Senin, 14 Juni 2010

Konversi Jalan Terus Pendataannya Molor

[ Senin, 14 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO-Maraknya peristiwa tabung elpiji meledak tidak menyurutkan langkah pemerintah untuk melakukan konversi bahan bakar minyak tanah ke gas. Di Kota Probolinggo pihak distributor terus melangkah untuk menuntaskan program tersebut. Tapi, pendataan yang ditargetkan selesai kemarin (13/6), ternyata molor.

Sukardi Mitho, Kordinator distributor konversi mitan ke elpiji Kota Probolinggo mengatakan, terjadinya ledakan itu dimungkinkan karena ada yang kurang benar dalam penggunaannya. Termasuk, cara menghindari adanya ledakan.

"Kami juga sudah sosialisasikan, apabila ada bau gas pintu jendela dibuka. Dan, jangan sampai ada api yang menyala," ujarnya.

Dengan adanya kejadian itu, menurut Sukardi wajar jika ada warga yang waswas dan trauma. Terlebih, bila melihat kondisi di lapangan. Tapi, sebenarnya hal itu bisa dihindari apabila tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya.

"Wajar kalau melihat sebuah kondisi ada rasa trauma. Apapun yang kita lakukan tetap berisiko. Cuma kami akan tetap melakukan pemahaman secara komprehensif terhadap masyarakat," ujarnya.

Sukardi mengaku akan melakukan sosialisasi secara ketat untuk menghindari kejadian-kajadi yang tidak diinginkan. Itu akan dilakukan pada saat pendistribusian. "Selain sosialisasi, kami juga akan bagikan brosur panduan. Nanti, brosur itu ditempel di dapur. Biar selalu bisa dilihat dan diingat," ujarnya.

Menurutnya, gas elpiji itu tetap aman dengan catatan penggunaannya benar. "Nanti kami juga akan demonstrasikan cara penggunaannya. Jadi kami tidak hanya bicara, tapi juga akan kami buktikan," ujarnya.

Bagaimana dengan pedataan penerima konversi yang ditargetkan selesai kemarin (13/6)? "Memang kami target hari ini (kemarin), tapi ternyata molor. Banyak kendala yang kami hadapi. Tapi, kami sudah pasang target 7-10 hari ke depan sudah selesai," ujarnya.

Menurutnya, kendala yang dihadapi itu cukup kompleks. Di antaranya ada warga yang tidak mempunyai KTP (kartu tanda penduduk) dan KK (kartu keluarga). Bahkan ada yang tidak mempunyai kedua-duanya, KTP dan KK. "Itu disebabkan adanya pemekaran kecamatan. Banyak masyarakat yang mempunyai KTP dan KK yang tidak sesuai dengan kecamatannya," jelasnya.

Selain itu, banyak juga masyarakat yang tidak memperbaiki KK-nya alias mempunyai KK tapi mati. Menurut Sukardi, itu hampir merata di seluruh kecamatan . "Pendataan sampai sekarang sudah 70 persen selesai. Insyaallah, dalam satu minggu ini sudah rampung," ujarnya.

Sukardi mengaku sudah mengambil kebijakan yang lebih ringan, yakni masyarat tidak perlu lagi menggunakan KTP atau KK. Tapi, cukup menggunakan surat keterangan dari kelurahan. "Isinya, ya menyatakan kalau betul-betul warga kelurahan tersebut. Dengan cara seperti ini, mungkin bisa lebih cepat," jelasnya.

Bagaimana dengan target pemerintah yang akan merealisasikan konversi akhir Juni ini? "Targetnya masih tetap itu (akhir Juni). Karena masih belum ada surat untuk di undur atau diajukan," ujarnya.

"Nanti, bila sudah selesai data itu akan diajukan ke pemerintah sebagai laporan. Juga akan disampaikan kepada Pihak pertamina untuk segera didistribusikan," lanjut Sukardi. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=164325

Tidak ada komentar:

Posting Komentar