Kamis, 06 Mei 2010

Konjen AS Kagum Pembangunan Kota

[ Kamis, 06 Mei 2010 ]
Konjen AS Kagum Pembangunan Kota
PROBOLINGGO - Konsulat Jenderal (Konjen) AS bagian politik dan ekonomi Daniel A. Phelps kemarin (5/5) melakukan serangkaian kunjungan di Probolinggo. Di kota, Daniel sempat mengunjungi Pelabuhan Tanjung Tembaga. Ia sempat menyatakan mendukung rencana pemkot membangun by pass pelabuhan.

Sebelumnya, Daniel bertemu secara eksklusif dengan Kepala Bappeda Budi Krisyanto. Daniel juga disambut sejumlah kepala satuan kerja (satker). Yakni Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sanusi Sapuan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Wirasmo, Dinas Perhubungan (Dishub), Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Imanto dan Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo, termasuk Adpel Probolinggo.

Daniel menanyakan by pass pelabuhan yang bakal menjadi jalur penghubung antara pelabuhan dan pintu masuk Kota Probolinggo. Bappeda sudah mengajukan surat ke Kementerian Pekerjaan Umum untuk percepatan pembangunan by pass.

"Mestinya tahun 2010 ini. Tetapi kami bersaing dengan proyek pembangunan jalan di Banten. Jadi, pembangunan by pass nanti diperkirakan baru tahun 2011. By pass itu menjadi solusi alternatif menghindari masalah di Porong (lumpur Lapindo)," jelas Budi.

Tak cukup mengenali kota melalui presentasi oleh Bappeda, Konjen AS pun berkunjung langsung ke pelabuhan. Sasaran pertama di Pelabuhan Tanjung Tembaga. Daniel yang waktu itu ditemani oleh asistennya, Cholish Hamzah, menyatakan kekagumannya atas semangat pembangunan di Kota Probolinggo.

Kepada pihak Adpel, Daniel mencari informasi tentang Pelabuhan Tanjung Tembaga. Mulai dari kapasitas bongkar muat kapal dan rencana perkembangan pelabuhan. Pelabuhan bakal dibangun lagu 300 meter ke arah laut untuk mencari kedalaman 12 meter, untuk kapal ukuran 10 ribu ton.

Pembangunan pelabuhan tahap kedua, direncanakan dimulai tahun 2011 mendatang. Namun informasi yang disampaikan kepala Bappeda, pada PAK (perubahan anggaran keuangan) 2010, pelabuhan bakal dapat kucuran dana Rp 50 M dari APBD provinsi.

"Berarti memang sangat membutuhkan by pass. Really ambitious plan (rencana yang besar dan penting). Mudah-mudahan bisa cepat. Saya terkesan dengan pembangunan di Kota Probolinggo. Saya berharap kota ini bisa menjadi mesin ekonomi dan pembangunan bagi Probolinggo dan Jawa Timur," ujar Daniel.

Ia juga begitu senang melihat bagusnya koordinasi antara pemerintah dan institusi terkait. Itu terlihat saat dirinya berkunjung. Ada banyak satker dan instansi yang ikut mendampingi serta memberikan penjelasan.

Usai di Pelabuhan Tanjung Tembaga, Daniel bergeser ke Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan. Sayangnya, saat itu tidak ada aktifitas. Daniel datang pukul 11.00. Sedangkan aktivitas bongkar muat kapal dan pelelangan ikan biasa dimulai sekitar pukul 13.00.

Kepada Radar Bromo, Daniel mengungkapkan kedatangannya ke beberapa daerah adalah salah satu agenda kerjanya untuk mengetahui perkembangan ekonomi di Jawa Timur. Ia baru kali pertama melakukan kunjungan ke daerah. Daniel baru tujuh bulan bertugas di Konjen AS yang beralamat di Jl Dr Soetomo Surabaya.

Wilayah kerja Daniel di Indonesia bagian timur seperti East Java, Bali, NTT, NTB non Papua. Dan Probolinggo dinilainya bagus. "Very interesting," katanya. Daniel mengaku sudah mengenal profil Kota Probolinggo saat rapat di Surabaya bersama pejabat di tingkat provinsi.

Dari Kota Probolinggo, lelaki yang sebelumnya bertugas sebagai Konjen AS di Oman itu berkunjung ke Ponpes Zainul Hasan Genggong, Pajarakan Kabupaten Probolinggo.

Di ponpes tersebut, Daniel langsung disambut dengan gelaran dialog bersama para santri. Di aula pesatren, ada sekitar 300 santri putri yang mengikuti dialog. Dalam kesempatan itu, Daniel menyampaikan banyak hal mengenai hubungan Amerika Serikat dan Indonesia.

Menurut Daniel, Indonesia adalah negara yang indah. Hal itu dinilai dari kebudayaan dan sumber alam yang dimiliki Indonesia. "Negara Indonesia baik dan bagus," ujar Daniel disambut tepuk tangan para santri.

Saat diberi kesempatan bertanya, ada santri yang bertanya soal kebijakan penggunaan jilbab di AS. "Di Indonesia, pelajar muslim wanita memakai jilbab. Bagaimana di Amerika?" tanya santri itu.

Daniel mengatakan, jilbab di Amerika tidak tabu. Meski minoritas, pelajar muslim wanita di Amerika mendapat ruang terbuka. Di Amerika menurut Daniel, memang ada yang menggunakan jilbab. Namun ada juga yang tidak.

Dialog tersebut berlangsung selama sekitar 1 jam. Daniel mengaku kurang lancar berbahasa Indonesia. Oleh karenanya dalam dialog, ucapan Daniel diterjemahkan oleh Cholis Hamzah.

Kepala biro pendidikan ponpes Zaha Genggong Abdul Aziz Wahab mengatakan, kedatangan Daniel akan memberi motivasi pada santri untuk meningkatkan kemampuan. "Santri mendapat tambahan wawasan," ujarnya.

Terlebih dengan informasi tentang pendidikan di Amerika seperti diceritakan Daniel. "Hal itu memberi efek positif bagi pelajar santri," ujar Abdul Aziz. (fa/eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156828

Tidak ada komentar:

Posting Komentar