Kamis, 06 Mei 2010

Mebel Keropos yang Laku di Pasar Ekspor

Rabu, 5 Mei 2010 | 09:02 WIB

OLEH IKHSAN MAHMUDI

Rumah Mukhlis di Desa Lemahkembar itu penuh tumpukan kayu lama. Banyak di antaranya yang rusak seperti keropos karena tergerus air atau rayap. Juga banyak berjajar benda-benda antik yang repintas tak bernilai.

Tapi Ted Cheng, orang Taiwán, suka sekali berkunjung ke rumah itu. Dia asyik memilah kayu-kayu lama itu atau mengamati benda kayu antik lainnya.

“Saya sudah keliling-keliling Indonesia mencari mebel antik, unik, dan kuno, paling banyak di Jepara. Ternyata Probolinggo juga gudangnya mebel bagus,” ujar Ted Cheng, importer asal Taiwan melalui penerjemahnya, Affandi, di Probolinggo, Selasa (4/5).

Mr Cheng sempat mengunjungi tempat usaha mebel milik Mukhlish (42) di Desa Lemahkembar, Kec. Sumberasih, Kab. Probolinggo. Ia sempat memborong sejumlah lesung kayu yang sudah bolong-bolong.

Selain Mukhlish, sejumlah pengusaha mebel antik juga bertebaran di tapal batas barat Kab. Probolinggo itu di antaranya, Darusman, H Zulfat, dan Tadjab. “Mebel antik juga banyak berdiri di sebelah barat Pantai Bentar seperti Pak Pur, H Suryadi, Qowi, dan Candra,” ujar Mukhlish.

Bisa dikatakan kawasan di kanan-kiri jalan nasional di Desa Randuputih, Kec. Dringu, Kab. Probolinggo itu merupakan sentra pengrajin mebel terutama mebel antik. Berdirinya sentra mebel di jalur Surabaya-Bali itu memudahkan jalur transportasi ekspor mebel baik melalui Bali atau pun Surabaya.

Di Kota Probolinggo sejumlah pengusaha mebel antik mulai berguguran. ”Saya sudah agak lama tidak lagi berproduksi sejak pasar ekspor melalui Bali sepi,” ujar H Suhartono, pemilik mebel Jodang.

Sepinya pasar ekspor mebel, kata Gepeng, panggilan akrab Suhartono, sebenarnya terjadi sejak krisis moneter 1997 silam. Namun pasar mebel antik masih terbuka sehingga sejumlah pengusaha di Probolinggo masih bertahan.

Mebel Primitif

Di antara pengusaha mebel yang tetap bertahan bahkan terus berkembang adalah Mukhlish. Pria yang mengaku tidak tamat Sekolah Dasar (SD) itu bahkan mempunyai tempat usaha seluas sekitar 0,5 hektare di tepi jalan nasional, Desa Lemahkembar.

”Sejumlah kalangan menyebut saya pengusaha mebel primitif,” ujar Mukhlish. Sebutan primitif itu mengacu pada bahan baku kayu limbah yang disulap menjadi mebel unik dan menarik.

Mukhlish yang merintis usaha mebelnya sejak 1992 silam itu memanfaatkan kayu atau bahan yang kebanyakan sudah dibuang pemiliknya. Di antaranya, kayu bekas bantalan rel KA, lesung, perahu kayu yang karam, hingga roda delman. ”Pokoknya kayu bekas, semakin jelek bagi saya semakin bernilai,” ujarnya.

Beragam kayu jelek itu kemudian diolah menjadi beragam perabotan rumah tangga. Ada meja-kursi, lemari, meja makan besar, rak, jodang, dipan, hingga lantai kayu.

Meski pasar ekspor ke Amerika Serikat, Korea, Taiwan, Jepang, dan negara-negara Eropa tergantung pesanan (order), Mukhlish mengaku, biasa mengirim 1.700 buah mebel beragam jenis ke pasar ekspor setiap 3 bulan sekali.

”Kalau dimasukkan kontainer 1.700 pieces itu tidak sampai penuh,” ujarnya. Ia menyebutkan, omzetnya sekitar Rp 150-250 juta/bulan.

Mukhlish yang kini mempunyai 36 pekerja itu mengaku tidak kesulitan mendapatkan bahan baku kayu bekas. Memang diakui bahan baku seperti bantalan rel harganya terus naik. ”Dulu kayu bantalan rel hanya Rp 25.000 sekarang sampai Rp 100.000 per batang,” ujarnya.

Sejumlah pengusaha mebel di Probolinggo pun sampai berburu papan kayu tua hingga Bojonegoro dan Kudus. ”Bonggol kayu dan akarnya asalkan tua bisa dimanfaatkan untuk mebel,” ujar Mukhlish.

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=9b6de235b15e99797a8068b015021cce&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc&PHPSESSID=612903cf7193ca77d048d2771623fe0b

1 komentar:

  1. Assalamualaikum?mohon maaf saya pencari barang seperti meja,kursi,ranjang dll di perkampungan tapi saya sulit untuk menjualnya.oleh karna itu saya mohon bantuannya untuk mencari penjualan barang saya
    Trm kasih.mukhlisin tiris/krucil.probolinggo
    Wa(085234666441)

    BalasHapus