Rabu, 15 September 2010

Jari Dewan Kena Mercon

[ Selasa, 14 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Eko Laksono, seorang anggota DPRD Kota Probolinggo bernasib nahas. Dua jari tangannya putul "dimakan" petasan alias mercon, pada Minggu (12/9) sekitar pukul 18.30.

Saat ditemui di rumahnya kemarin (13/9), Eko menceritakan bahwa sebelum kejadian itu dirinya bertemu dengan tetangganya, Hasan. Eko yang juga menjabat sebagai ketua RW 4 di Kelurahan Pakistaji Kecamatan Wonoasih itu mendapati Hasan menyimpan mercon di balik sarungnya.

Saat ditanya soal mercon itu, Hasan menjawab kalau hendak disulut. Tapi, ia masih mencari tempat yang aman dan kertas sebagai tambahan sumbunya. "Katanya, tidak disulut di rumahnya karena keponakannya (Hasan, red) sedang sakit," jelas Eko.

Eko kemudian meminta untuk menyulutnya dengan cara dipegang dan akan melemparkannya ke udara. Mendapati itu, Hasan sempat melarangnya karena mercon tersebut bersumbu sangat keras.

Tapi, Eko meyakinkan kalau mercon itu tidak akan meledak saat masih di genggamannya. "Padahal, sumbunya sangat panjang. Sekitar 15 senti (cm). Entah dapat dari mana, katanya (Hasan, Red) membeli seharga Rp 20 ribu," ujarnya.

Anggota dewan dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu pun meminta kepada temannya, Anshori untuk menyulut mercon di tangannya. Sedangkan, Eko bersiap melemparkannya ke udara.

Nah, begitu mercon itu disulut ternyata Eko kalah cepat dengan api yang menyala di sumbu mercon tersebut. Mercon berdiameter sekitar 10 cm itu meletus di tangan kanannya. "Saya tidak sempat melihat seperti apa apinya, tahu-tahu sudah meledak," ujarnya.

Begitu mercon meledak, Eko mengaku tidak merasakan sakit di tangannya. Ia malah memikirkan Anshori yang saat itu kelihatan kebingungan. Tapi, tak lama kemudian ia pun sadar kalau tangannya hancur penuh luka. "Untung hanya saya, kalau dia (Anshori, Red) kena juga, bisa panjang urusannya," ujar anggota dewan yang tergabung di komisi B itu.

Tak lama kemudian, oleh keluarganya Eko langsung dilarikan ke Puskesmas Wonoasih. Tapi, karena lukanya cukup parah Eko kemudian dirujuk ke RSUD Dr Moh Saleh Kota Probolinggo.

Butuh waktu sekitar 2 jam bagi tim medis RSUD untuk menjahit luka-luka di tangan Eko. Ada tiga orang orang yang menangani Eko saat itu. Menurutnya tiga orang itu bukan menangani secara bersamaan, melainkan gantian. "Masak, sampai tiga kali ganti sopir. Belum selesai, katanya ganti shiff sehingga harus diganti," ujarnya.

Malam itu pula diketahui kalau luka di tangan Eko cukup parah. Bahkan, ia sempat ditawari untuk dirujuk ke Malang untuk menyempurnakan jari-jarinya. Karena, ujung jari telunjuk dan jari tengahnya hancur dan harus dipotong.

Nah, bila ingin potongannya itu bagus, Eko diminta untuk berobat di Malang. Tapi, Eko menolaknya. Ia memasrahkan perawatannya kepada tim medis di RSUD dr Moh Saleh. "Ada sekitar 15 jahitan. Kalau ujung jari telunjuk dan jari tengah dipotong, tidak bisa disambung karena hancur," ujarnya.

Eko pun mengakui kalau dirinya memang senang dengan petasan. Bahkan, pada malam lebaran kemarin ia sampai menghabiskan duit sebesar Rp 500 ribu untuk membeli kembang api. Tapi, ia mengaku sangat takut jika harus menyulutnya sendiri. "Biasanya, yang membakar itu teman-teman sini. Saya hanya lihat. Entah kenapa waktu itu saya berani," ujarnya.

Eko mengaku tak pernah membayangkan sebelumnya. Tapi, ia sempat bertanya kepada istrinya kalau pada belakangan ini sudah jarang terdengar berita orang kena letusan petasan. "Kan, biasanya ada saja di TV atau koran, sekarang kan jarang. Kok malah saya yang kena," ujarnya.

Dengan kejadian itu, Eko yang mestinya mulai ngantor hari ini (14/9) dimungkinkan tidak bisa masuk kerja. Pasalnya, ia harus menunggu tangannya hingga benar-benar sembuh. "Tidak masuk. Izin dulu sampai sembuh," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179169

Tidak ada komentar:

Posting Komentar