Rabu, 15 September 2010

Main Petasan, 2 Jari Anggota DPRD Putus

Selasa, 14 September 2010 | 11:34 WIB

OLEH IKHSAN MAHMUDI

SUASANA Lebaran masih terasa di Kel Pakistaji, Kec Wonoasih, Kota Probolinggo, Senin (13/9). Sebuah rumah mentereng, lengkap dengan mobil sedan ditutup kain terpal, tampak dikunjungi sejumlah tamu. Itulah rumah Eko Laksono. Wajar kalau rumah Eko didatangi banyak tamu. Di kampungnya, anggota DPRD Kota Probolinggo dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu juga menjadi ketua RW 4.

Sebagian tamu mengaku kaget demi mengetahui Eko tidak lagi bisa menjabat tangan mereka yang datang ke rumahnya untuk berlebaran. Soalnya, telapak tangan kanannya dibalut dengan kain kasa warna putih. ‘’Maaf, tidak bisa berjabat tangan. Mosok mau bersalaman dengan tangan kiri,” ujarnya sambil tersenyum, Senin (13/9) siang. Sambil mempersilakan para tamu duduk dan menikmati hidangan, Eko pun meminta maaf jika ada kesalahan dan kekhilafan.

Kepada para tamunya yang menanyakan ihwal tangan kanannya, Eko bercerita dengan santai, tanpa beban. “Saat Lebaran saya mendapatkan cobaan dari Allah, mungkin ada hikmahnya,” ujarnya.

Ayah dua anak itu bercerita, Minggu (12/9) malam sekitar pukul 18.30 bersama temannya, Ansori menyalakan petasan ukuran besar. “Seukuran gelas minum ini,” ujarnya sambil menunjuk gelas berdiameter sekitar 10 cm di meja ruang tamunya.

Petasan itu berasal dari Hasan, teman Eko. “Hasan mau menyulut petasan itu di rumahnya tidak jadi karena keponakannya sakit, takut menganggu,” ujarnya. Hasan kemudian memberikan petasan itu kepada Eko. Eko kemudian mengajak Ansori dan Hasan mencari tempat yang nyaman untuk menyulut petasan.

Ketika petasan mau disulut, Hasan menjauh lebih dulu. Eko kemudian memegang petasan dengan tangan kanan, sementara Ansori menyulutnya dengan sebatang rokok yang menyala.

Eko sudah mempertimbangkan, sumbu petasan itu cukup panjang, sekitar 15 cm. Rencananya setelah disulut, petasan itu bakal ia lempar ke atas sehingga meledak di udara. “Ternyata petasan belum sempat saya lempar ke atas, sudah meledak di tangan,” ujarnya.

Sambil mengerang-erang menahan luka bakar di tangan kanannya, Eko merasa dunia berputar-putar. “Suasana seras gelap gulita, telinga saya seperti tuli. Saya semakin khawatir menyaksikan Ansori mengusap-usap wajahnya. Saya takut Ansori buta, ternyata matanya tidak apa-apa,” ujarnya.

Malam itu juga, Eko langsung dilarikan ke Puskesmas Wonoasih, namun kemudian disarankan ke RSUD Dr Mochmad Saleh. Eko mengaku sempat syok begitu melihat telapak tangannya. “Jari telunjuk dan jari tengah ternyata putus. Ujungnya hancur, tidak bisa disambung lagi. Sebagian kulit telapak tangan juga mengelupas,” ujarnya. Sekitar dua jam, telapak tangan kanan mendapatkan 15 jahitan. ’’Yang jelas dua jari saya sudah putus. Mungkin kelak saya akan dipanggil ’Eko kuthung’ (jari terputus, red),” ujar Eko Laksono tergelak, menertawakan dirinya sendiri. *

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=7d4d0349417a7b0d237a2ac89de59e4d&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar