Rabu, 19 Mei 2010

Dua Pasien Keluhkan Biaya Operasional

[ Rabu, 19 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Merasa tidak mampu menanggung biaya operasional untuk berobat, dua keluarga pasien penderita tumor mengeluh. Biaya operasional yang mahal membuat kedua pasien tidak bisa berobat ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.

Kedua pasien, yakni Baidawi, 64, warga Dusun Penangan, Desa Sokaan, Krejengan dan Nessa Gavrillia, 25 bulan, balita asal Desa Bhinor, Paiton. Baidawi menderita tumor di jalur anus. Sementara Nessa mengalami tumor abdomen.

Mereka awalnya sama-sama pasien RSUD Waluyo Jati, Kraksaan. Namun, kemudian dirujuk ke RSSA Malang. Selama dirujuk ke Malang, biaya berobat keduanya sebenarnya ditanggung Pemkab Probolinggo. Sementara biaya operasional ditanggung keluarga.

Namun, tetap saja kedua keluarga ini tidak sanggup. Sebab, untuk bolak balik ke Malang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi biaya hidup selama berobat di Malang.

Baidawi misalnya, sudah empat kali bolak balik ke Malang. Selama empat kali ke Malang itu, biaya yang dikeluarkan Baidawi cukup besar. "Sekarang malah habis," lanjutnya.

Kini, lelaki itu mengaku tidak bisa lagi ke Malang. Sebab dia sudah tidak lagi memiliki biaya. "Ya terpaksa di rumah saja," katanya.

Baidawi mengalami tumor sejak sekitar empat bulan lalu. Awalnya, perut Baidawi mendadak kembung. Hal itu berlangsung sekitar seminggu. Akibat penyakit itu, Baidawi tidak bisa buang air besar maupun kecil. "Ya tersiksa, Mas," katanya.

Baidawi lantas dibawa ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan. Di situ, Baidawi sempat dioperasi. Karena peralatan terbatas, operasi hanya dilakukan pada wilayah sekitar perut. Operasi dimaksudkan membuat jalan keluar untuk feces (kotoran). Jalan keluar itu dibuat di perut. "Jadi keluarnya (kotoran, Red) dari sini," terang Baidawi menunjuk perutnya.

Hal yang sama dialami keluarga pasien Nessa. Kini, Nessa harus menunggu di rumahnya. Menurut Solekah, 25, ibu Nessa, putrinya itu menunggu hasil CT Scan dari RSSA Malang. "Nanti saya disuruh telepon ke rumah sakit," ujarnya.

Namun menurut Solekah, untuk kembali ke Malang keluarganya belum memiliki biaya. "Masih cari (biaya, Red) dulu. Kalau ndak dapat, terpaksa utang," katanya.

Nessa menderita tumor abdomen sejak sekitar 5 bulan lalu. Untuk pengobatan, Nessa dirujuk ke RSSA Malang. Namun karena pasien penuh, Nessa terpaksa dibawa pulang. "Padahal ongkos jalannya, keluarga habis banyak," lanjut Solekah.

Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Endang Astuti saat dikonfirmasi Radar Bromo mengatakan, Dinkes hanya memiliki wewenang memberikan pelayanan kesehatan gratis. "Kalau biaya operasional keluarga, bukan tanggung jawab kami," kata Endang.

Tenaga kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Krejengan Nanang Fadlil menjelaskan hal serupa. Menurutnya, pemkab memang tidak memberikan biaya operasional pada keluarga pasien Baidawi.

Namun menurut Nanang, apabila keluarga pasien merasa kesulitan, mereka bisa mengajukan proposal ke pemkab. "Itu petunjuk dari atasan saya," ujar Nanang.

Sementara Camat Paiton Mahbub Maliki menuturkan, pihaknya berupaya mencarikan jalan keluar terbaik untuk Nessa. Sejauh ini pemkab menurut Mahbub sudah memberikan pelayanan pada Nessa. "Hal lain kami coba cari jalan keluarnya," lanjut Mahbub. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159185

Tidak ada komentar:

Posting Komentar