Senin, 14 Juni 2010

Rumah Meledak Jadi Tontonan

[ Senin, 14 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO-Meledaknya tabung gas elpiji yang menyebabkan dua korban mengalami luka bakar serius terus mengundang perhatian warga. Kemarin (13/6), banyak warga datang ke rumah Abdul Wahab, 50, yang hancur akibat dari ledakan tersebut.

Mereka yang datang tidak hanya berasal dari dalam kota, ada juga warga Kabupaten Probolinggo. Mereka ingin melihat lebih dekat lokasi ledakan elpiji itu. "Kami penasaran, seperti apa kondisi sebenarnya. Ternyata memang benar-benar parah," ujar Agus seorang warga Dringu, Kabupaten Probolinggo.

Seperti diberitakan Radar Bromo Sabtu (12/6) lalu rumah keluarga Abdul Wahab di Jrebeng Wetan meledak. Akibat ledakan itu istri Wahab, Salama, 45, dan anaknya, Hendra, 19, mengalami luka bakar yang cukup serius.

Ledakan itu bersumber dari tabung gas elpiji 12 Kg di ruang dapur yang ngowos. Salama yang pertama mengetahui bau gas langsung memberitahu Hendra. Hendra yang waktu itu sedang ada di ruang tengah dalam rumah lalu mencoba mengutak-atik kompor gas di dapur. Sayangnya, tabung gas itu akhirnya justru meledak. Bukan hanya Hendra dan ibunya yang mengalami luka bakar serius, rumah mereka pun hancur.

Kemarin (13/6), rumah mereka menjadi tertutup. Jalan di belakang rumah itu juga ditutup dengan menggunakan gedek bambu. Di situ terpasang police line (garis polisi).

Di bagian depan rumah bernomor 8 itu juga ber-police line. Tapi, itu tidak menghalangi warga untuk melihat kondisinya dari dekat. Warga juga terheran-heran dengan kondisi rumah Wahab yang sampai hancur berantakan. "Kok sampai separah ini, seperti kena bom," ujar Hendra warga Kanigaran.

Kini rumah itu ditinggal oleh para penghuninya. Maklum, Salama sedang menjalani perawatan di RSUD. Sedangkan Abdul Wahab menunggui anak mereka, Hendra yang saat ini sedang menjalani perawatan di Surabaya. "Pak Wahab di Surabaya nunggui Hendra," ujar Dedi, salah seorang kerabat korban.

Awalnya, Hendra dan Salama memang diagendakan dirujuk ke Surabaya. Karena lukanya yang cukup parah. Tapi, entah kenapa akhirnya hanya Hendra yang jadi dirujuk. Salama, tetap menjalani perawatan di RSUD. "Bu Salama, tetap dirawat di sini (RSUD dr Moh Saleh)," lanjut Dedi salah seorang kerabat korban.

Di RSUD, Salama menjalani perawatan dan pengawasan yang sangat ketat di ruang ICU. Salamah ditunggui oleh putri pertamanya, Wiwik. Menurut Wiwik, Salama selalu mengerang kesakitan dan mengaku badannya terasa nyeri dan panas. Bahkan, Sabtu (12/6) malam Salama hampir tidak bisa tidur. "Katanya terasa nyeri dan panas," ujar Wiwik.

Maklum luka bakar yang dialami salamah memang cukup parah. Kedua tangannya diperban, paha hingga ujung kakinya juga demikian. Bahkan, wajahnya juga menghitam seperti gosong. "Kalau kemarin (Sabtu, 12/6), katanya tidak begitu sakit. Tapi, sekarang lebih terasa sakitnya. Tangan kirinya juga tidak bisa bergerak," jelas Wiwik.

Rengekan Salama tentang rasa nyeri dan panas itu juga diakui oleh Umar seorang perawat di ruangan tersebut. Menurutnya, rasa nyeri dan panas itu bisa dirasakan oleh Salama kurang lebih sampai tiga hari. Setelah itu, rasa nyeri dan panas itu akan hilang. "Biasanya sampai tiga hari dari waktu kejadian," ujarnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=164326

Tidak ada komentar:

Posting Komentar