKP.

Usai menyembunyikan mayat dan motor korban, Niman sempat pulang dengan memakai motor Honda GL-nya. "Saya pulang, terus salat maghrib dulu," kata Niman.

Sekira setengah jam selanjutnya, Niman kembali ke lokasi tempat ia meletakkan mayat korban. Namun saat kembali itu, Niman tidak membawa motornya di lokasi penembakan tadi. Ia menyembunyikan motornya di pinggir jalan makadam, persisnya beberapa meter dekat lokasi pertemuan pertama dengan korban.

Saat itu Niman kembali dengan membawa golok untuk memotong-motong tubuh korban. Bagian pertama yang ia potong adalah kepala korban. Selanjutnya ia memotong tangan kanan, dilanjutkan dengan tangan kiri dan kaki kanan bawah lutut. Potongan-potongan tubuh tersebut langsung ia taruh di sebuah karung plastik yang sudah ia bawa dari rumah.

Setelah dimasukkan dalam karung, potongan-potongan tubuh tersebut dibawa ke atas bukit hutan kopi dengan melewati arus sungai ke arah atas. Sementara bagian lain tubuh korban masih di tinggalkan dengan hanya ditutupi daun pisang kembali.

Bagian-bagian tubuh yang pertama dimutilasi itu kemudian dimasukkan ke sebuah ceruk tepi sungai. Jaraknya dengan lokasi tempat Niman memutilasi sekitar 100 meter.

Walau tak begitu jauh, medannya sangat berat. Dalam rekonstruksi kemarin, beberapa personel TNI, polisi maupun wartawan pun sempat kesulitan. Beberapa kali rombongan yang mengikuti proses rekonstruksi tersebut pun juga tak jarang sempat terjatuh karena terpeleset.

Di sebuah ceruk tepi sungai, Niman memasukkan potongan dua tangan dan satu kaki. Lantas ia kembali melanjutkan perjalanannya ke arah atas dengan membawa potongan kepala yang masih terbungkus dalam karung plastik.

Beberapa puluh meter dengan ceruk tersebut, Niman lantas berhenti di lokasi tempat ditemukannya 5 lubang yang mengubur beberapa bagian tubuh korban. Di lokasi tersebut, Niman awalnya mengeduk lubang. Pertama kali ia letakkan senjata FN, beserta beberapa barang bukti lainnya seperti peluru, minyak pelumas dan fotokopi KTP yang juga tertinggal di lokasi.

Namun sejumlah barang bukti tersebut masih belum dikubur, hanya ditaruh di lubang yang digali dari belati. Sementara bagian kepalanya digeletakkan begitu saja. Beberapa menit kemudian, Niman kembali turun untuk kembali memotong-motong bagian tubuh lainnya menjadi lima bagian.

Lantas sisa lima bagian tubuh tersebut kembali ia bawa dengan karung plastik. Niman pun kembali ke lokasi tempat ia menaruh potongan kepala dan beberapa barang bukti lainnya.

Usai sampai di lokasi, Niman mengubur potongan enam bagian potongan tubuh tersebut di empat lubang. Satu lubang dibuat untuk mengubur baju, sarung dan celana dalam korban.

Tuntas mengubur semua bagian tubuh dan barang bukti, Niman pun kembali turun dari hutan kopi, kembali ke lokasi tempat memotong-motong dan penembakan. Motor korban yang sempat ia sembunyikan dengan daun pisang, ia naiki. Motor itu lantas dibuangnya di sungai Jatiroto. Sampai sekarang ini bangkai motor itu masih belum ditemukan.

Tim dari Denpom pun juga melakukan rekonstruksi pembuangan motor tersangka tersebut di sungai Jatiroto. Sementara itu, Wadan Denpom Malang Mayor CPM Didik Haryadi, saat ditemui sejumlah wartawan usai rekonstruksi tersebut melakukan aksi tutup mulut kepada media.

Didik enggan menjelaskan secara detail hasil pemeriksaan atas Serma Niman. Awalnya ia meminta didampingi Kapolres Probolinggo AKBP AI Afriandi saat memberikan keterangan. Namun, karena saat itu Kapolres sudah turun, wawancara pun urung dilakukan.

Wadan Denpom lalu berjanji akan memberikan keterangan saat di Polsek Tiris. Tetapi saat itu, rombongan dari Denpom ternyata hanya mampir sejenak di Koramil Tiris dan langsung bablas ke Jember untuk rekonstruksi pembuangan motor korban.

Sedangkan Dandim 0820 Probolinggo Letkol Arh Budhi Rianto ketika ditemui sejumlah wartawan juga enggan memberikan komentar banyak. "Sudah diserahkan ke Denpom Malang," katanya.

Sementara Kapolres AKBP AI Afriandi saat dikonfirmasi Radar Bromo mengaku kasus tersebut sudah tergambar dari rekonstruksi yang telah dilakukan denpom Malang. "Semuanya sudah jelas tadi," katanya.

Dalam rekonstruksi tersebut terungkap hanya terdapat satu tersangka tunggal yang anggota TNI Serma Niman. Dengan begitu, menurut Kapolres, proses atas kasus tersebut bakal diambil alih oleh Denpom Malang. "Besok (hari ini) hasil lidik yang telah kami lakukan akan kami serahkan ke Denpom kalau diminta," beber mantan Kapolres Bondowoso tersebut.

Kapolres menerangkan dalam proses rekonstruksi kemarin, pihaknya hanya bertugas sebagai pengamanan jalannya rekonstruksi. "Total kami menurunkan 170 personel pengamanan. Sedangkan dari Kodim dan Denpom juga ada," beber Kapolres. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161742

Tidak ada komentar:

Posting Komentar