Selasa, 18 Mei 2010

Keluarga Pasien Keluhkan Biaya Operasional

[ Selasa, 18 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan operasional, 2 keluarga penderita tumor mengeluh. Akibatnya, anggota keluarganya tidak bisa berangkat berobat ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.

Baidawi, 64, warga Dusun Penangan Desa Sokaan Kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo mengaku tidak bisa berangkat ke Malang. Sebab Baidawi sudah tidak lagi memiliki biaya lagi. "Ya terpaksa di rumah saja," ujar Baidawi.

Baidawi menderita tumor di (maaf) jalur anus. Sejak sekitar 3 bulan lalu, Baidawi dirujuk ke RSSA Malang. Namun karena prosedur, penanganan pada Baidawi tidak bisa cepat.

Meski biaya pengobatan sudah ditanggung pihak pemkab Probolinggo, namun biaya operasional ditanggung keluarga. Baidawi mengaku sudah 4 kali ke Malang. Karena bolak-balik ke Malang, akibatnya biaya yang dikeluarkan Baidawi cukup besar. "Sekarang malah habis," ujar Baidawi.

Baidawi mengalami tumor sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Awalnya perut Baidawi mendadak kembung. Hal itu berlangsung sekitar seminggu. Akibat penyakit itu Baidawi tidak bisa buang air besar maupun kecil. "Ya tersiksa, Mas," ujar Baidawi.

Selanjutnya Baidawi dibawa ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan. Di situ, Baidawi sempat dioperasi. Karena peralatan yang terbatas, operasi hanya dilakukan pada wilayah sekitar perut. Operasi tersebut dimaksudkan agar Baidawi bisa membuang kotorannya. "Jadi keluarnya (kotoran) dari sini," ujar Baidawi menunjuk perutnya.

Hal yang sama dialami Nessa Gavfrillia, 25 bulan, balita asal Desa Bhinor Kecamatan Paiton. Nessa sementara ini harus menunggu di rumahnya. Menurut Solekah, 25, ibu dari Nessa, putrinya itu masih menunggu hasil CT Scan dari RSSA. "Nanti saya disuruh telfon ke rumah sakit," ujar Solekah.

Namun menurut Solekah, untuk kembali ke Malang, keluarganya masih belum memiliki biaya. "Masih cari dulu. Kalau ndak dapat, terpaksa hutang," ujar Solekah.

Nessa menderita tumor abdomen sejak sekitar 5 bulan yang lalu. Untuk pengobatan, Nessa sudah dirujuk ke RSSA Malang. Namun karena penuhnya pasien, Nessa terpaksa dibawa pulang. "Padahal ongkos jalannya, keluarga habis banyak," ujar Solekah.

Sementara saat dikonfirmasi Radar Bromo, kepala dinas kesehatan Kabupaten Probolinggo Endang Astuti mengatakan, pihak Dinkes hanya memiliki wewenang memberikan pelayanan kesehatan secara gratis. "Kalau biaya operasional keluarga, bukan tanggung jawab kami," ujar Endang.

Terkait keberadaan Baidawi, menurut tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) Kecamatan Krejengan Nanang Fadlil, untuk biaya operasional keluarga, pemkab tidak memberikan anggaran. Namun menurut Nanang, apabila keluarga pasien merasa kesulitan, mereka bisa mengajukan proposal ke pemkab. "Itu petunjuk dari atasan saya," ujar Nanang.

Sementara Camat Paiton Mahbub Maliki mengatakan, pihaknya berupaya mencarikan jalan keluar terbaik untuk Nessa. Sejauh ini pemkab menurut Mahbub, sudah memberikan pelayanan pada Nessa. "Hal lain, kami coba cari jalan keluarnya," ujar Mahbub. (eem)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar