Selasa, 05 Oktober 2010

Diantre Pabrikan, Otorita Tanjung Tembaga Belum Terbentuk

Selasa, 5 Oktober 2010 | 11:14 WIB

PROBOLINGGO - Sejumlah pabrikan mengantre pemanfaatan pelabuhan baru Tanjung Tembaga. Ironisnya, hingga kini pemerintah belum membentuk badan otorita yang mengelola pelabuhan senilai Rp 164 miliar itu.

”Kementerian Perhubungan memang belum menunjuk instansi mana yang bakal mengelola pelabuhan baru itu. Untuk sementara kami yang diminta mengelolanya,” ujar Administrator Pelabuhan (Adpel) Probolinggo, Wiliyanto, Senin (5/10).

Meski mendapat mandat sementara mengelola pelabuhan, Adpel tidak bisa berbuat banyak karena tidak bisa memungut retribusi. ”Melalui Dirjen Perhubungan Laut (Hubla) kami mengusulkan kepada Menteri Keuangan agar diberi payung hukum untuk memungut retribusi di pelabuhan,” ujar Wiliyanto.

Padahal banyak jasa kepelabuhanan yang bisa dipungut retribusi seperti jasa tambat kapal, bongkar muat barang, hingga penyetokan barang di lapangan. ”Kalau kami memungut tanpa payung hukum, ya kami bisa berurusan dengan BPK (Badan Pemeriks Keuangan) atau bahkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),” ujarnya.

Ketika pihak Adpel berkutat pada belum jelasnya badan otorita yang mengelola pelabuhan, sejumlah pabrikan kini antre memanfaatkan pelabuhan baru itu. ”Bulan Desember mendatang, PT Kertas Leces sudah antre mau mendaratkan 38.000 ton batubara dari Kalimantan,” ujar Wiliyanto.

Perusahaan kertas milik BUMN itu bahkan sudah menggandeng PT Varia Usaha, (anak perusahaan PT Semen Gresik), untuk mengangkut batubara dari pelabuhan Tanjung Tembaga, Leces. Batubara itu menjadi bahan bakar instalasi boiler yang kini dalam penyelesaian akhir di kompleks PT Kertas Leces.

Selain itu, pabrik semen PT Holcim Indonesia juga berencana memanfaatkan pelabuhan baru Tanjung Tembaga. ”PT Holcim bakal mengirimkan semen ke kawasan Indonesia timur melalui Probolinggo,” ujar Wiliyanto. ”Bahkan ada perusahaan transporter asal Jepang yang biasa memasok HCl ke PT Samsung Cheil Jedang, Pasuruan bermaksud membangun kilang di kawasan pelabuhan,” ujarnya.

Sebuah perusahaan jasa peti kemas yang ber-home based di Surabaya, kata Wiliyanto, juga akan melebarkan sayapnya di Probolinggo. ”Perusahaan penambangan pasir besi di pantai selatan Lumajang juga bermaksud mengirimkan pasirnya melalui pelabuhan Probolinggo,” ujarnya.

Bahkan yang membuat pihak Adpel kelabakan, ada perusahaan swasta raksasa yang bermaksud membangun pembangkit listrik (power plant) di kawasan pelabuhan. ”Perwakilan perusahaan itu sudah menjajaki kemungkinan membangun pembangkit listrik berdaya 50.000 Mega Watt yang bakal dijual kepada pabrikan di kawasan pelabuhan,” ujar Wiliyanto.

Pembangkit listrik yang dikhususkan untuk pabrikan di pelabuhan dinilai menjanjikan jika kelak pelabuhan baru itu dioperasikan. ”PT KTI (Kutai Timber Indonesia, Red.) saja membutuhkan listrik 10.000 Mega Watt,” ujarnya.

Perusahaan swasta itu tertarik membangun pembangkit listrik di kawasan pelabuhan Tanjung Tembaga dengan berbagai pertimbangan. Selain mendekati konsumen listrik (pabrikan), juga karena pembangkit itu berpendingin air laut. ”Pembangkit listrik tenaga uap itu mirip yang di PLTU Paiton, pendingin air laut. Yang diincar lahan 50 hektare hasil reklamasi di sebelah selatan dermaga pelabuhan baru,” ujar Wiliyanto. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=6b2faeab8a9ae46c57776a8359f489c4&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar