Selasa, 01 Juni 2010

Catat Dua Kelemahan Perahu Layar

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]
Dedy Isfandi: Siapkan Uji Coba Lanjutan

KRAKSAAN - Uji coba penggunaan perahu layar oleh Pemkab Probolinggo melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), dua hari lalu mulai dikritisi nelayan pemilik prahu. Sunarji, 47, warga Desa Kalibuntu, Kraksaan sebagai pemilik mencatat beberapa kekurangan perahu layar.

Dia mengatakan, perahu dengan layar memang cukup nyaman dioperasikan. Terutama ketika angin laut dan ombak sedang stabil. "Biaya melaut bisa irit," katanya.

Namun, ada dua kelemahan mendasar pada perahu jenis ini. Pertama, pemasangan layar cukup memakan tempat di dek kapal. Hal ini menurut Sunarji tidak efektif. Sebab, nelayan tidak bisa menjaring ikan. "Sama sekali tidak bisa," tuturnya.

Selanjutnya kata Sunarji, layar tidak bisa berkompromi dengan cuaca buruk. Jika ada ombak besar dan angin laut kencang, layar malah bisa membuat perahu terbalik. "Itu yang saya khawatirkan," ujarnya.

Diberitakan Radar Bromo, DKP melangsungkan uji coba penerapan perahu layar pada perahu jenis purse seine. Menurut Kepala DKP Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi, tujuan program itu untuk mengurangi pengunaan BBM ketika melaut. Sehingga, cost melaut yang tinggi dapat dikurangi. Bahkan hingga 30 persen per tahun.

Untuk mewujudkan program tersebut, DKP pemkab menggandeng tim program rancang bangun layar Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) Kota Semarang. Kapal yang diujicobakan yakni, KM Maju milik Sunarji.

Sunarji pun langsung mengiyakan. Namun dengan beberapa syarat. Yakni, biaya melaut dan pemasangan layar sepenuhnya ditanggung DKP Kabupaten Probolinggo. "Karena setuju, langsung saya iyakan," sahutnya.

Namun baru diujicobakan, Sunarji langsung bisa menilai kelemahan perahu yang menggunakan layar. Salah satunya, tidak bisa menjaring. Padahal, kapalnya mempunyai sekitar 15-20 awak. Mereka sengaja dipekerjakan untuk menjaring ikan.

Lebih lanjut Sunarji menjelaskan, jaring yang dimiliki kapal panjangnya 300-400 meter. Jika ada layar dan beberapa perlengkapan, maka penjaringan tidak bisa dilakukan. "Untuk perjalanan oke. Kalau untuk menjaring, tidak bisa digunakan," ujar Sunarji.

Saat dikonfirmasi Radar Bromo, Kepala DKP Dedy Isfandi tidak menampaik kekhawatiran nelayan. Bahkan dia sudah memprediksi bahwa dua hal itu akan menjadi kekhawatiran para nelayan.

Terutama untuk perahu yang menggunakan layar. "Hal itu sudah kami perhitungkan sebelumnya," ujar Dedy.

Karena itu, pihaknya juga sudah menyiapkan solusi. Yakni, melakukan program lanjutan tentang cara penggunaan layar ketika sedang melaut. Dedy mengatakan, program kedua memang tidak bisa dilaksanakan bersamaan dengan program pertama.

Sebab, ada dua kendala. Yakni keterbatasan dana dan waktu. "Dana program terbatas. Sementara tim dari Semarang hanya seminggu di sini," terangnya.

Lebih rinci Dedy memberikan penjelasan. Layar digunakan ketika berangkat hingga tiba di fishing ground. Selanjutnya layar dilipat. Saat itulah nelayan bisa melepas jaring ikan. Termasuk ketika mengangkat jaring. "Tata cara itu yang akan dilakukan di program lanjutan," ujar Dedy.

Dedy mengaku belum bisa memastikan kapan program lanjutan tersebut dilaksanakan. Namun kata dia, pihaknya sudah melakukan persiapan. "Nanti kami kabari pelaksanaannya," jawabnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161738

Tidak ada komentar:

Posting Komentar