Selasa, 18 Mei 2010

Melihat Pemukiman-Pemukiman di Kota Probolinggo yang Kebanjiran

[ Selasa, 18 Mei 2010 ]
Pasar Gotong Royong Pindah, Berharap Fogging

Sabtu (15/5) lalu menjadi hari banjir di Kota Probolinggo. Hujan semalaman membuat sebagian besar pemukiman dan jalanan kota tergenang, bahkan sejak Sabtu dini hari. Pemukiman yang bukan langganan banjir kebanjiran, apalagi yang memang langganan banjir.

RUDIANTO, Probolinggo

Minggu (16/5) itu banjir di Kota Probolinggo sudah berlalu. Pemandangan yang tersisa adalah kesibukan warga-warga yang rumahnya disatroni air bah sehari sebelumnya. Di pemukiman yang kebanjiran, pemandangan yang jamak terlihat adalah jemuran. Mulai dari kasur, bantal, pakaian, kursi, perabot lain yang basah oleh banjir, dijemur.

Pemandangan itu terlihat antara lain di Kampung Dok (Kecamatan Mayangan), Kampung Armada dan rumah dinas polisi (Kecamatan Tisnonegaran). Di Kampung Dok, Minggu itu perkampungannya berubah bak stan-stan pakaian di Pasar Gotong Royong.

Segala macam pakaian bergelantungan di depan rumah, dijemur. Dari baju, sewek, sarung, celana panjang dan pendek, bahkan sampai celana dalam dan BH. "Pasar Gotong Royong pindah ke sini, Mas," seloroh Siti, seorang warga Kampung Dok saat itu.

Saat banjir Sabtu lalu, Kampung Dok memang terendam. Air yang masuk ke rumah-rumah warga yang tertinggi sampai semeter lebih. Tidak heran jika banyak kasur dan perabot-perabot rumah warga basah kuyup.

Banjir Sabtu itu kontan membuat aktivitas dapur warga terhenti. Tidak bisa memasak karena kompor basah. Tungku-tungku juga ditelan bah. "Mau memasak (menanak) gimana, wong (tinggi) airnya lebih satu meter," kata Siti.

Dalam kondisi seperti itu, syukur saja masih ada yang peduli. "Untung waktu itu, ada yang memberi nasi bungkus," tambah Siti.

Pemandangan yang sama juga terlihat di kampung Armada Minggu itu. Warganya sibuk jemur-jemur dan bersih-bersih rumah. Di kampung ini, bukan hanya rumah warga yang kemasukan air. Gelontoran air bah juga membuat aspal di jalan masuk kampung tersebut merotol. "Jalannya wis rusak, semoga saja bisa segera diperbaiki," kata Hasan salah seorang warga setempat.

Keadaan serupa juga terjadi di rumah dinas polisi. Di pemukiman polisi itu air memang sudah surut. Tapi, tanah masih becek. "Beginilah kondisinya. Seminggu, ini (tanah becek) belum tentu kering," ujar salah seorang warga setempat.

Banjir benar-benar memberi banyak pekerjaan bagi warganya. Bukan hanya istri yang sibuk mencuci dan menjemur. Para suami pun bekerja keras ikut mencuci. Seperti dilakukan Kapolsek Mayangan AKP Noer Choiri yang juga penghuni pemukiman tersebut. "Ini, masih bantu-bantu istri nyuci," ujar AKP Noer Choiri saat ditemui Radar Bromo, Minggu lalu.

Asrama polisi tersebut memang termasuk langganan banjir. Tapi, banjir Sabtu (15/5) lalu terbilang paling parah. Saat banjir terjadi, air masuk cukup tinggi di rumah-rumah polisi itu.

Rumah dinas polisi berada di Jl Supriyadi, dekat kali Kasbah yang melintas di sisi jalan tersebut. Di hari-hari biasa, kali itu kedalaman airnya tak sampai semeter. Tapi begitu hujan deras datang, terlebih dengan air kiriman dari wilayah selatan, sungai itu meluap.

Penghuni rumah dinas polisi mengaku sudah pernah minta agar plengsengan kali itu ditinggikan. Supaya pemukiman tersebut tidak jadi langganan banjir terus. "Sudah pernah saya sampaikan. Mungkin masih belum dianggap terlalu urgen. Sehingga, belum bisa direalisasikan," ujar AKP Noer Choiri.

Kondisi sungai yang tidak muat lagi menampung air dadakan itu, juga terpengaruh dengan sistem buka tutup saluran air yang berada di belakang monumen taman manula. "Kami harap, penjaga pintu air itu lebih sigap. Karena, kalau telat sedikit saja airnya bisa naik. Apalagi, sampai lupa tidak dibuka," kata Kapolsek Mayangan.

Banjir (episode) Sabtu memang sudah berlalu. Tapi, warga di pemukiman-pemukiman yang jadi korban banjir merasa ancaman banjir belum berlalu. Setelah air susut, biasanya penyakit menyusul.

Tak salah bila warga minta pemerintah setempat lebih peduli. Bantuan sembako memang sangat membantu. Tapi, bila ditambah dengan langkah antisipasi terhadap serangan penyakit pascabanjir, itu akan membuat warga lebih tenang. "Biasanya, kalau banyak genangan air akan muncul demam berdarah (DB)," ujar Ida, warga kampung Dok.

Bayangan akan penyakit menular itu, sudah ada dalam benak warga. Karena itu, mereka segera melakukan bersih-bersih di lingkungannya masing-masing. Tapi, itu dirasakan belum cukup, karena banyaknya genangan air. "Semoga saja ada penyemprotan (fogging)," ujar Ida.

Hal senada diungkapkan AKP Noer Choiri. Melihat tanah-tanah becek dan menyisakan genangan, ia juga mengkhawatirkan penyakit pascabanjir seperti demam berdarah. "Fogging juga perlu. Itu untuk mencegah penyakit, seperti demam berdarah yang biasanya muncul setelah datang hujan. Apalagi, habis banjir semacam ini," ujarnya. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar